Kiat Berduka 
                          
Prakata: Bila Tuhan berkenan dan saya terus mempunyai waktu, mulai hari ini 
sampai bahannya habis, saya akan menayangkan syering dari kiat bernama 'Grief 
Tips' yang saya sediakan di hompejku. Kiat itu disusun oleh seorang pastor, 
'grief counsellor' bernama Jim Miller, pengarang beberapa buku mengenai 
grieving. Ia mengijinkan saya untuk memuatnya, asalkan menyebut sumbernya. 
Supaya Anda tidak bosan, maka hanya akan saya sebut namanya sekali saja pada 
tayangan pertama ini. :-). Ada lebih dari 60 kiatnya dan mungkin saya ambil 
satu saja setiap tayangan, sehingga mestinya akan cukup bahan untuk setahun. 
Akan saya kutip apa yang ditulisnya di dalam bahasa Inggris, lalu saya tulis
pengalaman atau syering saya di bawahnya. Oke? Bila Anda mempunyai usul,
silahkan, selama tidak menambahkan banyak waktu saya :-). Here it goes.

Talk regularly with a friend.
Talking with another about what you think and feel is one of the best things
you can do for yourself. It helps relieve some of the pressure you may feel, 
it can give you a sense of perspective, and it keeps you in touch with others.
Look for someone who's a good listener and a caring soul. Then speak what's on
your mind and in your heart. If this feels one-sided, let that be okay for
this period of your life. Chances are the other person will find meaning in
what they're doing. And the time will come when you'll have the chance to be
a good listener for someone else. You'll be a better listener then if you're
a good talker now.

Inilah kiat yang pertama dan memang saya percaya akan kemanjurannya. Banyak
sekali orang yang berduka terlipur dukalaranya berkat dapat bercakap-cakap
dengan sahabatnya. Suatu ketika, seseorang penduka menelepon saya di rumah
karena melihat nama saya di buletin paroki saya sebagai relawan urusan berduka
atau seksi repot 'Bereavement Support Group' :-). Setelah berbincang sebentar,
saya anjurkan ia datang ke pertemuan kami dan memang dilakukannya. Hanya lalu
apa yang terjadi, ia hanya sreg untuk menghubungi maupun berbicara dengan satu
orang saja. Tentu tidak saya salahkan. Kebetulan atau mungkin, karena mereka
satu etnis. Pokoknya apa yang bisa membantu, silahkan. Hanya sayangnya, ia
lalu tidak pernah datang lagi ke pertemuan kami. Ketika saya tanyakan pada
sahabat saya, jawabannya adalah "She was hurt because there were so many of
her friends who deserted her. At the funeral, they told her to call them or
let them know if they could be of help. However, when she did call, it was
obvious to her that those friends didn't really want to help." Basa basi,
kata anak Indo dan memang ia lalu menjadi sedikit trauma. Ia sadar ia butuh
teman bercakap-cakap, tetapi ia sensor atau pilih siapa yang kira-kira tulus
mau bercakap-cakap dengannya. Bila Anda sedang berduka dan bertemu dengan
'caring soul' seperti sahabat saya itu, memang Anda mujur. Bila Anda
mengalami penolakan, semoga Anda tidak menjadi seperti si penduka di atas. 

Pertanyaan syering: Bila aku sedang berduka, apakah aku lebih sreg untuk
bercakap-cakap dan membagi kedukaanku kepada orang lain, ataukah aku lebih
suka menutup diriku dan berduka sendiri? 

                             Kiat Berduka II

Walk.
Go for walks outside every day if you can. Don't overdo it, but walk briskly
enough that it feels invigorating. Sometimes try walking slowly enough you can
look carefully at whatever you want to see. Observe what nature has to offer
you, what it can teach you. Enjoy as much as you're able the sights and the
sounds that come your way. If you like, walk with another.

Kiat ini mungkin agak sukar untuk dilakukan atau bermanfaat sekali bila Anda
sedang berduka dan tinggal di kota Betawi, apalagi di tengah kota. Soalnya,
sudah sukar sekali melihat alam karena sekeliling penuh dengan bangunan.
Kalau saya mengunjungi Jakarta dan menelusuri kampung tempatku bermain-main 
di waktu kecil, sesuatu yang selalu saya lakukan selama 10 tahun terakhir ini
setiap saya ke Jakarta, bukannya terhibur, saya lebih berduka :-). Semua yang 
namanya kebun dan lapangan terbuka, sudah diganti dengan rumah dan bangunan 
yang serba berdesakan. Tetapi, jalan kaki memang selalu bermanfaat dan faedah
yang paling besar dapat Anda peroleh bila Anda lakukan setiap hari, minimum
setengah jam. Bila Anda sudah biasa berjalan kaki, bila duka nestapa datang
melanda atau Anda mengalami kesukaran di dalam hidup, percayalah kalau saya
katakan, Anda akan merasa bersyukur mampu berjalan. 

