The Hurting People LIII

Dear Rudy and all P-Net THPers, mungkin Anda belum pernah menonton pagelaran musik bernama Les Miserables. Usahakan jangan mengucapkan selamat jalan dulu ke planit bumi bila belum pernah menontonnya sebab ini salah sebuah kisah kelompok THP yang sungguh bagus. Menyaksikan pagelaran ini, dapat membuat kita bersyukur bahwa kita, kaum THP, tidak sendirian dan masih banyak sahabat kerabat kita yang memiliki kesusahan masing-masing. Sebagai variasi serial ini, saya ingin membagikan salah satu lagu yang dinyanyikan oleh si ibu, THP kelas berat bernama Fantine. Supaya tidak "merusak suasana" bila Anda belum menontonnya saya tidak akan menjelaskan siapa Fantine dan apa ke-THP-annya. Begini syair lagu 'I Dreamed a Dream' yang dinyanyikannya di awal kisah 'Les Miserables', kata bahasa Perancis yang mencerminkan THP.

There was a time when men were kind
When their voices were soft
And their words inviting
There was a time when love was blind
And the world was a song
And the song was exciting
There was a time
And it all went wrong
I dreamed a dream in time gone by
When hope was high
And life worth living
I dreamed that love would never die
I dreamed that God would be forgiving
Then I was young and unafraid
And dreams were made and used and wasted
There was no ransom to be paid
No song unsung
No wine untasted
But the tigers come at night
With their voices soft as thunder
As they tear your hope apart
As they turn your dream to shame
He slept a summer by my side
He filled my days with endless wonder
He took my childhood in his stride
But he was gone when autumn came
And still I dream he'll come to me
That we will live the years together
But there are dreams that cannot be
And there are storms
We cannot weather
I had a dream my life would be
So different from this hell I'm living
So different now from what it seemed
Now life has killed
The dream I dreamed.

Rudy yang lagi THP, memang pernah anak-anak di Betawi waktu di jamanku, hidup rukun damai karena ortunya anak-anak bae, belum silau akan harta duniawi, pangkat, gelar, kuasa, pujian, dsb, dst, yang membuat mereka amblas. Memang pernah suara-suara manusia Indonesia menyejukkan hati dan kata-katanya mengundang mesra sehingga tinggal di tanah Melayu seperti berada di konser pagelaran paduan suara 'The Vienna's Choir Boys'. It all went wrong. :-( Fantine pernah memimpikan hidup yang nyaman penuh harapan, cinta yang tak pernah sirna, Tuhan yang mengampuni, sampai macan dan harimau tiba di tengah malam buta. Suaranya mungkin sendu dan halus seperti para bidadari penggoda Arjuna di kisah wayang gemblung bin edan si Yo Viktor. Tapi kedatangan mereka menghancurkan harapan dan membangunkan Fantine dari mimpinya. Kita, semoga, mempunyai pilihan untuk mengikuti jejak Fantine yang tak pernah bermimpi indah lagi atau kita mampu berkata, "Suatu ketika, aku akan bermimpi lagi, akan hidup yang berpengharapan, cinta-Nya yang abadi yang sekarang sedang tak kumengerti, burung-burung penyanyi yang akan bersiul bersamaku bukan harimau penghancur cita-cita, makanan bak hidangan kahyangan seperti kue lapisnya Mpok Cecilia :-)." Salam dari Toronto, sampai berjumpa di Bon Echo untuk kita bersama-sama merenungi kehidupan yang terkadang sepertinya tidak adil.

Home Next Previous