The Hurting People XL

Tayangan ini akan merupakan tayangan penutup serial THP saya di Paroki-Net dan karena itu, saya ingin menceritakan kisah seorang warga P-Net yang telah mengalami pelecehan seksual. Ia sendiri yang menganjurkan saya menulis kisah hidupnya, agar semoga dapat bermanfaat bagi Anda, tentu secara anonim. Anda yang mengikuti serial THP-ku ini sejak awal, sedikit banyak tahu bahwa saya dipicu oleh seorang THP kelas berat lainnya, warga P-Net bernama den mas Eko pada waktu awal saya menulis kisah THP. Ia menjadi THP terhadap para imam gereja Katolik karena orang yang dekat dengannya, mungkin perempuan yang paling dekat dengannya, konon dilecehkan secara seksual atau diperkosa, konon lagi, oleh pastor. Benar tidaknya walahualam. Yang pasti, seperti dapat Anda lihat atau baca dari waktu ke waktu, sampai hari ini, den mas Eko masih THP dan setiap ada "kesempatan di dalam kesempitan" (baca: perkosaan perempuan Cina di Indonesia) ia manfaatkan untuk naik ke atas "kotak sabun" dan lalu melakukan prosmotsi gaya EWR. Memang dampak pelecehan seksual bukan main.

Apa nama yang sebaiknya kupakai untuk sahabat saya anak P-Net di atas guna menyembunyikan identitasnya ya? Maria Goretti deh, kusingkat Margo. Nah, Margo pernah mempunyai pacar yang memang sudah cukup dekat alias kental hubungannya. Singkat cerita, si pacar yang naluri kebinatangannya ternyata jauh lebih besar dari akal-budinya, hampir berhasil memperkosa Margo. Pada saat si binatang sudah berhasil dan siap untuk eksyen, anggota keluarga Margo pulang dan memergokinya. Alhasil, Margo selamat sehingga tidak sampai menjadi korban perkosaan laki-laki buaya itu. Wah wah wah :-(, sejak saat itu Margo menjadi THP kelas berat. Tentu saja ia tidak dapat mempercayai lagi laki-laki yang memang banyak yang "semanis buaya". Margo jatuh ke dalam depresi sampai suatu ketika. Singkat cerita lagi, ia mengalami kesembuhannya di dalam kelompok doa di lingkungan Gereja Katolik. Perlahan-lahan, hari demi hari, tentu mengalami jatuh bangun, ia dapat keluar dari dalam "jurang kehidupan" terdalam yang telah dialaminya. Waktu ia pertama bercerita, saya masih meragukan apakah memang ia sudah sembuh dari ke-THP-annya 100%. Tetapi ketika ia juga bercerita kepada saya, bahwa ia sekarang mempunyai seorang pacar lagi, hatiku ikut tersenyum dan sungguh saya merasa gembira bagi Margo. Satu yang ingin disampaikannya melalui ijinnya untuk menceritakan kisahnya ini, bahwa Tuhan memang mahakasih dan penyayang. Terkadang, bila Anda sedang dilanda kemelut kehidupan, bagi Margo pada hari-hari yang tak akan pernah dilupakannya itu, Anda mungkin tak percaya atau malah mempertanyakannya. Hal lain yang merupakan penyebab lekasnya Margo berhenti menjadi THP, adalah hatinya yang mulia yang penuh pemaaf dan sudah memaafkan si kascar.

Memang itulah salah satu esensinya bagaimana kita dapat berhenti menjadi THP, yakni memaafkan yang telah bersalah kepada kita. "Forgiveness is a mistery," kata pastor parokiku, pembimbing rohani Bang Jeha. Maksud doi, tidak mudah alias sukar dijabarkan. Yang pasti, ia setuju bahwa meski kita sudah mengampuni, tidak berarti kita sudah atau harus melupakannya. Seperti Margo yang tidak akan pernah melupakan, tetapi mampu menceritakan dan mau membagikannya untuk Anda. Thank you my dear "Margo", I shall remember you in my prayer tonight and also I will remember all the hurting people who have crossed my life until today. Tuhan memberkati Anda semua. Salam dari Toronto.

Home Next Previous