Kemping Kanu 10 Hari 9 Malam

Meskipun trip kami kali ini masih kalah lamanya dibandingkan dengan trip di dalam dongengan 'Dua Belas Hari Tanpa Televisi', tetapi inilah rekor interior camping saya dan Cecilia yang terlama. Di kemping 12 hari itu kami sempat keluar dari hutan, pindah naik mobil ke cagar alam lainnya setelah "istirahat" sekitar 2 malam di cagar Bon Echo yang memiliki fasilitas shower :-). Di kemping kami kali ini, shower kami adalah shower-Nya alias air hujan yang turun dari langit. Bila tubuh rasanya sudah menjadi "tambang garam" karena keringat, menyemplung ke air danau sudah merupakan suatu 'luxury'. Selama 9 malam kami terus bermalam di interior-nya cagar Killarney yang oke punya. Tujuan utama adalah melihat Nellie Lake, danau terjernih dari seluruh danau- danau di Killarney. Karena kesibukan hamba di bulan-bulan ini, maka tayangan tidak akan kubuat serial dan akan kutulis singkat saja. Tujuanku adalah membagikan sedikit pengalaman kemping untuk para pencinta alam lainnya atau calon pencinta alam :-). Semoga Anda dapat belajar dari pengalaman kami. Biarlah cerita yang wah-wah-wah atau serba aduhai didongengkan oleh warga milis Serviam dan P-Sby yang ikut kemping bersama kami. Mungkin Ayrin dan Trisna mau bercerita mengenai kesan mereka melihat Nellie Lake yang mereka gandrungi siang malam sejak tahun lalu :-) dan cukup indah nuansa warna-warninya. Mungkin Cak Indratmo yang bermodal karcis montor mabur Winnipeg - Toronto pp mau membagikan pengalaman perdananya melihat 'aurora borealis' atau northern light, pagelaran seekor loon khusus untuknya atau apa itu "Indratmo syndrome" :-).

Seperti Anda tahu, di awal bulan Juni saya dan Cecilia sempat kemping ke interior pertama kalinya. Kami "dianugerahi" hujan deras semalaman sehingga membuat kami lebih siap dalam trip kali ini. Tidak mungkin atau "mujizat" namanya bila di dalam 10 hari kemping, sekalipun tak pernah turun hujan. Bermodal jaket Gortex yang waterproof tetapi breathable, hujan tak lagi merupakan sesuatu yang menjadi masalah atau menyengsarakan. So, lesson number one is: be prepared. Preparation atau perencanaan kemping kami kali ini cukup oke. Namun karena ada 12 peserta, rekorku juga kemping di interior Kanada dengan jumlah manusia sebanyak itu, ada sekitar 27 masakan (meals) yang perlu dipersiapkan dengan cermat. Sekitar 100 email berseliweran antara para peserta sebelum kami berangkat, thanks to the Internet. Sudah kami siapkan sekitar 10 liter naphta atau minyak untuk kompor MSR-ku. Sudah kubawa satu kompor cadangan, gas stove dengan sebotol propane. Namun petaka terjadi. Pump assembly kompor high-tech buatan Mountain Safety Research tersebut pecah berantakan. "Mana tahan!," mungkin jeritnya dipakai selama setahun lebih dan kali ini berhari bermalam untuk memasak bagi 12 orang. Kompor back-up-ku hanya cukup untuk dipakai memasak sehari. MSR-ku rusak di Howry Lake campsite yang jauhnya seharian mendayung dari peradaban. Memang masih mungkin memasak dengan kayu tetapi bila hari hujan, it will be interesting :-). Saya sama sekali tak menyangka sang kompor akan "bubar jalan" begitu saja. Tidak kubawa atau kumiliki tentunya suku-cadang sang kompor. Setelah beberapa pasang mata dan otak menyimak mempelajari kerusakannya, J. teman kami yang ngensinyur lulusan Waterloo :-), memberikan usul untuk memakai 'twist-tie'. Jadilah kawat yang biasa dipakai mengikat garbage bag dan tidak sampai sesen mungkin harganya menjadi "penyelamat nyawa" kami :-). Empat buah twist-tie dirangkai oleh Empok Jeha alias Cecilia untuk meneguhkan atau mengokohkan sang pump assembly. Ide insinyur J. berhasil diterapkan dengan sukses dan kompor kami berfungsi kembali secara mulus sampai di akhir perjalanan. Lesson learned: If an equipment is so essential to the welfare and safety of the group, get a complete second back-up. BTW, spion ogut baru saja melaporkan bahwa Ayrin dan Trisna sudah belajar dari pengalaman ini dan tadi membeli satu kompor high-tech merk Primus yang juga memakai naphta dan tabung yang sama. :-)

