Salah satu hubungan manusia yang paling kompleks dan sukar, ditemui di dalam hubungan suami isteri. Berbahagialah yang tidak menikah :-), eh berbahagialah para pasutri karena mereka sedikit banyak pakar komunikasi, tentunya untuk yang belum menjadi THP kelas berat alias yang sudah amburadul pernikahannya. Sering terjadi, sumber 'short circuit' atau korslet kata anak Betawi, adalah karena latar belakang dua insan yang berbeda. Yang satu dibesarkan di dalam adat Yogya atau Solo yang "halus", yang lainnya di kota Jakarta dimana orang sering "makan" orang. Yang satu tidak peduli memencet odol dari bagian mana saja, yang lain teliti bahwa odol harus dipencet dari mulai belakang :-).
Seperti sebagian warga P-Net ini tahu, siang malam aku sedang dikerjakan :-). Sudah kukatakan kepada para temanku, jangan berikan aku tugas mengurus 'tour' dari Pramoedya Ananta Toer, bakalan respots luar binasa, mereka tidak peduli. Karena kasihan akan si Pram yang bakal menjadi THP lagi bila anak-anak di Kanada tidak ada yang mau menjadi tuan rumahnya, maka saya katakan ya. Wah, seru sekhalei pren mengurus kedatangan Pram ini, melihat banyak sekali THP tercipta karena 'mis-communication'. Latar belakang yang berbeda dari semua yang terlibat di dalam proyek ini, hanya kenal lewat Internet atau pernah melihat wajah sekali dua kali atau baru bergaul beberapa hari, benar-benar tidak membuat hubungan antara kami menjadi mulus.
Anda sering bertemu dengan orang yang dengan mudahnya memberikan 'label' kepada orang lainnya? Itu yang akan terjadi bila kita tidak lagi dapat berkomunikasi dengan orang yang lainnya. Kita "cap" doi sehingga memudahkan bagi kita untuk lalu "menerima" kehadirannya atau mengerti sikapnya. Misal, tentu saja si Polan main hantam kromo seperti itu, wong ia diktator. Dengan memberikan cap diktator seperti itu, kita jadi lebih dapat menerima kalau si Polan tindakannya mirip cing Harto atau si Selobod-edan. Ya, kalau perlu kita ganti namanya, HARi-hari-oMOng-KOsong, supaya kita lalu dapat mengerti kalau mantan MenPen RI itu kerjaannya hanya ngomong seenak jidatnya saja. Bila Anda mengalami nasib seperti daku di kota ini, diberikan cem-macem judul oleh para "musuhku", berbahagialah. Selama Anda tidak disalib benar-benaran seperti Juragan kita yang sebentar lagi akan kita kenangkan pengorbanan-Nya, artinya Anda merupakan manusia yang kompleks yang tidak dapat dimengerti si pemberi judul atau si tukang cap. Tentu hal itu bukan di dalam arti agar Anda lalu menjadi sok atau istilah anak sekarang GR (gede rasa), tetapi mengagumi Yang-Menciptakan Anda bahwa Anda bukanlah patung yang tidak bernyawa.
Satu lagi kualami dalam rangka bekerja di panitia Pram Tour ini, bila orang sedang frustasi atau marah, ia mencari sasaran yang "empuk". Kalau Anda bernasib sial seperti sering kujumpai di antara para temanku THP ataupun anggota keluargaku, Anda akan diembat oleh si 'abuser' karena doi tidak berani, tidak bisa, atau tidak mampu menghantam pihak yang sebetulnya layak untuk diembat. Itulah sebabnya para THP sering mengalami sudah jatuh tertimpa tangga karena ulah manusia seperti itu. Contoh lain, yang gilak, adalah yang sedang dilakukan antek-antek korawanya si Selobod-edan. Ia dibom dan dihantam NATO, tidak mampu menyerang kembali, suku Albania di Kosovo yang digasak dan dibinasakannya :-(. Jadi nasibku disikat, diberi cap atau diembat oleh orang lain tidak ada artinya dibanding penderitaan neraka dunia orang Albania. Oleh karena itu, syukurlah, Bang Jeha tidak sampai menjadi THP gara-gara si Pram mau berkunjung ke Amerika Utara :-). Tidak tahu minggu depan :-). Salam dari Toronto dan kalau Anda merenungkan sengsara-Nya di hari-hari mendatang, ingatlah juga akan kesengsaraan para THP dimana saja. Selamat memasuki Pekan Suci Triduum dan karena per japri Romo Mardi sudah mengucapkan Selamat Paska :-), Met Paska juga bila Anda mau cabut berliburan dari P-Net.