Seorang teman saya yang berduka, bukan karena ditinggal mati tetapi karena
anaknya 'toxic' alias berandalan, memberi kredit kepada kebiasaannya berjalan
sehingga ia mampu untuk tetap waras dan tidak sinting. Tidak heran bila ia
lebih sayang kepada anjingnya yang menemaninya berjalan, dibandingkan anaknya
yang sudah pernah dipenjarakan. Selain berjalan, ia juga berlari di atas
'treadmill', yakni suatu alat berolahraga yang mestinya Anda tahu atau sudah
pernah melihatnya. Ia menonton TV sambil berlari :-). 

Pertanyaan syering: Apakah aku percaya akan manfaat berjalan, apakah aku bisa
menikmatinya?

                             Kiat Berduka III

Carry or wear a linking object.                                                
Carry something in your pocket or purse that reminds you of the one who died-
a keepsake they gave you perhaps, or a small object they once carried or used,
or a memento you select for just this purpose. You might wear a piece of 
their jewelry in the same way. Whenever you want, reach for or gaze upon this
object and remember what it signifies.

Pada waktu saya kembali dari Jakarta setelah tinggal hampir 2 bulan lamanya,
menjelang dan setelah ayah saya meninggal di 1 Januari 1996, saya membawa
pulang beberapa kaset yang sering diputarnya. Salah satunya adalah lagu-lagu
dari Pat Boone, penyanyi di era waktu saya masih remaja. Bila saya pergi 
kemping berdua Cecilia, lagu ini kami putar sepanjang perjalanan. Kenangan
yang indah selalu berada bersama saya bila memutar lagu itu atau lagu-lagu
lain "warisan" beliau. Soalnya, meskipun keluarga saya tidak berada, waktu
saya masih remaja, bila ada lagu atau piringan hitam yang baru keluar, ayah
saya selalu mengajak saya ke Pasar Baru untuk membelinya. Jadi koleksi saya,
terutama lagu-lagu dari Elvis Presley, termasuk cukup lengkap sehingga sering
saya jadikan modal untuk mencari cewek :-).

Bila Anda tahu, waktu awal tahun ini saya dan Cecilia pulang kampung lagi dan
bertemu dengan L. suami dari teman kami O. yang baru saja meninggal. L sungguh
bijaksana sebab ia tahu kami ikut sedih bersamanya ditinggal O. lebih dahulu.
Ia menawarkan apakah Cecilia mau sepatu O. yang masih baru atau belum pernah
dipakainya. Jangankan yang masih baru, mengenal isteriku seperti apa, sepatu
yang lain pun ia mau memakainya, asalkan pas. Alhasil L. membawakan dua pasang
sepatu O. dan salah satunya cocok dan pas sekali di kaki Cecilia. Sekarang,
bila ia mengenakan sepatu itu, ia selalu terkenang akan persahabatan dan
kebaikan O. terhadap kami berdua. 

Pertanyaan syering: Apakah saya mempunyai atau mengenakan benda yang membuat
saya selalu teringat akan orang yang saya kasihi yang sudah mendahuluiku?

                             Kiat Berduka IV

Visit the grave.
Not all people prefer to do this. But if it feels right to you, then do so.
Don't let others convince you this is a morbid thing to do. Spend whatever 
time feels right there. Stand or sit in the quietness and do what comes 
naturally: be silent or talk, breathe deeply or cry, recollect or pray. You 
may wish to add your distinctive touch to the gravesite--straighten it a bit, 
or add little signs of your love.

Seperti dikatakan oleh Jim Miller di atas, mengunjungi kuburan sangat oke.
Ke pertemuan kelompok pendukung orang berduka saya, sekali-sekali muncul
janda anak Itali. Baju yang dikenakannya, boleh dipastikan berwarna hitam.
Wajahnya biasanya murung dan bila baru saja ditinggal suami yang dikasihinya, 
kelihatan sekali kedukaannya. Nah, satu dua dari antara mereka SETIAP HARI 
mengunjungi kuburan sang suami. Pastilah hal itu bermanfaat bagi mereka.
Mereka dapat menangis, bercakap-cakap, berdoa dan merenungkan masa-masa indah
ketika masih hidup bersama. 

