The Hurting People LXXIII

Tayangan serial ini lebih sering mengemukakan 'real people', mereka yang THP dan hidupnya melintasi jalan hidupku. Tetapi karena baru saja kutayangkan persoalan grieving (anak-anak) dan mendapat sedikit komentar dari Anda-anda lewat japri atau di milis Psiko, saya ingin mendongengkan ke-THP-an satu pasutri hasil tontonan. Kalau Anda belum dan MAU menonton film berjudul 'In The Bedroom' yang diperankan oleh Sissy Spacek dan Tom Wilkinson, cepat-cepat delete tayangan ini karena akan menjadi tidak seru lagi. Ya, film itu lumayan sudah mendapat hadiah dan Sissy dicalonkan sebagai aktris terbaik untuk Oscar karena perannya disitu.

Anda masih bersamaku? :-) Sissy di dalam film menjadi Ruth si isteri, seorang guru musik SMA dan Tom menjadi dokter Matt Fowler. Yang menjadi sumber THP adalah anak mereka, Frank yang pulang liburan musim panas dan jatuh cintrong kepada Natalie, mantan isteri orang dengan 2 anak cowok masih kinyis-kinyis. Si Natalie sudah hidup berpisah dengan suaminya yang abusive, Richard anak cukong pabrik sardencis di kota pantai New England tersebut. Sebagai dasarnya wong abusive ia tidak bisa menerima eks bininya punya "pacar" lagi. Menyingkat cerita, suatu ketika ia mengamuk di dalam rumah Natalie; putera sulung mereka menelepon Frank yang datang mau membantu. Belum lama si Frank di rumah itu, Richard datang balik. Terdengar suara pertengkaran dan jeledor .... Sutradara memperlihatkan Natalie yang lari ke bawah, melihat Frank sudah kojor di bagian mata kanannya tembus pelor. Oya, sebelum ia mati terbunuh, Frank sebetulnya sudah bengep daerah matanya ditonjok Richard hingga babenya yang "tukang jahit" manusia kaya Rudi bokinnya Silvi :-), perlu mengobras daerah matanya. Ruth sang nyokap sudah mau memanggil polisi, dianjurkan jangan oleh si babe dan juga Frank protes keras, takut kalau polisi terlibat, kedua anak pacarnya akan trauma.

Nah, ayah dan ibu adalah manusia yang dalam sekejap menjadi THP kelas berat dan langsung ada di dalam tahap marah menurut teori Elisabeth Kuebler-Ross. Mereka tidak bisa mendiskusikan ataupun berbicara mengenai kematian anak kesayangan, putra tunggalnya. Ruth menjadi "kereta-api" alias merokok tanpa berhenti sambil duduk di depan TV setiap hari. Matt berusaha berpraktek lagi tapi tak bisa konsentrasi sampai suatu ketika mereka perang. Oya, lantaran anak cukong dan berhasil menyewa lawyer yang hesbats, yang mampu meyakinkan oom hakim bahwa yang sudah terjadi adalah perkelahian, tak ada saksi lagi, si Richard tidak perlu mendekam di dalam sel, 'on bail' istilahnya. Ruth menjadi depress banget ketika terakhir bertemu Richard yang hepi-hepi wae, punya perempuan lagi dan ketawa-ketiwi. Matt yang melihat Ruth lagi BT begitu menegurnya dan pecahlah perkelahian yang agak 'nasty' karena mereka keluarkan semua uneg-uneg mereka sejak kematian sang anak. Matt menuduh Ruth sebagai 'overbearing woman', diktator yang mau ngatur terus hidup puteranya. Ruth mengenyek Matt yang katanya tidak punya perasaan, tidak peduli kehilangan anak. Tidak betul sebenarnya karena Matt juga suka ngelamun, sedih dan terus membayangkan kehilangannya, hanya ia tidak mampu menyelesaikan grievingnya atau keluar dari tahap marah dan depresi. Ruth menuduh Matt yang sebetulnya naksir ke Natalie dan "memakai" anaknyua sebagai "penyalur nafsunya". Pokoke prens, kedua pasutri itu saling melontarkan toxin sebab mereka sedang menjadi warga THP kelas berat. Tentu saja hilanglah keromantisan di dalam hubungan mereka dan mungkin itu sebabnya sehingga Matt jadi nekads, mana tahan.

Karena kemungkinan Anda menjadi tertarik untuk menonton film yang mendapat 4 bintang ini di beberapa resensi, sama dengan film lainnya yang sedang jadi hit seperti A Beautiful Mind yang minggu lalu kutonton, Lord of the Rings yang bulan lalu kutonton dan Harry Potter yang tahun lalu kulihat, maka babak terakhir film ini kurahasiakan deh. "Mana yang paling bagus dari keempat film di atas?," tanya Anda. Tergantung, Anda berbela-rasa dengan ortu yang THP kehilangan anak, tentu film ini. Anda senang ilmu sihir :-), ya Harry Potter, senang eksyen Lord of the Rings, psikologi A Beautiful Mind. Sekian dulu, sampai berjumpa di serial berikutnya.

Home Next Previous