Meskipun saya mempunyai 'first aid kit', selain tidak lengkap, isinya pun sudah berkurang karena suka dipakai. Jadi ketika Mbak S. menulis di dalam salah satu email kami yang 100 itu bahwa ia akan meminjam 'first aid kit' dari klab pencinta alam OYCCC (Ottawa YMCA Canoe Camping Club) saya merasa lega. Dua kali isi kotak itu menolong kami. Pertama ketika saya jatuh terpeleset setelah mandi bugil di suatu air terjun dan dijoroki setan yang tak senang melihat orang telanjang :-). Kakiku terluka cukup dalam dan lebar sehingga tidak cukup bila hanya ditutup dengan 'band-aid' Shoppers Drug Mart. Di dalam kotak ada plester ukuran alaihim yang cukup untuk menutupi luka sampai sepanjang 2 inci. J. di atas yang merupakan salah seorang 'experienced paddler' dalam rombongan kami, di hari kedua mengalami 'muscle sprain' di lengan kanannya. Semakin hari semakin sakit sehingga ia tak mampu mendayung lagi dan menjadi 'disabled' alias hanya duduk di bagian tengah kanu. Tiada obat yang lebih ampuh baginya daripada istirahat. Untunglah di kotak PPPK itu ada suatu stretch bandage yang kucari. Bang Jeha first-aider Anda lalu mengikat pergelangan lengan J. sehingga ototnya menjadi 'immobilized'. Lesson learned: In a long trip to the interior, make sure you have a complete or ideally a wilderness first aid kit.

Rencana awal interior camping kami ini cukup ambisius. Dengan kekecualian bermalam 2 malam di Nellie Lake, kami akan pindah setiap harinya, semakin lama semakin menuju ke pedalaman. Karena kelompok yang besar, dengan variasi sekitar 4 jam antara yang bangun paling pagi dan paling siang :-), praktis kami baru mampu berangkat menjelang jam 12 siang. Akibatnya jam makan siang kami hampir selalu kacau atau terlambat. Untungnya matahari baru terbenam sekitar jam 9:30 malam sehingga jarak yang dapat ditempuh dalam sehari menjadi oke lach yauw. Hanya, dengan 2 anak kecil di rombongan 12 orang itu, dengan perlengkapan dan terutama makanan seton :-), kami menjadi tidak 'mobile'. Lesson learned: In big group with children, plan to move at the most every other day.

Karena keadaan tangan J., meski ia masih tetap ingin ikut ke pedalaman, ia tidak ingin kami masuk terlalu jauh. Ia kwatir kalau-kalau bandage itu tidak membantunya atau sakitnya menggawat dan kami membutuhkan 2-3 hari untuk mendayung menuju rumah sakit atau untuk mendapatkan pengobatan. Melihat peta Killarney-ku yang sebetulnya sudah kuno (edisi tahun '95) dan setelah berdiskusi dengan J. saya mengusulkan agar kami menjadikan Howry Lake sebagai 'base camp' kami untuk 4 malam berikutnya. Suatu campsite di pulau kecil di peta sepertinya oke untuk dijadikan 'base camp' tersebut. Namun pada saat kanu kami mendekati pulau itu, terlihat tanda 'no camping' alias pulau itu sudah ditutup. Untunglah masih ada pilihan campsite yang oke bagi kelompok kami yang perlu memasang 5 tenda setiap bermalam sehingga kami tetap dapat mempunyai 'base camp' bagi ekspedisi 4 hari berikutnya. Lesson learned: Buy the most up-to-date map unless you are very flexible and can afford to paddle long distances.

Salah satu ekspedisi kami adalah perjalanan menuju Cat Lake melalui portage trail sepanjang 700 meter. Adanya tanda BD di peta, bukan singkatan satu itu tetapi Beaver Dam :-), merupakan pertanda bahwa danau tersebut banyak ikannya. Ketika sudah mendayung di danau itu dan menghampiri BD yang pertama, tampak besarnya rumah sang beaver (beaver lodge) yang sebesar alaihim. Ternyata danau itu merupakan 'fishing hole' atau tempat memancing yang populer di Killarney rupanya karena di salah satu pantainya ada beberapa perahu aluminium milik tukang mancing. Dalam waktu hanya 1 jam, tukang mancing Anda alias Cecilia mendapat 4 ekor ikan jenis pike yang cukup besar. Satu yang terbesar, rekor ikan yang pernah ditangkap bojoku yang sebesar betisnya sempat membuat tali kailnya putus. Untunglah ia masih mempunyai cadangan kail dan pemberatnya karena modalnya kaya gembel mancing alias seadanya :-). Lesson learned: Get lots of supplies for things you enjoy :-).

Masih banyak pelajaran lainnya yang dapat kubagikan sebab seperti pernah kukatakan, di dalam suatu camping trip selalu ada hal baru yang kupelajari. It is never too old to learn :-). Mungkin si 'Chuck' Indratmo atau Ayrin dan Trisna mau membagikan apa yang mereka pelajari di dalam kemping mereka kali ini. Akan halnya Bang Jeha, saya mau beristirahat dulu sebab besok rencananya akan ada "turat" (pertemuan darat) kecil-kecilan antara beberapa warga Paroki- Sby atau eks Paroki-Net yang tinggal di Toruntung di rokum ogut. Sampai berjumpa di dalam tayangan kemping kami di awal bulan Agustus dengan tujuan yang masih belum kami pastikan, likely Grundy Lake.

Toronto, 3 Juli, 2000

Beberapa foto oleh-oleh

Home