Akan halnya saya sendiri, "kuburan" ayahku ada di Laut Jawa dekat Cilincing 
alias abunya dibuang disana. Semoga ada yang sampai ke pantai Marunda ke 
tempat ia sering memancing kepiting bersama anaknya satu ini. Adikku masih
bayi saat itu sebab kami beda 8 tahun hingga ia hampir tak pernah diajak. 
Jadi kenangan saya mengunjungi kuburan hanyalah kuburan Omaku, yang pernah
kuceritakan suka mengeluarkan daku dari "penjara" di rumah, bila Bang Jeha
diseterap oleh nyokapnya yang galak dan dimasukkan ke dalam WC. Karena kami
bukan dari keluarga berada alias hanya punya satu WC padahal ada 3 keluarga
di rumah itu, Omaku selalu mencari alasan, "sakit perut" alias harus ke WC 
juga sehingga cucu kesayangannya dibebaskan tanpa syarat oleh si sipir :-).

Nah, Omaku dikubur di Petamburan sebelum makamnya kena gusur sehingga ia pun
akhirnya dikremasi tulang-tulangnya. Kebetulan saya sering berkunjung ke 
rumah Tanteku, adik ibu, yang tinggal di seberang kuburan Petamburan itu.
Baik ketika masih harus pergi bersama ortu maupun kemudian, ketika saya sudah
dapat mengendarai motor sendiri, dari waktu ke waktu, saya suka menjenguk
beliau untuk 'say hi' :-). Sambil memandangi batu nisan dimana tergores 
namanya dan namaku, saya sering berdoa untuknya, semoga ia lekas sampai ke
"tempat yang abadi". Karena anak Protestan tidak "mempunyai" api pencucian,
mestinya perjalanannya lebih lancar ya, dan kuyakin, sampai saat ini, ia
sering mendoakan saya dan membantuku, bila saya sedang masuk ke dalam "WC 
kehidupan" :-). 

Pertanyaan syering: Apakah saya sreg untuk mengunjungi kuburan? Apa yang saya
suka lakukan bila berkunjung, apa yang membantu saya mengatasi kedukaan?

                             Kiat Berduka V

Create a memory book.
Compile photographs which document your loved one's life. Arrange them into
some sort of order so they tell a story. Add other elements if you want:
diplomas, newspaper clippings, awards, accomplishments, reminders of
significant events. Put all this in a special binder and keep it out for 
people to look at if they wish. Go through it on your own if you desire. 
Reminisce as you do so.

Saya sendiri belum sampai ke tahap ini atau melakukannya. Ayahku seorang yang
sangat sederhana, ia tidak punya semua itu, ijazah, penghargaan, prestasi
duniawi dan sebagainya. Saya hanya mempunyai kenang-kenangan yang baik saja
terhadapnya karena ia peduli akan sesamanya. Tetapi saya percaya akan 
manfaatnya meski belum/tidak memilikinya. Waktu saya menulis 'memory story'
mengenai sahabat karib saya yang telah mendahuluiku belum lama ini, saya
merasa senang dapat melakukannya. Sedikit menghibur hatiku bahwa ia dapat
kukenangkan dan kenangannya indah-indah. 

Apa yang saya miliki berdua Cecilia adalah suatu buku album sederhana yang
berisi foto-foto dari waktu kami mulai berkenalan, sampai menikah. Sebetulnya
memang album pengantin sederhana. Kedalamnya kami muat juga pengumuman akan
Sakramen Pernikahan kami di gereja, undangan ke pesta, ticket pesiar bulan
madu, dan satu dua kenang-kenangan lainnya. Sekali-sekali, bila ada waktu  
senggang alias tidak diburu waktu harus menuliskan tayangan 'Kiat Berduka':-)
saya suka melihatnya. Perasaan atau hati selalu gembira bila melihat isi
buku tersebut, foto-foto di waktu kami masih muda belia :-) dan juga kenang-
kenangan di belakang semua yang ada di dalam buku album itu.

Pertanyaan syering: Apakah saya sreg untuk membuat buku kenangan akan kekasih
yang sudah mendahuluiku? Apa manfaatnya kurasa dan apa sebabnya bila saya
merasa tidak sreg?

