The Hurting People LXXII

Pengalaman hidup kita bermacam-macam, sebagian besar (semoga) menyenangkan, sebagian kecil menyebabkan THP. Namun, antara mereka yang mengalami hal yang sama dan menjadi THP dengan yang oke oke azha, sering terdapat perbedaan persepsi. Bak gelas setengah penuh untuk yang satunya, setengah kosong untuk yang lainnya. Pengalaman si Rudy membeli kartu telepon dan harus membayar "uang sekolah" sebesar 70 $ karena tak ada satupun kartu telepon itu yang jalan, tidak membuatnya THP, tetapi pelajaran "bangku sekolah kehidupan". Buktinya ia sekarang berjualan kartu telepon. Pengalaman seseorang dicopet dan dimalingi sering juga membuat THP tapi bagi Bang Jeha yang belum lama ini dicopet komputer kesayangannya berisi "harta karun" tulisannya, hal itu malah membawa hikmah. Komputer menjadi baru, mempunyai CD-RW sehingga sekarang secara mudah, ribuan file di beberapa foldernya yang penting ia backup setiap bulannya. Bukan saja menjadi baru, tetapi dengan harga 1/3 dari komputer sebelumnya yang sudah berusia 3 tahunan, ia mendapat komputer dengan kemampuan atau power 3 kali lipat. Bagaimana bukannya hikmah :-). Tapi prens sadayana, proses claim asuransinya memang hampir membuat ogut THP kalau saja saya bukan pengarang serial ini :-). Bagaimana tidak, coba Anda simak 'diary' yang saya tulis di awal proses claim sbb.

House broken into: October 9, 2001.
Reported to Allianz on October 10. claim # PP 947xxxxx, policy GC703yyyyy. Adjuster Steve Blablabla, phone number (416)961-nnnn. He said he will mail claim form, didn't get it till Friday, he then sent via fax.

Itulah entry pertama di 'diary' saya, selalu saya buat hal seperti ini di dalam suatu proses yang saya tahu akan panjang dan bisa membuat THP. Dengan menulis, sebagian senteres dan ke-THP-an kita akan berkurang. Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu. Si Steve slowpoke alon-alon asal kelakon di dalam memproses claim-ku. Istimewanya, saya tahu tipuannya, kalau saya menelepon juragannya, hampir selalu harus meninggalkan pesan atau per telepon, ia akan bereaksi. Saya complain ke Mass Insurance, broker dari Allianz dan mereka angkat tangan karena katanya, ini lumrah, biasa, tidak melanggar hukum :-(. Baru pada saat saya tengah ber-cruise ria, cheque-nya datang. Masyamalaikat, perhitungan atau isinya tidak seperti yang saya harapkan karena beberapa benda duniawi milik anak-anak yang hilang tidak diperhitungkan padahal rekening atau semua invoice sudah saya kirim. Terjadi lagi proses kucing-kucingan setelah saya kirim ulang invoice yang diperlukan. Puluhan entry saya di diary-ku sampai akhirnya, Jum'at kemarin, saya bisa menuliskan sbb.

Called and left a message with Steve on Friday, January 25 and got a call back. He said the refund cheque of approximately $ 1000 is being cut and will be coming his way. Then he will mail the cheque.

Insyaallah cheque itu akan tiba di rokum Bang Jeha minggu depan sebab kalau tidak, diary yang sudah memuat lebih dari 100 baris, 8 kilobytes akan saya teruskan lagi. Untunglah saya suka menulis dan dapat berbela-rasa dengan si Steve sang claim adjuster slowpoker. Pengalamanku mendapatkan claim ini adalah 'the worst in my life', kataku ke si Craig bosnya. "I am more traumatic following up your claim processing than the break-in of my house," kataku lagi dan entah apakah ia tersenyum kecut atau manggut sebab teknologi telepon di Y2K+2 ini belum memungkinkan kita melihat lawan bicara kita. Yang pasti saya tidak menjadi THP dan belajar dari pengalaman ini.

Seperti saya katakan, berbela-rasa dalam kasus ini maupun di dalam peristiwa lainnya dalam kehidupan kita dapat mencegah kita atau orang lain menjadi THP. Kemarin saya bertemu dengan sahabatku yang mungkin cuma setahun sekali ketemunya karena ia sibuk dengan pasiennya :-). Setelah ngobrol ngalor ngidul ia bertanya kepada saya, "Menurut jij, kenapa itu dua kelompok (gereja) Katolik Korea berkelahi?" Saya hanya tersenyum dan ditimpali atau dijawab oleh seseorang, "Orang Korea sudah begitu dari sononya, senang berkelahi." Bila Anda tinggal sekota denganku tentu sudah membaca berita di koran dan intinya adalah ke-THP-an satu kelompok yang pastor kesayangannya dipindahkan menjadi bertambah-tambah ketika hirarki alias bos Gereja Katolik campur tangan. Akibatnya kelompok pariah itu sekarang dilarang untuk ke gereja di setengah kota Toronto supaya tidak terjadi lagi perkelahian. Kata Bang Marcus kepada saya, masih mending Serviam, cuma dilarang untuk ke SATU gereja saja di seluruh Keuskupan Agung Toronto :-). Bang Marcus jelas masih THP :-). Itu juga sebabnya saya berkomentar ketika membaca tayangan forward Romo Kus yang berisi berita atau doa-doa para tokoh agama dari Asisi, Itali beberapa hari lalu. Selama para umat dari agama-agama di dunia ini masih pada THP semuanya, selama itu pula doa-doa para bos dan juragannya akan sia-sia alias it is still a long way to peace in this small planet called Earth. Semoga saya salah, semoga sebelum saya aut kojor dut, orang Israel dan Palestina sudah berpeluk-pelukan lagi. Salam dari Toronto.

Home Next Previous