The Hurting People LXIII

Daya imajinasi dan kreatifitasku sedikit terganggu atau terpengaruh oleh segala macam peristiwa dan berita mengenai Timor Timur. Namun aku masih dapat menulis serial THP ini karena memang tayangan ini sering kubuat di dalam suasana duka atau sedih-bersama. Kemarin saya, Cecilia dan beberapa penumpang yang 'nebeng' bermobil ke Mississauga untuk menghadiri suatu pertemuan rohani. Belum berapa lama kami di Highway 401, 2 motor polisi dengan sirene mengaung-ngaung melewati kami. Tidak lama setelah itu, jalanan mulai macet tetapi terlihat kelap-kelipnya lampu di atas mobil ambulans dari kejauhan. Tak salah lagi, ada kecelakaan. Karena tahu tidak akan lama kemacetannya, maka dengan lumayan sabarnya, saya berusaha tetap berada di jalurku. Setelah dekat, terlihat sebuah mobil yang sudah tidak karuan rupa dan yang lebih mengejutkan, disampingnya terlihat botol IV dipegang oleh sang paramedic. Si korban tidak sempat kulihat karena ada di sisi lain dari mobil itu, tapi Cecilia sempat melihat 'air-bagnya' terpakai alias tabrakan itu cukup hebat. Pemberian IV langsung di jalanan, tanpa sempat diusung ke mobil ambulans, menandakan situasi yang sangat gawat. Tidak jauh dari mobil pertama itu, ada satu mobil lain dalam keadaan tak kalah ringseknya, dan dalam posisi terbalik di tengah jalanan. Tak heran ada beberapa truk pemadam kebakaran yang ikut datang sebab merekalah yang mampu membuka mobil dengan suatu kacip raksasa. Kulihat sepintas mobil itu sudah dikacip. Kecelakaan lalulintas entah mengakibatkan berapa ribu atau puluhan ribu manusia menjadi THP setiap harinya.

Beberapa hari yang lalu, koran mengabarkan suatu kecelakaan, kembali di Highway 401, suatu jalan raya 'toll free' terpanjang di dunia (pernah kuhitung, sekitar 1000 km) yang melintasi Toronto dari barat ke timur. Highway ini sibuk sekali atau tinggi lalulintasnya, sekitar setengah juta kendaraan per hari melewati 401 di Toronto. Nah, di bagian 401 dekat kota Windsor, tak jauh dari Detroit Amrik, kabut pekat mendadak turun di hari Jum'at lalu mengakibatkan daya jangkau pandangan menjadi terbatas. Ditambah dengan kecepatan yang tinggi, kecelakaan maha-dahsyat tidak dapat dihindari lagi ketika satu truk menabrak truk lainnya yang akan keluar dari highway dan memperlambat kecepatannya. Sekitar 65 kendaraan saling hantam menghantam, 50 orang luka-luka, sebagian parah dan 7 langsung meninggal, hampir semuanya mati terbakar. Berita THP ini masih terus ada di koran, hari ini di halaman paling depan koran Toronto Star, bersebelahan dengan berita berjudul 'Terrified East Timor put under martial law'. :-(

Nah, di sebelah kiri lagi dari kedua berita itu, berita kecelakaan lalulintas lain berjudul 'Horrific crash shattered a couple's shopping ritual' memenuhi halaman utama koran. Pasutri Borden sedang pulang berbelanja ketika mobil mereka ditabrak ringsek oleh seorang anak toxic yang mengendarai mobil curian dan tampaknya mengebut karena dikejar polisi. Sang suami Walter langsung meninggal, sang isteri Evelyn masuk ke unit gawat darurat R.S. St.Michael. Masih ada 4 korban lainnya yang ditabrak si toxic di jalanan, termasuk seorang anak yang luka parah. Keluarga korban maupun para tetangga mereka sedang dalam keadaan syok. Kecelakaan lalulintas, sekali lagi, memang merupakan sumber THP.

Daku saja, yang mengalami "kecelakaan lalulintas" jatuh ketika bersepeda karena salah sendiri, sempat THP. Bayangkan bila kecelakaanku atau patahnya tulangku, disebabkan oleh orang lain! Sampai kapan aku dapat keluar dari THP-ku dan memaafkan si penabrak. Saudara sepupu-jauhku di Toronto ini, anak dari sepupu ibuku, Mr. Tan Po Goan, sempat Menteri RI di kabinet Natsir, beberapa minggu yang lalu ditabrak atau menabrak. Ia sedang mengemudikan mobilnya melewati suatu simpang jalan melewati truk di sebelah kirinya. Tiba-tiba sebuah mobil yang berbelok kiri melintasi truk dan tidak melihat mobil doi, muncul di hadapannya. Tanpa sempat merem, mobil itu dihantamnya. Dua ruas tulang lehernya patah. Untung ia mengerti sedikit P3K meski tak pernah membaca tayanganku 'Think Safety Plan Safely' :-). Ia tidak berani bergerak sampai datang paramedics dan memasang 'neck immobilizer' di lehernya. Kata dokter yang mengoperasinya kemudian, "I have never seen such a bad broken neck where the person was not paralyzed." Memang ia berterima kasih sekali ke Doi, Oom Han-nya, tetapi, dasar anak ahli hukum, ia memperkarakan dan menuntut si pengemudi yang belok kiri menghadang lintasan mobilnya.

Kita hanya dapat belajar dari segala kisah THP, semoga kita tidak mengalami ke-THP-an yang terlalu gaswat. Kepada kedua anakku yang masih perlu belajar banyak di dalam mengemudi, kukatakan, "As soon as you can't see too far anymore (mereka tahu teori jarak 3-4 detik) because of fog, get to the side of the road or exit as quickly, as far away as you can from the road." Mereka hanya mengangguk dan semoga selalu ingat akan nasihat bokapnya yang sudah sering mengalami kecelakaan waktu masih bermotor. Ini cerita lainnya, sekian dulu, sampai tayangan mendatang, salam dari Toronto.

Home Next Previous