                             Kiat Berduka VI

Recall your dreams.
Your dreams often have important things to say about your feelings and about
your relationship with the one who died. Your dreams may be scary or sad,
especially early on. They may seem weird or crazy to you. You may find that
your loved one appears in your dreams. Accept your dreams for what they are 
and see what you can learn from them. No one knows that better than you.

Sebulan sesudah ayah saya meninggal, saya masih menemani ibu saya dan tinggal
bersamanya di Jakarta. Ia suka sedih bahwa meski ia ingin sekali bermimpi
untuk bertemu dengan ayah saya di dalam mimpi, ia tidak pernah bisa bermimpi.
Ia ingin mengetahui atau kalau bisa "bertanya" di dalam mimpi itu, apakah
suaminya sudah tenang dan damai. Saya sendiri, sekitar semingguan sesudah
ayah saya meninggal, saya sudah dapat bermimpi mengenai beliau. Saya sudah
lupa akan isi mimpi itu tetapi ibu saya cukup terhibur jadinya ketika ia
tahu bahwa saya sudah memimpikan ayah saya dan ia oke-oke saja :-).

Memang mimpi sering membawa pesan atau makna seperti dialami oleh para nenek-
moyang kita ataupun para nabi. Oleh karena itu, mimpi, seperti dikatakan Jim
Miller, betapapun isinya, tidak perlu kita kwatiri tetapi kita terima seperti
apa adanya. Syukur-syukur mimpi itu sesuatu yang indah dan menyenangkan. 
Meskipun tidak atau belum, kita pasti dapat belajar dari pengalaman mimpi 
itu dan mungkin membagikannya kepada anggota keluarga kita. 

Pertanyaan syering: Apakah Anda pernah memimpikan orang yang Anda cintai dan
sudah mendahului Anda? Bagaimana perasaan Anda sesudah bermimpi itu?

                             Kiat Berduka VII

Tell people what helps you and what doesn't.
People around you may not understand what you need. So tell them. If hearing
your loved one's name spoken aloud by others feels good, say so. If you need
more time alone, or assistance with chores you're unable to complete, or an
occasional hug, be honest. People can't read your mind, so you'll have to 
speak it.

Kita orang Indonesia mungkin tidak terbiasa dengan hal di atas. Apalagi bila
ada anggota keluarga maupun teman kita yang mencoba menghibur atau memberikan
nasihat tetapi kata-katanya malah membuat kita menjadi lebih sedih. Saya pun
mulai membiasakan diri atau mampu melakukan hal itu setelah saya lama tinggal
di Kanada. Ada seorang tanteku yang baik hati sekali dan hampir setiap hari
datang ke rumah kami setelah ayahku meninggal, untuk menghibur hati ibuku. 
Namun terkadang, perkataan yang sering diucapkannya, malah membuat ibuku 
menjadi lebih sedih dan menangis. Kata beliau yang seperti saya juga anak
Betawi :-), "Ah ude deh, lupain dong ... (sambil menyebut nama ayahku), kan
kalu engga elu jadi sedi terus." Sambil menangis ibuku lalu berkata, "Ah mana
gue bisa lupain, elu enak aja, elu engga ngalamin sih." Ya, memang ia masih
bersuami dan entah kalau suaminya meninggal nanti apakah ia akan mampu untuk
melupakan, maksudnya untuk tidak mengenangkan si doi terus menerus. 

Satu hal lagi, yang oke untukku tapi belum tentu oke untuk orang atau keluarga
lain adalah foto si mati. Kami mengambil cukup banyak foto-foto dan ibuku oke-
oke saja melihatinya kembali. Terkadang malah ada tamu yang sungkan atau tidak
mau bila dipersilahkan melihat album foto upacara pemakaman ayah kami. Ini
kujumpai juga di beberapa keluarga temanku. Ada yang tidak mau diambil foto-
foto pada saat upacara yang menyangkut jenazah maupun penguburan, ada yang 
oke. Kemungkinan adalah melihat foto-foto itu akan tidak membantu mereka yang
enggan untuk dibuatkan foto. Namun, dari pengalaman saya, umumnya membicarakan
hal yang baik-baik dan kenangan manis dari yang sudah meninggal, membantu
keluarga yang ditinggalkan. Belum tentu atau mungkin saja ada yang tidak
seperti itu. Oleh karena itu ada baiknya juga Anda yang menanyakannya.

Pertanyaan syering: Apakah saya mampu untuk memberitahukan orang lain apa 
yang membantu saya dan apa yang tidak, di dalam menjalani proses duka?

