The Hurting People XLIX

Anda mempunyai teman dengan berat 420 pound, tepatnya 190 kg? Saya mempunyai beberapa tetapi yang cukup dekat dengan saya, tidak sampai seberat itu. Salah satunya adalah yang pernah menjadi anak buah saya di kantor. Di kantor saya memang banyak anak-anak yang jenius dan ia salah satunya. Bila ia sedang memetani (debugging :-)) kutu suatu program, tak peduli berapa panjangnya atau kompleksnya program itu, seluruhnya ada di dalam memorynya. Tentu kalau program itu sudah mencapai 10 ribu baris, ia tidak hapal baris per baris, tetapi ia tahu kira-kira rutin per rutin di dalam program itu. Suatu ketika, pada saat ia sudah pindah ke departemen lain, dua orang koleganya berurutan datang menghadap saya. Kebetulan yang satu juga mantan anak buah Bang Jeha. Mereka sangat kwatir akan pola hidup yang, sebut saja namanya Pa'ul, sedang dianutnya. Mereka tahu saya dekat dan 'care' ke si Pa'ul sehingga bercerita terus terang, apa saja yang dilakukan Pa'ul setiap harinya. Pada dasarnya, mereka melihat si Pa'ul, 'going down the drain' dan kalau tidak direm, ia akan masuk ke selokan kehidupan. Mereka tidak berani untuk berbicara dengan Pa'ul dan karena tahu saya suka nekad :-), maka mereka meminta bantuanku.

Tanpa berpikir panjang, saya berjanji akan berbicara dengan Pa'ul. Jadi esok harinya saya datang ke kamarnya, menutup pintu dan memulai pembicaraan dengan sedikit basa-basi. "Look Paul, I am not comfortable or I am not sure how should I start this conversation. You know I care about you and if I don't, I will not dare talking to you like what I'm going to." Ia mengangguk, membuat saya tetap berani. "I saw you are growing bigger and bigger, from the first day you joined the company." Mukanya tidak bahagia, jelas. "What I just said, may be hurting but I am just concerned about your health." O ya, kedua anak yang mengadu itu tidak mau sama sekali saya menyitir atau membawa-bawa nama mereka, jadi saya tidak dapat banyak berbicara, mengapa mendadak, saya jadi gilak atau "kurang ajar" begini. Pa'ul kurang baik kesehatannya dan itu diakuinya. Satu hal yang membuat saya ikut bersedih dengannya, adalah ketika ia mengatakan, "For people like you, it is easy to start on a diet program. It is difficult for me. I tried many different things, it didn't work," katanya memelas. Akhirnya, saya hanya mampu berkata, "Thank you Paul, for listening to my concerns. If there's anything I could do to help you, don't hesitate to ask me." Ia mengangguk dan saya keluar dari kamarnya. Mungkin juga pembicaraan itu menghasilkan sesuatu, menyadarkan dirinya bahwa ia harus tetap berusaha sebab sejak itu, kedua koleganya tidak lagi mengadu akan tingkah laku si P'aul yang pernah mencemaskan mereka.

Terkadang, bila saya melihat si Pa'ul, yang tetap saja masih gendut, saya suka bertanya ke diri sendiri, berapa terluka hatinya karena saya berterus-terang demikian. Syukurnya, ia tidak menjadi gedeg kepada saya tetapi kami tetap bersahabat. Hanya, ada sedikit perasaan kurang sreg, karena Pa'ul tahu, saya melihat dirinya dari sudut pandangan berbeda. Menganggapnya lain begitu. Nah, hari ini saya membaca di Toronto Star berita seorang yang juga gendut seperti Pa'ul dan lebih gaswats. Deborah namanya, berumur 40 tahun alias masih muda, tetapi dengan tinggi tubuh sekitar 170 cm, beratnya 190 kg. Seperti juga Pa'ul, Deb mengeluh demikian mengenai diet, "None has done me any good, partly because most programs deal strictly with diet and exercise, not the emotions at the root of the problem. I can't breathe any more, I can't walk any more. My doctor told me I could die." :-( Ia sudah tidak dapat bekerja, a.l. karena tidak ada perusahaan yang mau mengkaryakannya. Jadi nafkahnya ia peroleh dari 'welfare' atau tunjangan pemerintah sebesar $ 850 per bulan. Pada saat ia masih lebih muda dan belum segemuk itu, ia seorang 'ballroom dancer' yang cukup sukses, jago di dalam 'public speaking' (Toastmasters) dan mendirikan suatu organisasi usahawan di propinsinya, Nova Scotia. Ia telah berhasil menghindari atau melompati tembok-tembok kehidupan, hanya saat ini, warga THP ini cuma mampu berkata, "But there are walls I can't break. I just don't know if I should curl up and die. Sometimes I feel that way. I'd like to make plans for the future, if I ever get there."

Saya tidak tahu perasaan Anda, bila Anda ceking dan melihat orang gendut. Kemungkinan banyak "penghakiman" yang Anda lakukan. Selain pengalaman saya di atas, hampir semua atau mungkin boleh dikatakan semua teman saya yang gendut, anak baik dan ramah tamah, tanpa kekecualian. Satu dua memang mempunyai problem yang tampak nyata bila kita mau mendengarkan dan memberikan perhatian kepada mereka. Kemungkinan dari kurangnya PD, atau 'low self-esteem' kata orang sini. Anda memang tidak dapat banyak berbuat atau "mengubah" mereka, tapi Anda dapat lebih mengerti akan mereka. Kalau Anda berkeluarga dan mempunyai anak kecil atau bayi, satu hal yang mungkin dapat Anda lakukan adalah berusaha untuk tidak "menciptakan" anak yang kurang PD dan "lari" ke makanan demi kompensasi atau untuk menutupi rasa kurang percaya dirinya. Nah, saya yakin Anda tidak ingin puteri atau putera Anda dijadikan tokoh serial THP oleh Bang Jeha kan. Selamat berusaha, sampai berjumpa, salam dari Toronto.

Home Next Previous