Dari waktu ke waktu, kalau saya sedang mencoba menghibur temanku yang sedang THP, suka kukatakan, "If you think your situation is bad, I guarantee you that there are always people who fare worse than you are." Hampir selalu mereka mengangguk meskipun terkadang ada yang meneruskan lagi litani ke-THP-an mereka. Waktu saya ke Betawi awal tahun ini dan melihat sisa-sisa "barbeque manusia" alias kegosongan gedung-gedung disana-sini, hatiku memang terasa sedih. Jadi dapat kubayangkan betapa sedihnya mereka yang lahir di kota Dili kalau harus melihat seperti apa kota kelahirannya di saat ini. Namun, seperti apapun neraka dunia saat ini di kota itu maupun di kota-kota lainnya di TimTim, masih belum seberapa dibandingkan dengan kota di Irak!
Berkat manusia bernama Pramoedya :-) saya sempat berkenalan dengan dua orang editor dari majalah bernama The New Internationalist sehingga saya mendapat langganan gratis :-). Majalah ini berpusat di London, U.K., tetapi mempunyai kantor dan editor di beberapa negara selain Kanada. "The New Internationalist exists to report on the issues of world poverty and inequality; to focus attention on the unjust relationship between the powerful and the powerless in both rich and poor nations," demikian tertulis di kolom halaman depannya. Nah, edisi nomor 316 bulan September 1999 memuat Irak sebagai laporan utama. Bila Anda mengikuti berita-berita dunia, Anda tentu tahu bahwa banyak sekali LSM, tokoh-tokoh politik di manca negara termasuk Kanada, sampai ke Paus Johanes Paulus II yang menginginkan agar sanksi PBB dihentikan karena yang menjadi korban adalah rakyat jelata bukan si Saddam Hussein atau rezimnya.
Sanksi yang sudah berjalan lebih dari 9 tahun itu bukan saja sudah membuat jutaan rakyat Irak menjadi THP, tak heran sebab UNICEF sendiri mengatakan sekitar 5000 sampai 6000 anak Irak meninggal setiap bulannya, tetapi malah semakin membuat rezim si Saddam kokoh perkasa. Segala jenis penyakit termasuk kanker melanda rakyat Irak. Sudah sekitar sejuta yang meninggal sejak sanksi PBB dijalankan dari total penduduk sejumlah 21 juta. Perekonomian boleh dikata sudah ludas alias tidak ada lagi. Rakyat hidup dari minyak yang masih boleh dijual, hanya cukup untuk jatah makan selama 20 hari dalam sebulan. Kata Haitam, seorang yang diwawancarai NI, setelah hari ke 20 mereka harus hidup hanya dengan teh dan roti, tomat dan minyak bila di malam hari. Mereka saling bantu membantu, yang mempunyai kelebihan memberikannya kepada yang kekurangan. Segala macam barang, perabot rumah tangga, sampai ke mainan anak-anak seperti boneka, mereka jual (bila sampai beruntung ada yang membeli) untuk dipakai membeli makanan. Gaji pegawai pemerintah dari US $200 per bulan sebelum sanksi PBB menjadi US $2. Standar kehidupan rakyat Irak memang sudah turun dari jaman modern ke "jaman batu" :-(. Namun yang paling mengenaskan membaca kisah THP di Irak adalah kisah sengsara anak-anak dan generasi muda mereka.
Bukan saja mereka hidup dalam keadaan lapar dari waktu ke waktu. Pemboman Inggris dan Amrik yang masih terus dilakukan dari hari ke hari, membuat mereka hidup dalam keadaan traumatis setiap saat. Amrik adalah musuh, setan, bagi banyak anak-anak Irak. Mereka tumbuh atau dibesarkan sebagai pembenci manusia, tak heran. Bila mereka tidak dilahirkan cacat karena meningkatnya bayi-bayi yang lahir cacat akibat polusi, radiasi dan ibu yang kelaparan, banyak yang terkena kanker. Diperkirakan bila kurva mereka yang terkena kanker terus seperti saat ini, 44% dari rakyat Irak akan terkena kanker dalam jangka waktu 10 tahun mendatang. Sekolah dahulu gratis dan wajib, sekarang sistim pendidikan sudah terbengkelai. Anak-anak membantu ortu untuk mencari nafkah, menjadi tukang semir sepatu, menjual apa-apa yang masih bisa dijajakan.
"Bila semua penderitaan kaum THP di Irak akan berakhir?," Anda bertanya. Jelas saya tak tahu jawabnya, wong bos kita JP II saja tidak mampu berbuat apa-apa. Yang kuketahui, ada lebih dari 10 LSM di manca negara yang terus melakukan 'lobbying' agar sanksi PBB dihapuskan dan tentu saja mereka memberikan alternatif apa yang dapat dilakukan PBB, Amrik, Inggris dan negara-negara lainnya yang ngeri akan si Saddam, agar kekwatiran mereka dapat diperkecil dan rakyat Irak diperbolehkan hidup kembali. Jadi pren sadayana, baik Anda warga THP maupun pemerhati yang sedang solider dengan penderitaan rakyat TimTim, ingatlah, masih selalu ada orang lain yang "nasibnya" lebih buruk dari Anda atau rakyat TimTim. Semoga, di dalam keterbatasan kita, kita mampu untuk membantu warga THP dari waktu ke waktu, dimana saja, terutama yang jalan hidupnya melintasi jalan hidup kita. Salam dari Toronto.