                             Kiat Berduka VIII

Write things down.
Most people who are grieving become more forgetful than usual. So help 
yourself remember what you want by keeping track of it on paper or with
whatever system works best for you. This may include writing down things you
want to preserve about the person who has died.

Jangankan orang yang sedang berduka dan mengalami stress, saya saja yang 
sudah mulai memasuki "abad pertengahan" di dalam usia :-), sudah mulai sering
lupa. Akibatnya ya itu, saya mulai mencatat di 'electronic organiser' saya
hal-hal yang perlu diingat seperti jadwal pertemuan, tanggal ulang tahun 
anggota keluarga, barang yang perlu dibeli, hal yang perlu dikerjakan, dsb.
Jadi menuliskan segala sesuatu ini adalah kebiasaan yang baik. Di tayangan
terdahulu sudah kita syer bersama mengenai pembuatan 'memory book'. Tidak
lain untuk mengabadikan kekasih yang sudah mendahului kita. Harimau mati
meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, bunyi suatu peribahasa
ibu kita. Mungkin lebih tepat jadinya kalau kita katakan, manusia mati
meninggalkan kenangan dan tentu kita ingin agar kenangan itu sesuatu yang
indah yang dapat kita abadikan dan tuliskan. 

Di Kanada sini sering kita mendengar kata-kata, 'hatch match dispatch', yang
berarti lahir, menikah, meninggal. Banyak kenangan segala macam yang kita
kumpulkan yang menyangkut kelahiran, dan yang paling hebat tentu segala
sesuatu mengenai atau pada saat kita menikah. Hanya, memang saya jarang
mendengar ada yang menuliskan sesuatu bagi sahabat atau anggota keluarganya
yang sudah mendahului. Nah, milis Grief P-Net ini merupakan sarana yang
tepat dan sudah dimulai oleh beberapa di antara Anda, untuk menulis. Semoga
akan disusul oleh yang lainnya, baik menulis di milis atau secara pribadi.

Pertanyaan syering: Apakah saya mampu menulis hal-hal yang ringan yang perlu
diingat atau hal-hal yang baik untuk dikenangkan bila saya ditinggal orang
yang saya cintai? 

                             Kiat Berduka IX

Ask for a copy of the memorial service.
If the funeral liturgy or memorial service held special meaning for you
because of what was spoken or read, ask for the words. Whoever participated
in that ritual will feel gratified that what they prepared was appreciated.
Turn to these words whenever you want. Some people find these thoughts
provide even more help weeks and months after the service.

Saya tidak tahu Anda, para pengikut milis Grief ini tinggal dimana saja dan
apakah hal di atas biasa dilakukan di tempat Anda. Di Kanada ataupun tentu
juga di Amrik, memang dibuat suatu buku kecil atau tipis untuk upacara
kematian. Isinya otobiografi singkat si mati, susunan acara dan doa-doa
serta lagu yang akan dinyanyikan di dalam upacara. Semakin hebat si mati di
dalam prestasi kehidupannya, semakin marak isi sang buku. Kembali bila Anda
tinggal di Amerika Utara, 'publisher' buku panduan tersebut umumnya adalah
'funeral home' yang mengurus jenasah si mati. Maklum ongkosnya cukup lumayan
mahalnya untuk mati di negeri ini. :-) Kata orang, sedikitnya 10 ribu $.

Nah, bila di tempat tinggal Anda, buku program atau panduan itu suatu hal
yang lumrah, tentu Anda akan terbiasa juga memilikinya.Memang dapat dijadikan
suatu kenang-kenangan namun dapat juga membuat kita menjadi sedih kembali
bila kita melihat buku itu. Tetapi, seperti dikatakan oleh Jim Miller, ada
penduka yang merasa terdukung bila beberapa minggu atau bulan kemudian mereka
membaca lagi isi buku itu. Saya dapat memakluminya, bila misalnya ada doa-
doa atau lagu yang indah di dalamnya sehingga dapat kita doakan lagi si mati
atau kita nyanyikan bila kita senang bernyanyi. Itu juga sebabnya, terkadang
ada orang yang sudah mempersiapkan doa dan lagu di dalam buku itu, sebelum
ia meninggal. Hal ini terjadi bila si mati mempunyai banyak waktu sebelum ia
meninggal dan merasa apa yang disiapkannya itu akan membantu keluarganya.

Pertanyaan syering: Apakah membaca kembali buku program upacara penguburan
kekasih yang sudah mendahuluiku akan membantuku bila sedang berduka? Apakah
aku sendiri suatu ketika mampu atau mau menyiapkan buku semacam itu bagi
upacara penguburanku sendiri?

