Lima tayangan kemudian, akhirnya saya baru melanjutkan tayangan berjudul di atas yang saya tayangkan sekitar dua minggu lalu. Semoga Anda sudah membaca dan melalui "contoh soal" saya dan isteriku yang kami bagikan di dalam kelima tayangan itu, Anda dapat memahaminya. Dimulai dengan 'Pelit' yang mengisahkan bahwa kehematan adalah salah satu kebutuhan untuk 'survival' dan dilanjutkan dengan 'Love and Belonging' Anda membaca mengenai dua kebutuhan. Kemudian lewat 'Need for Power', 'Merdeka atau Mati', serta terakhir 'Let's Have Fun', saya membagikan bagian hidup saya dan isteriku mengenai tiga kebutuhan lainnya.
Sudah cukup lama saya mengenal Control Theory (sekarang disebut Choice Theory) dari seorang psikiater bernama Dr. William Glasser. Kira-kira 3 tahunan lalu. Namun bukunya berjudul 'Staying Together, a Control Theory guide to a lasting marriage', memicu saya untuk menuliskan ke tujuh tayangan itu semua. Seperti saya katakan, tayangan ini khusus saya tujukan kepada Anda-anda yang masih mencari-cari sang Romeo atau si Juliet meskipun tentu saja oke untuk dibaca Anda yang sudah menggandeng si Pranacitra atau sang Rara Mendut :-). Tidak mudah mencari pasangan hidup yang serasi. Saya sudah membagikannya di dalam kisah saya PAB X mengenai bagaimana saya melakukan "testing" terhadap pacarku yang sekarang menjadi isteriku :-). Namun, pemahaman akan kebutuhan masing- masing, dimulai dari diri sendiri, akan memberikan peluang yang lebih besar bagi suksesnya hidup pernikahan. Mungkin Anda percaya kalau saya katakan, sebelum saya dan Cecilia menikah, cukup banyak buku mengenai pernikahan yang kami baca bersama-sama dan kami diskusikan. "Dasar kutu buku," kata teman- temanku yang juga kutu-bukuis :-).
Salah satu yang baik untuk didiskusikan adalah kebutuhan sex (survival) dan kebutuhan untuk cinta (love and belonging) yang sering tidak sama atau sejalan. Seorang laki-laki yang kebutuhan survival-nya kuat dan menghendaki sex dalam kadar yang tinggi, akan berusaha untuk bertindak 'loving', guna mendapatnya. Si perempuan yang umumnya tinggi kebutuhan untuk dicintainya, tentu langsung akan "menomplok" loving behaviour itu. Tetapi bila si pria sebetulnya kecil kebutuhan cintanya, lama kelamaan, setelah masa bulan madu berlalu, si wanita akan mulai sadar, 'something is missing'. Nah, inilah salah satu penyebab dimulainya pernikahan yang tidak serasi, yakni ketidak-sesuaian kedua kebutuhan dan masing-masing tidak menyadarinya. Kebutuhan survival saya :-), memang lebih besar dari isteriku namun saya menyadari bahwa iapun memiliki kebutuhan itu, dan terlebih kebutuhan akan dicintai. Itulah seninya :-).
Seperti saya bagikan di dalam 'Need for Power', kebutuhan saya akan 'power' lebih tinggi dari Cecilia. Salah satu pemenuhannya memang adalah kecendrungan untuk mengontrol, mengatur, nge-boss-in, orang lain. Nah, mengontrol manusia lain adalah sesuatu yang egois, berlawanan dengan loving sex. Syukurnya, saya tidak ekstrim atau selalu jadi boss di dalam hubungan kami berdua. Lebih lagi, Cecilia dapat menerima bila ia memang perlu "diatur" dan terkadang ia yang "mengatur". Tentu tidak selamanya keadaan "aman damai" alias sekali-sekali terjadi konflik. Namun karena memang dasar kami cukup kuat, yakni hidup di dalam suatu Sakramen (Pernikahan), maka konflik-konflik itu umumnya mudah kami tanggulangi dan atasi. Dr. Glasser mengatakan, pernikahan yang amburadul lebih sering disebabkan oleh ketidak-mampuan salah seorang atau kedua pasangan untuk memenuhi kebutuhan akan 'power' pihak lainnya, bukan karena kurangnya cinta. Cinta tidak dapat berakar bila pasangan merasa hanya mempunyai sedikit 'power' atau tiada sama sekali. Salah satu caranya memberikan 'power' kepada pasangan adalah dengan jalan MENDENGARKAN. Anda yang tergabung ke dalam paguyuban ASRI P-Net sudah membaca kisah saya dan Cecilia mengenai mendengarkan. Intisarinya adalah tidak mudah, namun bisa, terlebih bila kita sering latihan. Kata Dr. Glasser lagi, pernikahan yang paling baik terjadi di antara pasangan yang kebutuhan untuk 'power'-nya rendah atau average dan kebutuhan untuk cinta sedikitnya average. Mereka saling mendengarkan tanpa bermaksud mengontrol.
Meski saya sudah cukup menyinggung bahwa kebutuhan untuk 'freedom' atau kebebasan yang tinggi, sering tidak selaras atau cocok untuk hidup di dalam ikatan pernikahan, tidak berarti bahwa mustahil orang yang kebutuhannya tinggi tidak dapat menjadi pasangan yang baik. Contohnya yang nulis kan :-). Intisari- nya adalah dari awal Cecilia sudah mengetahui akan itu, makanya ia dapat menerima dan mempercayai saya sepenuhnya. Kalau saya bertugas ke luar kota atau ke luar negeri, tidak pernah saya "diinterogasi", "Kamu tinggal di ujung Patpong Rd. kemana aja sih kalau malam hari," misalnya :-). Ia juga tahu bahwa saya akan bercerita dan tidak akan sembunyi-sembunyi, misalnya waktu saya mengunjungi "akuarium" perempuan di Bangkok. Seperti saya contohkan di dalam tayangan Lamunan Bersepeda VIII, dimana kami ke restoran bersepeda, bila Anda dan sang Romi Juli sama-sama tinggi kebutuhan kebebasannya, kompromi selalu mungkin. Sebetulnya malah yang dapat menjadi masalah adalah bila pasangan suami isteri, kebutuhan untuk kebebasannya berbeda sekali. Contohnya, kalau isteriku rendah kebutuhannya untuk bebas, bagaimana ia dapat mengerti bahwa saya senang ngukur jalan dan tidak betah di rumah misalnya.
Sudah lama saya tidak menulis tayangan panjang dan semoga Anda masih sabar sejauh ini. Karena kebutuhan mengenai 'fun' baru saja saya tayangkan dan saya bagikan kepada Anda, saya akan lewati. Saya percaya bahwa Anda sudah paham, penting untuk mengetahui setinggi apa kebutuhan-kebutuhan pasangan Anda dan bagaimana diri Anda sendiri. Nah, kalau saya boleh menyimpulkan, needs profile saya dalam hal survival, love and belonging, power, freedom, fun adalah 43453 sedang Cecilia menurut analisa kami :-) adalah 34344. Jadi kebutuhan kami serba seimbang dan keesktriman saya di dalam hal freedom sangat dimengerti isteriku karena ia juga senang "bebas merdeka" meski tak mau mati untuk itu :-). Semoga dengan pemahaman akan kebutuhan diri Anda sendiri dan diri "gacoan" Anda saat ini, pertanyaan a la hitung kancing yang saya jadikan judul tayangan kali ini, dapat terjawab. Salam dari Toronto.