Keluarga Berencana Alamiah XVII
(Ber-KBA Di Masa Pascabersalin II)

Sekarang kami akan membahas bagaimana melakukan pengamatan atau ber-KBA setelah kascar melahirkan si upik. Selain Anda perlu melakukan pengamatan dan charting, juga ada beberapa faktor yang kerap muncul yang harus Anda perhatikan selama ber-KBA sesudah persalinan ini.

Yang paling penting untuk mulai diamati adalah kembalinya mucus atau hari-hari kering dimana mucus belum kembali, segera setelah perdarahan pasca-bersalin berhenti. Pengukuran temperatur perlu dimulai, tergantung Anda masuk di kelompok I, II, atau III seperti kami jelaskan di tayangan lalu (bila Anda melakukan FBF Anda masuk kelompok III). Jadi bila Anda termasuk kelompok III, charting suhu harus mulai dilakukan di minggu kelima atau bila mucus sudah mulai muncul. Jika vulva (bibir vagina) selalu kering kerontang untuk masa yang lama, tidak perlu setiap hari suhu diukur, kecuali:
- si bayi mulai diberikan makanan lain (cair atau padat)
- frekwensi menyusu berkurang atau ia tidak menyusu lagi di malam hari
- ia kehilangan napsu menyusu
- ibu mengalami perdarahan, baik haid atau bukan
- mucus timbul kembali
- bayi berusia 6 bulan.

Akan sangat membantu Anda ber-KBA bila pada saat melakukan pengamatan dan charting di masa pascabersalin ini Anda telah mampu melakukan pengamatan cervix sebab ia merupakan sesuatu yang sangat 'reliable' dimasa-masa ini. Sesuatu yang baik dan kami anjurkan untuk dilakukan adalah mencatat dari hari ke hari 4 hal si bayi dalam menyusu. Frekwensinya, jarak satu dan yang lainnya, napsu menyusunya dan apakah ia puas disusui.

Pada masa sesudah persalinan ini, suhu basal kerap tidak beraturan sebelum menjadi stabil dan rendah terutama bila si ibu FBF. Bila lalu terjadi temperature shift, Anda perlu menghitung 4 suhu tinggi (dibandingkan dengan 3 bila ber-KBA di masa "normal") dan mengamati bahwa tanda-tanda kesuburan lainnya sudah menghilang, sebelum memproklamasikan bahwa kascar sudah memasuki fase 'definitely infertile' alias bapaknya si upik boleh bersorak :-). Baru di siklus ovulasi yang kedua, Anda dapat menghitung 3 suhu tinggi berturutan di atas coverline sebagai pertanda dimulainya fase tak-subur. Seperti juga wanita yang baru saja meninggalkan pil, umum terjadi bahwa jumlah suhu di dataran tinggi tidak sebanyak normal alias lebih sedikit. Lama kelamaan jumlah suhu yang tinggi akan kembali normal tetapi bila si ibu masih terus menyusui mungkin akan lebih lama sedikit dibandingkan ibu yang sudah tidak menyusui.

Mucus yang tampak di vulva sesudah persalinan sering mempunyai karakteristik yang tidak seperti biasanya. Misalnya warnanya kuning coklat atau kuning hijau dan sangat kental, mirip ingus bila kita kena flu. Lama kelamaan mucus yang normal akan tampak kembali. Ibu yang melakukan FBF sering mengalami kering sekali, terkadang ada mucus tetapi tidak bersifat 'lubricative'. Hal ini dapat berlangsung berminggu berbulan. Lalu, bila terjadi perubahan di dalam menyusui atau di dalam hubungan ibu-bayi, mucus dengan sifat yang subur mulai muncul, sering bergantian dengan mucus jenis tak subur. Hal ini terjadi karena hormon estrogen yang diproduksikan tubuh belum cukup banyak. Wanita yang ada di dalam masa pramenopause juga mengalami hal yang serupa, karakteristik mucus "turun naik" antara subur dan tidak subur, tapi tidak pernah sampai ke arah mucus jenis saat ovulasi. Begitu hormon kembali dalam jumlah yang normal dan ovulasi terjadi, karakterisktik mucus untuk selanjutnya akan seperti sebelum ibu melahirkan. Selama masa penantian ini, perdarahan dapat terjadi, dari mulai bersifat spotting sampai cukup banyak. Namun kita tidak menyebutnya sebagai menstruasi atau haid sampai terjadinya ovulasi. Para bapak ber-KBA lalu mulai bertanya, "Aduh Mas/Mbak, aku puyeng lama-lama mesti menunggu terus begini ini, tolonglah hamba." :-) Tunggu tayangan mendatang, sampai berjumpa, salam dari Toronto.

Home Next Previous