                             Kiat Berduka X

Remember the serenity prayer.
There is a prayer attributed to theologian Reinhold Niebuhr, but it's
actually an ancient German prayer. It has brought comfort and support to many
who have suffered various kinds of afflictions.  Perhaps it will help you.
The prayer goes, "God, grant me the serenity to accept the things I cannot
change, courage to change the things I can, and wisdom to know one from the
other." Great truth is contained here. Call these words to mind when you need
their direction.

Saya yakin Anda semua pernah mendengar atau membaca doa si Reinhold itu.
Di kotaku ini, di setiap toko barang-barang religius pasti dapat dijumpai
doa itu, di dalam bermacam-macam "kemasan" :-). Ada yang tercetak di suatu
poster sebesar alaihim, ada yang di atas kartu kecil yang dapat dikantongi,
ada ke dalam suatu benda yang dapat dijadikan hadiah. Memang, menerima
sesuatu yang tidak dapat kita ubah, terkadang membutuhkan perjuangan yang
tidak mudah. Istilah lainnya, 'to let things go', atau 'not to sweat the
small stuff'. Dapat dipastikan, 99% deh, hal yang dapat kita ubah adalah
hal yang menyangkut diri kita dan bukan diri orang lain. Anda tentu setuju
untuk berdoa minta kebijaksanaan dari Doi agar dapat membedakan hal yang mana
yang Anda dapat terima atau cuekan istilah anak sekarang, hal yang mana yang
Anda mampu untuk mengubahnya.

Nah, bila kita sedang tidak dilanda stress atau tidak sedang di dalam keadaan
berduka, mungkin kita dengan jernih dapat berpikir bahwa hal-hal tertentu,
di luar kekuasaan kita untuk mengubahnya. Namun, bila kita sedang berduka
hebat sekali, kita tidak dapat menyadarinya. Di dalam suatu tayangan, saya
pernah bercerita mengenai seorang ibu yang datang ke dalam kelompok berduka
saya. Ia sakit hati sekali kepada dokter yang merawat anaknya karena ia
menganggap si dokter telah "membunuh" anaknya. Betapa seringnya kita mendengar
cerita salah diagnosa dengan akibat fatal. Ya, dokter juga manusia yang tidak
luput dari kesalahan. Sakit hatinya kepada si dokter sedemikian besarnya
sehingga ia sendiri jatuh sakit. Tekanan darah tingginya menaik dan jantungnya
berdebar tidak beraturan sehingga perlu dipasangkan alat pemacu jantung.
Jelas ia tidak dapat 'let go' pikiran dan pendapatnya bahwa si dokter adalah
pembunuh. Sayangnya, banyak yang tidak dapat diubahnya dan hanya satu hal
yakni mengubah dirinya sendiri, agar mampu menerima. Kami memang menganjurkan
agar ia melaporkan kasus anaknya itu kepada 'Ikatan Dokter Ontario'. Hal itu
sedikit membuat kesedihannya berkurang karena ia tahu ia mampu melakukan
hal itu. Ia tidak dapat memaafkan sang dokter.

Pertanyaan syering: Apakah aku pernah berdoa serenity di atas dan apa yang
telah membantuku di dalam berdoa?

                             Kiat Berduka XI

Plant something living as a memorial.
Plant a flower, a bush, or a tree in memory of the one who died. Or plant
several things. Do this ceremonially if you wish, perhaps with others present.
If you do this planting where you live, you can watch it grow and change day
by day, season by season. You can even make it a part of special times of
remembrance in the future.

Orang di Amerika Utara ini memang banyak yang mempunyai hobby bercocok-tanam.
Saya sendiri kurang atau tidak suka. Tidak banyak tanaman baik di halaman
depan atau di halaman belakang rumahku. Saya tidak telaten meski menikmati
juga sih satu dua bunga yang ditanam isteriku, misalnya mawar atau tulip di
awal musim semi. Soalnya lagi, kesempatan menikmati hasil tanaman atau bunga
tidak bisa sepanjang tahun seperti bila kita tinggal di Indonesia. Tetapi
bila Anda senang menanam, kuyakin kiat di atas akan bermanfaat. Mungkin apa
yang akan Anda tanam itu dapat merupakan lambang atau ikatan Anda dengan
yang Anda kenangkan kepergiannya. Dedikasi Anda ke sang kekasih, sekarang
dapat Anda tuangkan atau curahkan di dalam dedikasi untuk memelihara sang
tanaman. Bukankah itu sesuatu yang indah?

