"Mas, kog di Kanada ada juga orang yang senteres berat begitu toh? Aku kira cuma di Indonesia saja," demikian komentar per japri dari seorang warga P-Net ini akan tayangan saya, THP ke 41 yang lalu. Bedanya dengan di Indonesia Mas, ia kuanjurkan melakukan konseling medis dan sudah diperolehnya, 10 session awal katanya. Di Indonesia, konseling model begini pasti bayar alias menambah depresi si ibu-sendirian itu. Jadi itu sedikit perbedaannya antara terkena depresi di tempat Anda dan di tempatku.
Hanya, apa yang akan kutulis ini akan sangat berlaku bagi manusia yang mengalami depresi dimana saja di dunia. Seperti kukatakan di tayangan kemarin, cintailah dirimu sendiri. Kalau kata 'cinta' terlalu sukar, sayangilah atau berlaku baik kepada dirimu sendiri. Bila kita sedang di dalam keadaan susah, berusahalah untuk melihat ke cermin dan itulah 'our best friend'. Syukur kalau Anda beruntung mendapat manusia lain yang dapat menjadi teman Anda di kala Anda sedang susah. Mari kita kembali ke kisah Yani si ibu dengan dua anak yang 'toxic', yang kata sementara orang "dititipkan" oleh-Nya. Bila Anda mempunyai KTP alias harus beragama, mungkin Anda dapat berkata ke si Yani, "Let go and let God." Arti kasarnya, serahkanlah semua-muanya kepada Tuhan saja. Sayangnya, temanku para THP atau tidak punya KTP atau tidak beragama atau sedang "musuhan" dengan Tuhan. Tapi untunglah Roh Kudus tidak pilih kasih, tanpa memanggil atau menyebut nama-Nya, Ia masih mau kog membantu.
"Letting go does not mean you stop caring or you cut yourself off from your sons Yani," kataku memulai pembicaraan di salah satu saat. "It means that you cannot do it for them, you can't control them, but you could only try to accept your situation. Try to take each day as it comes, do not think too far into the future, full of worries, but cherish yourself day by day." "Yes, I have been doing every thing you told me but how come my situation doesn't seem to get better." "You have done some good things. You have put a lock in your room so that now your sons couldn't steal anymore from you to finance their drug habits. You feel more secured when you sleep. You are not afraid that they will jot down again your credit card number and use it without your permission to buy things for themselves. You should pat your back that you were able to do that. There are still so many things you could do," demikian kotbahku kepada si ibu malang yang terkadang tak mampu lagi berpikir lurus.
"I know you love reading as I do. Have you read some of the books I told you to borrow from the library the other day, 'Codependent No More' by Melody Beattie about a toxic relationship that cannot be broken because each one was so dependent on the other?" Ia mengangguk. "How about 'How to Deal With Your Acting-Up Teenager?'" Ia mengangguk lagi. "You know what? You are amazing. Not that many people can even read one chapter when they are in a depressed state like yours and I know you can finish one or two books a week. Pat your back yourself again for that success. Now what have you learned from reading all those books?" "That my problem is different," kata doi yang membuatku ikut 'depressed' beberapa detik. Keluar lagi segala macam litani kesusahannya yang membuatnya menjadi THP kelas berat saat-saat ini.
"Look Yani, we could keep on talking till the wee hours but it won't do you any better. You need to keep on doing small steps that you know could be successful because you are in charge and you do not depend on other human-being in order to be successful. Could you do that?" Ia mengangguk. Lalu saya menanyakan lagi beberapa kesukaannya selain membaca buku. Akhirnya ia setuju untuk melakukan satu dua hal lainnya, di dalam rangka menyayangi dirinya sendiri. "I could walk more, I like walking. Also, I don't mind going to a coffee shop by myself and order coffee and muffin that I like." "Great, go ahead and do it and let me know next time we meet, how do you feel after doing all those things that you know you could do by yourself." Yani mengangguk dan kami berpisah, ia dengan tekad untuk berbuat sesuatu bagi dirinya saja, tanpa perlu melibatkan atau mengajak kedua anaknya, saya dengan lamunan akan kaum THP yang pada umumnya sukar sekali untuk mencintai diri mereka sendiri. Nah, Anda yang beragama di KTP masing-masing, doakanlah para THP dimana saja berada, agar Roh Kudus membantu mereka, entah dengan cara apapun, agar mereka dapat lekas keluar dari ke-THP-an mereka. Terima kasih atas nama kaum THP sedunia, salam dari Toronto.