The Hurting People LXXI

Pertama-tama, berterima-kasihlah kepada Mas PAB prenku sejak jaman P-Net yang memberikanku "kado Natal" sebuah buku berjudul 'A Child Called It' yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa ibu kita. Oleh karena itu, meskipun ada satu dua terjemahan yang ngawur, dalam waktu sejam buku itu selesai kubaca. Ngawurnya sangat dapat dimaafkan meski 'bluejay' diterjemahkan menjadi "sejenis burung gagak" dan 'pumpkin' menjadi buah labu. Maklum penterjemah bukan anak Toruntung maupun fans The Toronto Blue Jays :-). Dipicu oleh buku itu, serial klasik ini tiba kembali di hadapan Anda, menyambut tahun yang baru di kotaku, memasuki tahun Y2K+2 di nusantara tersay.

Sampai saat ini saya masih sukar percaya bahwa ada anak THP seperti itu, sial banget jadi anak bernama Dave Pelzer yang disiksa ibunya, diantepin oleh bapaknya yang bego banget selama ... 8 tahun :-(. Kalau hanya digebukkin dan tidak dikasih makan maupun dilelepin ke dalam bak mandi, saya pernah mempunyai teman di Betawi yang juga disiksa demikian oleh bapaknya. Tetapi kisah THP si Dave bukan main, bak membaca siksaan di neraka :-(. Beberapa adegan yang paling mengenaskan hati Mas Phil, ketika doi disuruh memakan muntahnya sendiri, muntahan makanan yang terpaksa dicurinya karena ia dihukum tidak diberi makan berhari-hari. Masih belum apa-apa sampai ia disuruh makan tai dari popok adiknya. Lebih gila lagi ketika ia ditikam oleh ibunya dan sesudah dibalut lukanya oleh si ibu penjelmaan iblis, sambil borboran darah ia masih harus menyelesaikan tugas mencuci piringnya.

Sori prens yang belum membaca atau membeli buku itu. Meskipun sudah saya kemukakan siksaan gila itu, di dalam konteks cerita si Dave di buku itu, saya yakin Anda masih akan bergidik membacanya. Masih banyak siksaan lain yang mengenaskan untuk Anda membacanya, tidak terbayang rasanya ada manusia sekejam itu. Ibu kandung sendiri lagi. Buku ini memang baru seri pertama dari trilogi yang ditulis si Dave. Kutunggu buku kedua dan ketiganya Mas Phil, hadiah Tahun Baru Bule dan Tahun Baru Imlek barangkali. Ibunya yang bernama Catherina Roerva, ketika Dave bayi sampai berumur 4 tahun, adalah ibu yang normal dari keluarga yang cukup berbahagia, membaca bab II buku itu berjudul Masa-masa Bahagia. Tidak terlalu jelas mengapa si ibu berubah menjadi iblis meski memang ditulis oleh Dave dari waktu ke waktu ia menjadi peminum dan pemabuk, termasuk bokapnya, "raja bakiak". Kalau pangeran bakiak adalah laki-laki yang manut wae kepada isterinya, raja bakiak adalah bapaknya si Dave dan bacalah perilakunya seperti apa sehingga kujuduli demikian.

Ketika saya mulai membaca buku itu, sambil mulai tak percaya bahwa hal yang diceritakan si Dave masih mungkin terjadi di Amrik, saya memperhatikan tahun peristiwanya. Sekitar 30 tahun yang lalu dan semoga memang penyiksaan anak seperti dialami si Dave sudah menjadi sejarah. Bila Anda cukup banyak membaca serial ini, Anda tahu bahwa beberapa dari kisah THP adalah syering anonimku akan para ortu yang menjadi THP karena anak remajanya benar-benar toxic, bukan anak bayi berusia 4 tahun. Sesekali mereka suka berkomentar karena sudah THP oleh kelakuan anaknya, mereka diperlakukan buruk sekali oleh sistim perundang-undangan di Kanada ini. Yakni anaknya sangat dilindungi haknya. Jaman sekarang, jangankan menyiksa anak seperti dialami si Dave, sekali menggebuk sang anak dan ia menelepon 911 atau polisi, dalam sekejap datang hamba-hukum ke rumahmu untuk memborgol dan menjebloskanmu ke dalam sel. Titik. Apakah si anak toxic atau druggist, itu urusan belakangan. Yang penting ia sangat dilindungi hukum yang berlaku. Sesekali bokap yang pernah diborgol dan dipenjarakan itu datang mengadu kepadaku karena ia menjadi warga THP kelas berat lantaran menabok anaknya. Kukatakan, "Yes, the system sometimes is not fair to us parents because it wants to protect the child who is considered weaker. It doesn't know whether we are disciplining or abusing the child. You live in a different country (umumnya mereka datang dari negara dimana anak masih oke untuk dipukul) now and you must abide the law in this new country." Membaca buku di atas, saya bersyukur bahwa sistim yang ada melindungi anak-anak yang mungkin lemah seperti si Dave. Biarlah anak-anak yang toxic, perusak tatanan masyarakat, 'child delinquent' mendapat "rejeki" karena undang-undang yang melindungi mereka.

Mas Phil, sebagai pemerhati psikologi, saya tertarik sekarang untuk membaca bagaimana si Dave menjalani masa remajanya. Akan menjadi anak yang toxic-kah dia karena ke-THP-annya dimasa ia masih kanak-kanak? Bukan saja ia membenci ayah dan ibunya di akhir-akhir kisah di buku pertama ini, ia juga tidak percaya lagi akan adanya Oom Han yang maha-kasih. Siapa yang percaya kalau nasib sampai mengenaskan seperti itu? Akan lebih menarik bagaimana ia mampu menjadi seorang manusia yang di akhir buku disebutkan mendapatkan cem-macem penghargaan karena keberaniannya. Bagaimana ia mengatasi ke-THP-annya dan mampu menjadi manusia pencinta, pastilah menarik untuk dibaca. Yang pasti, dari kisah seorang anak manusia ini, kita tahu bahwa pada dasarnya, manusia "tahan banting", resilience istilahnya. Meski hidup di dalam neraka dunia, si Dave membuktikan dan mensyer dari waktu ke waktu, bahwa ia harus bertahan untuk tetap hidup. Ia masih tetap mempunyai pilihan. Dengan tayangan ini, kita mengucapkan selamat jalan kepada tahun 2001 yang sudah membuat banyak manusia di dunia menjadi THP dalam waktu sekejap, terutama sejak 11 September. Lewat buku di atas, kita disadarkan bahwa selain banyak manusia yang jauh lebih menderita dari kita semua, habis gelap kan terbit terang. Semoga, terutama bila Anda sendiri sedang menjadi warga THP di ujung tahun 2001 di awal tahun 2002 ini. Salam dari Toronto, Met Taon Baru prens sadayana.

Home Next Previous