Pertanyaan syering: Apakah aku senang bercocok tanam dan bila ya, apakah aku
dapat menanam sesuatu sebagai kenang-kenangan akan yang sudah meninggalkanku?

                             Kiat Berduka XII

Plan at least one thing you'll do each day.
Even if your grief is very painful and your energy very low, plan to complete
at least one thing each day, even if it's a small thing. Then follow through
with your plan, day after day.  Don't feel you have to keep busy all day long;
that can become awfully tiring and even counter-productive. Just help
yourself feel that you're not entirely at the mercy of this overwhelming
experience--there are some things you can do to help you through this time.

Ya, berusahalah melakukan satu hal, sekecil apapun di dalam hari-hari Anda
melewati masa duka Anda. Memang pada awalnya terasa berat. Sepertinya Anda
mau berdiam diri saja dan merenung dan melamun dan terkadang menangis. Namun,
Anda membutuhkan suatu "sukses" kecil-kecilan, bahwa Anda masih mampu bergerak
dan tidak terjerat di dalam "jaring laba-laba" yang membuat Anda tidak berdaya
sama sekali.

Hal-hal yang kecil banyak yang dapat Anda lakukan, dari mulai hal-hal rutin
kehidupan seperti berbelanja kebutuhan sehari-hari, sampai melakukan hal-hal
yang dikemukakan di dalam kiat berduka ini yang jumlahnya puluhan. Pilihlah
sesuatu yang Anda merasa ada harapan untuk sukses atau Anda mampu melakukannya
alias jangan terlalu "tough" kepada diri Anda sendiri. Tak perlu Anda merasa
bersalah misalnya, bila pilihan itu adalah mendengarkan satu lagu yang Anda
senangi, atau membeli satu album penyanyi kesayangan Anda. Melakukan karya
karitas atau membantu orang lain yang susah, juga dapat Anda lakukan kalau
Anda merasa oke dan mampu. Menelepon teman yang sendirian atau senang bila
ditelepon, adalah satu hal lain yang dapat Anda lakukan. Kalau Anda lebih
senang menulis atau membaca, silahkan juga.

Pertanyaan syering: Apakah mudah bagiku untuk melakukan satu hal saja setiap
hari dan mengapa bila aku merasa sukar, mengapa bila kurasa mudah? 

                             Kiat Berduka XIII

Spend time in your loved one's space.
If it's what you want to do, you may sit in the other's favorite chair, or
lie in their bed, or just stand for in their room or among their possessions.
Do this if it brings you comfort. But don't do it if it feels too awkward.
You'll know quickly enough what's right for you.

Ada waktu sekitar sebulan lebih saya tinggal di Jakarta menemani ibuku yang
sedang berduka, setelah ayah saya meninggal dunia. Sering tentunya daku masuk
ke kamarnya karena ibuku juga tidur di kamar yang sama. Sering aku melamun
sebentar di muka foto beliau yang dipasang ibuku, foto yang sama yang dipasang
di muka peti jenasah. "Sekarang saya hanya dapat melihat fotomu," demikian
aku suka berkata sendiri. Tetapi saya merasa oke dan rela bahwa ia sudah
dipanggil oleh-Nya. Itulah yang terbaik baginya, daripada menderita berlama-
lama dimakan kanker yang dideritanya.

Ia mempunyai satu lemari kecil tempat pakaian dan benda-benda, harta duniawi
yang dimilikinya yang tidak banyak juga. Kubuka-buka dan kugerataki lemari
pakaiannya sambil mengambil untuk diperhatikan dan dikenangkan bila aku
mengenal benda tersebut. Kujumpai satu dua baju yang masih baik atau tak
pernah dipakainya dan kuminta kepada ibuku kalau-kalau aku boleh memilikinya.
Kebetulan ukuran badannya tidak berbeda jauh dari ukuranku. Alhasil, sampai
sekarang aku memiliki beberapa buah baju "warisan" ayahku. 

Seperti dikatakan oleh Jim Miller, mungkin tidak semua orang sreg dengan
kiat di atas, Oleh karena itu, pertanyaan syeringnya adalah: Apakah berada
di tengah-tengah ruangan atau milik si mati membuatku menjadi nyaman ataukah
hal ini sesuatu yang membuatku kembali menjadi berduka hebat? Mengapa?

