The Hurting People LIV

"What do you think is the reason that your son did this major screw-up ever in his life when he hijacked that car after pointing his gun to the woman owner?," tanyaku kepada Henny, nama seorang ibu THP kelas berat yang tentu bukan nama sesungguhnya. "I don't know, he is under therapy right now and the therapist is supposed to find out. When he was a child (sang anak sudah berumur 17 saat ini), he had ADD." (Attention Deficit Disorder, suatu kelainan yang membuat anak menjadi 'dul badung' karena butuh perhatian hanya di dalam kasus Dul Badung P-Net butuh "perhatian" perempuan. :-))

Nah prens sadayana, serial THP tiba kembali di layar ajaib Anda dengan kisah rutin, syeringku menemani para ortu THP di kota tempatku bermukim yang sedang dicita-citakan beberapa warga P-Net yang sedang berbahagia, sebagai kota tujuan untuk "kabur dari neraka" bernama Indonesia. Semoga Anda sekalian, amit-amit, jangan sampai pernah mempunyai anak toxic, atau pindah dari mulut harimau ke mulut buaya. "Apa salah si Henny itu Mas?," tanya seorang penganut aliran 'semua-pasti-salah-orang-tua'. Aku tidak tahu, tetapi yang kutahu si anak merampok mobil si nyonya, dikejar polisi, mobil menabrak tanggul dan hancur serta doi masuk penjara. Yang juga kuketahui, Henny seorang sarjana 'post-graduate' dan mengepalai 'special education' di suatu SMA. Untuk Anda yang belum tahu, 'special education' adalah guru yang harus berurusan dengan anak-anak yang mengalami bermacam-macam persoalan di dalam sekolah. Dari yang mulai tukang berkelahi, tukang membolos, 'trouble-maker', sampai ke yang terlambat kemajuan belajarnya.

"When I saw my son in his hand-cuffs on that Saturday morning in court, after he was in jail since Friday afternoon, I broke down completely. I was a wreck. I cried and I cried." Saya hanya dapat mengangguk, tidak pernah mengalami hanya sering mendengar cerita serupa itu. Anak itu anak satu-satu-nya, semata wayang dan curahan kasih 100% untuk doi. Seorang THP yang lain tetapi yang sudah lebih oke, sebut saja namanya Hanny, memberikan komentar. Anak si Hanny juga pernah ditangkap dan dipenjara serta sampai sekarang tidak mau sekolah. "I know how humiliated I felt when I saw my son in hand-cuffs. My husband Ignace, he never cried in his life, but on that day, I saw tears in his eyes. It was the worst experience in my life to see my son in court." Henny mengangguk. "That was not all," katanya lagi. "Can you imagine, I, a teacher, had to see my son being kicked out from the same school where I teach." Hanny menambahkan, "Well, I work in a bank and this woman screamed at me at my work and said, "I saw your son being kicked out from school." The whole office knew about my problem. That woman indeed hated me so much."

Ya, itulah litani saling bagi-membagi kesusahan dan ke-THP-an teman-temanku, ortu bernasib malang. Henny masih berjuang untuk keluar dari dalam jurang. Anaknya dikenakan tahanan rumah. Katanya, itu sama saja dengan ia juga yang dipenjara sebab ia menaruh jaminan 10 ribu $ atau rumahnya karena ia tidak mempunyai uang tunai sebesar itu. Bila ia sampai keluar dari rumah dan sang anak kabur, rumah akan melayang. Sumber lain dari ke-THP-annya adalah sudah setahun ia menunggu-nunggu anaknya disidang dan karena 'backlog' pengadilan di Toronto bukan main panjangnya, ia tetap berada dalam "penjaranya". Akan halnya Hanny, ia sudah dapat menerima bahwa anaknya tidak mau bersekolah sementara ini. Ia tidak tega dan tidak mau mengusir sang anak. "I can't live with that decision. I can't bear not knowing where my son is." Kataku suatu ketika kepadanya, "Try to compare your situation with a mother that has a down-syndrome kid then Hanny. For the rest of your life,you have to take care of your son like a baby. In your case, you still have hope. Who knows some day, the guy will wake up and smell the coffee." Manjur juga perbandingan itu baginya dan sering ia akui bahwa bila ia senteres, ia lalu teringat kepada ibu dengan anak 'down-syndrome'.Akan halnya Henny, saya hanya bisa mengatakan sebelum berpisah, "Keep on coming to our meeting. At the very least, you have listening ears that will not judge or condemn you because we understand." Ia mengangguk dan berjanji untuk bertemu lagi minggu depan. Itulah prens, bila Anda sedang dalam kesusahan,jangan melihat mereka yang sedang bergembira dan sepertinya hidup bahagia. Lihatlah kepada kaum THP yang lainnya dan bila Anda ingin mendoakan para THP sedunia, mulai berdoa rosario bagi yang belum pernah :-) pasti akan ada manfaatnya. Salam dari Toronto, sampai berjumpa.

Home Next Previous