The Hurting People XLI

"Taking a stand causes a crisis. Write this down and repeat to yourself from time to time that sentence. So when the next time you take a stand, you will be more prepared for the crisis," begitu kataku kepada seorang ibu-sendirian (single mother) THP kelas berat, yang semalam meneleponku karena ia sedang berada dalam keadaan krisis dan serba panik. Salahku juga tidak memberikan kalimat di atas di dalam "resepku" kepadanya beberapa hari yang lalu. Anaknya ada 2 yang 'toxic'. Yang besar, sang abang, jauh lebih 'toxic' dari adiknya.

Anda pendatang baru di P-Net mungkin belum pernah membaca serial THP-ku dari mulai yang kesatu s/d yang ke 40 yang pernah kutayangkan di Paroki-Net dan kuhentikan tahun lalu setelah daku sendiri menjadi THP gara-gara peristiwa di bulan Mei di kota Betawi. Untuk menghemat pulsa dari mereka yang sedang kewalahan mendapat tayangan forward si Rara yang sudah diganti namanya menjadi 'Ira' oleh Mas Teewoel, saya tidak akan menerangkan istilah 'toxic' di atas, tetapi silahkan membaca dari belakang sampai ke depan 40 tayangan itu yang mendongengkan cem-macem THP yang jalan hidupnya melintasi jalan hidupku. Bila Anda tidak mempunyai akses ke Web untuk mampir di hompejku, dan Anda bergaul dengan kelompok THP, anak, ortu, isteri, suami, sedulur, silahkan surati daku per japri dan 40 tayangan itu akan mengunjungi kotak seterom Anda, gratis, cukup satu kali doa Salam Maria dan untuk anak Protestan 'nyang engga demen ame Maria', cukup doa satu Bapa Kami, tidak usah di dalam bahasa Jawi :-), agar daku senantiasa mendapat "karunia waktu".

Kuteruskan kisah di atas. Ibu itu, yang kita sebut namanya Yani deh, dari nama warga P-Net yang sedang "naik daun" hari-hari ini :-), memang sedang menjadi THP kelas berat. Terakhir saya bertemu dengan Yani, salah satu keluhan atau sumber ke-THP-annya adalah radio kaset yang dinyalakan sekeras-kerasnya oleh anaknya yang paling besar, sebut saja Lunix dari kata 'lunatic' dan jenis operating system komputer yang juga sedang naik daun hari-hari ini. Yani yang sudah bercerai dengan suaminya, yang dikatakannya seorang psycho-path, memang beberapa kali berkata kepadaku bahwa ia kwatir si Lunix akan sama gila atau sintingnya dengan ayahnya. Kutanya kepada Yani, "Whose radio is that, Lunix's or yours?" "Mine," katanya. "So, if I were you, I will give him a last warning, turn down the volume or use an earphone or headphone. The consequence if he is not doing that, he will not see that radio anymore." Yani mengangguk tanda setuju dan merasa sangat yakin ia akan mampu melakukan hal itu. "That is easy, I can do that," katanya meyakinkanku. Memang ada 10 hal lainnya yang sebetulnya perlu ia lakukan di dalam menghadapi kedua anaknya yang sedang meracuni kehidupannya, tapi tidak atau belum mampu ia lakukan.

Apa yang memang akan terjadi sudah terjadi, ultimatum tidak digubris, Yani lalu mengambil radio itu dan menyembunyikannya di kamarnya. Lunix naik pitam dan kata-kata kotor berawal dengan huruf 'f' dilangsirkannya sebagai "hadiah" bagi ibunya. Surat dari ibunya (mengenai hal lain) disobek-sobeknya tanpa dibacanya, demikian juga surat dari ibunya ke adiknya. Masih ada satu dua hal lagi yang terjadi sehingga Yani meneleponku. "I am sorry that I forgot to tell you those words, so that you could be prepared better, at least mentally," kataku lagi. "Well, from now on you would remember. If things become unbearable, don't argue with him, go away, leave the house for a while or lock yourself in your room," kotbahku lagi. Sambil mendengar sedikit hisakan tangisnya, ia mengiyakan pidatoku itu karena ia tahu aku sudah menulis 40 tayangan THP di Paroki-Net sehingga mempunyai sedikit EQ yang tidak jongkok.

Kemarin dulu, kukatakan di dalam salah satu syeringku di milis Grief (Support Group) Paroki-Net, sebelum kita dapat mencintai diri kita sendiri, tidak di dalam arti yang egois atau narcisis, sukar sekali untuk mampu mencintai orang lain. Yani masih belum dapat mencintai dirinya. Sudah beberapa bulan aku mengenalnya dan ia masih dalam keadaan amblas. Kekecualian teoriku itu tentu ada dan orang yang seperti itu, lekas sekali untuk diangkat menjadi Santo atau Santa bila ia Katolik :-). "Mas, tolong jelaskan atau berikan contoh seperti apa mencintai diri sendiri yang bukan egois?," kata anak P-Net lagi yang senang membaca tayangan THP sebab ia menjadi sadar bahwa bukan ia sendiri saja anggota kelompok THP di dunia ini. Tunggu kisah atau contohnya di serial THP yang ke 42, oke? Salam dari Toronto, terutama untuk para THP.

Home Next Previous