The Hurting People LXVII

Sudah setahun saya berhenti menulis serial THP ini karena Anda-Anda sudah tahu apa istilah THP itu dan dapat memakainya dengan sreg. Dipicu oleh seorang warga THP yang baru kukenal di milis P-Sby, saya ingin meneruskan serial ini lagi, kudedikasikan untukmu. Dibandingkan dengan apa yang akan kuceritakan, ke-THP-anmu masih lumejen, "not too bad" kata anak Kanada. Seperti Anda tahu, saya jarang sekali nonton TV. Akhir-akhir ini, karena Toronto sudah mulai hangat dan akibatnya heater lebih jarang bekerjanya, ruangan tamu tempat saya duduk belajar atau membaca, menjadi lebih dingin. Jadi saya ikutan "ngusel" naik ke kamar atas dan masuk ke dalam selimut bersama "sang ratu" :-). Anda yang mengenal saya sejak saya masih aktif di Radio Angkatan Muda (siarannya) tahu bahwa saya bisa belajar ditemani musik/suara. Tetapi malam itu Cecilia berkata kepada saya, "Dengerin, tontonin deh tayangan ini, kasian banget anak satu itu." Ia sedang menonton suatu peristiwa THP, kisah sesungguhnya sbb.

Alkisah ada seorang ibu yang melahirkan dua anak kembar, non-identik. Pada jaman itu, tak peduli apa agama sang bonyok, bokap nyokap alias ayah ibu istilah generasinya si Nc Budi, anak laki-laki akan disunat. Nah, kedua bayi cowok itu langsung disunat ceritanya dan malapetaka terjadi terhadap yang satu, sebut saja si Polan. Sunatan modin yang melakukannya, entah bagaimana persisnya gagal alias kacau-balau. Titit si Polan jadi rusak. Sang ortu panik dan kebetulan atau sialnya ia diperkenalkan dengan seorang sepikolog dengan teori gilak. Teori doi, seorang manusia dipengaruhi oleh nurture atau lingkungan hidupnya, bagaimana ia diperlakukan oleh manusia lainnya. Meski ia cowok, kalau ia diperlakukan dan dianggap sebagai cewek, ia akhirnya akan menjadi seorang perempuan. Percaya akan teori sepikologi itu, sang bonyok memutuskan men-del seluruh perabotan si Polan :-(. Dioperasi sang bayi Polce dan dibuatkan vagina bikin-bikinan, persis seperti apa kata seorang warga milis P-Sby yang kukirimkan tayangan jopor bahwa ada beo yang bisa bilang, "asli asli palsu" :-). Oya, agar supaya teori sepikologi itu, nurture lebih penting dari nature bisa sreg berjalannya, maka si Polan mendapat suntikan hormon-hormon perempuan seperti estrogen dan sebagainya.

Weleh-weleh prens sadayana, apa yang lalu terjadi? Si Polan tidak menjadi si Pauline alias dijauhi oleh min-temin perempuannya. Ia dianggap aneh meski tentu ia pake rok dan rambutnya panjang a la Rapunzel. Kalau berkelahi, Polan bukan jambak-jambakan tetapi menendang selangkangan :-). Pokoknya memang ia berperilaku sebagai tomboy dan makin lama semakin dijauhi oleh cewek-cewek di paguyubannya. Sampai pada suatu ketika si ibu tidak tega lagi melihat anaknya mengalami krisis identitas seperti itu. Ia membuka rahasia ketika si Polan sudah remaja dan berumur 15 tahun. All hell broke lose? Not really. Memang abangnya si Polan menjerit-jerit kaya orang gila, bahwa ternyata adiknya perempuan yang selama ini disayanginya, mestinya punya perabotan yang sejenis dengannya. Ia menjadi lebih THP dari si Polan karena merasa selama ini kehilangan teman bermain. Belum THP-nya kepada sang sepikolog dan dokter yang sudah mengerjakan Polan untuk menjadi "Pauline". Akan halnya si Polan sendiri, ia sangat lega! Barulah ia dapat mengetahui sumber asal muasal mengapa selama ini ia kog "lain dari yang lain". He felt very relieved.

Kisahnya tentu tidak tamat demikian saja. Polan lalu mengganti namanya menjadi nama laki-laki, berpakaian dan bersikap jantan tapi ga sok jago kaya Bang Jeha :-). Melalui operasi yang tak dapat Anda bayangkan karena pasti tidak ada warga milis ini yang pernah mengalaminya, Polan dioperasi balik lagi jadi cowok dan dibuatkan kemaluan. Operasinya tidak hanya sekali sebab mengalami kegagalan beberapa kali. Anda dapat bayangkan penderitaan si Polan sebab beberapa kali ia mencoba bunuh diri :-(. Bayangkan ke-THP-an si nyokap ketika melihat anaknya hampir mampus memakan obat untuk bunuh diri. Apakah aku biarkan saja dikau mati anakku, agar penderitaanmu selesai sudah, atau kubawa kau ke rumah sakit. Si Polan dibawanya ke rumah sakit dan selamat dan mengalami penderitaan lagi. Cerita kupersingkat sedikit ketika pada akhirnya Polan dapat menerima dirinya sebagai apa adanya. Ia lalu bertemu dengan satu anak baik, perempuan yang juga dapat menerimanya seperti apa adanya, seorang janda muda mempunyai dua anak. Polan menikah dengan si malaikatnya dan supaya seri THP ini berakhir oke, "they seem to live happily ever after". Jadi pren, kalau dalam satu menit Anda merasa Andalah manusia paling THP di dunia dan mustahil ada Tuhan yang adil dan menyayangimu, usahakan di menit berikutnya untuk sadar bahwa ada lebih banyak lagi warga THP yang tadinya lebih amblas darimu dan mereka dapat melewati "hidup dalam jurang dan lembah kekelamannya". Tidak percaya? Tanya kepada beberapa warga eks THP di milis kesayanganmu ini, salam dari Toronto.

Home Next Previous