                             Kiat Berduka XIV

Journal.
Write out your thoughts and feelings. Do this whenever you feel the urge, but
do it at least several times a week, if not several times a day. Don't censor
what you write -- be just as honest as you can. In time, go back through your
writings and notice how you're changing and growing. Write about that, too.

Saya sendiri meski sedang menulis, tidak suka menulis jurnal. Dahulu, waktu
masih remaja, saya pernah mencoba menulis 'diary' tetapi lama-lama bosan
sebab saya tidak melihat atau merasakan manfaatnya. Cecilia isteriku lebih
sering menulis jurnal meski tidak rutin dan sesekali kuintip atau baca cepat
apa yang ditulisnya :-), jadi saya tahu ia melakukannya. Saya tahu bila ia
sedang frustasi ia suka menulis jurnal dan mengorak-arik perasaannya dengan
menulis menuangkannya ke bukunya.

Namun, di dalam beberapa pertemuan kelompok pendukung berduka, saya suka
mendengar mereka yang "bersumpah" bahwa menulis jurnal itu bermanfaat sekali.
Daripada ngomong sendirian barangkali ya, nanti disangka orang sinting, kan
lebih baik menuliskan perasaan kita, tak peduli seperti apapun kacaunya.
Jangan disensor kata Jim Miller, anggaplah tidak akan ada suami atau isteri
atau anggota keluarga Anda yang akan mengintipnya :-)

Seperti dikatakan oleh Jim, itulah yang dirasakan oleh mereka yang secara
teratur menulis jurnalnya, bahwa dengan membaca kembali semua hal yang pernah
ditulisnya, mereka disadarkan bahwa ternyata mereka mengalami kemajuan. Tentu
kemajuan itu tidak linier alias mereka akan jatuh bangun, sesekali mengalami
kemunduran, 'down', depresi lagi, kedukaan yang hebat. Tetapi, semoga, sesuai
dengan berjalannya waktu, kemajuan akan tampak nyata berkat jurnal yang telah
ditulis oleh mereka sendiri.

Pertanyaan syering: "Apakah Anda merasa mampu dan sreg untuk menuliskan 
bermacam-macam pikiran dan perasaan yang melintas di saat Anda menjalani
masa duka? Mengapa bila ya, mengapa kalau tidak? Manfaat apa yang Anda lihat
atau kesukaran apa yang Anda rasakan untuk dapat melakukannya?

                             Kiat Berduka XV

Rest.
Grieving is hard work. So do what's best for you: get your rest. Take naps if
you wish. Lie down from time to time. Relax in a comfortable chair. Pace
yourself so you have interludes in which you can replenish yourself. Give
yourself plenty of permission to take things easy.

Siapa di antara Anda yang merasa segar bugar sehabis menangis? Saya yakin

Anda pernah menangis, paling sedikit waktu kecil bila kalah berkelahi :-).
Menangis maupun berduka membutuhkan energi, kerja keras kata Jim. Anda
mestinya maklum bahwa 'grieving' bukan saja dapat disebabkan karena kekasih
meninggal dunia tetapi karena sebab musabab yang lainnya. Pada suatu hari di
dalam hidupnya, setelah menikah cukup lama, belasan tahun, nenek saya dimadu
oleh kakekku alias doi menikah lagi dan sering tidak pulang ke rumah. Nah,
nenekku yang tadinya cukup gemuk, semakin lama semakin kurus karena ia
berduka dan harus "bekerja berat". Lama kelamaan dukanya berdampak terhadap
kesehatannya sehingga ia meninggal, mati di dalam usia relatif muda, 52 th.
Kuyakin itu juga sebabnya, karena kelelahan, bila terkadang kita mendengar
seorang meninggal tidak lama setelah menjanda atau menduda.

Bila Anda mengikuti warta berita dunia, tentu Anda tahu bahwa jenazah John
Kennedy Jr. beserta isteri dan iparnya telah diketemukan kemarin. Duka yang
dialami keluarga Kennedy tentu luar biasa tetapi lebih luar biasa pastilah
kelelahan menghadapi segala nestapa sejak jatuh atau hilangnya pesawat John
di hari Sabtu malam lalu. Kuyakin setelah upacara penguburan John di laut
pagi ini, dimana ia akan "diistirahatkan" di tempat kesayangannya di dunia,
keluarganya membutuhkan istirahat. Kita berdoa untuk keluarga Kennedy dan
masyarat Amerika Serikat yang berduka.

Bila Anda sendiri pernah mengalami duka nestapa, kuyakin Anda akan setuju
bahwa berduka melelahkan. Beberapa kiat diberikan Jim di atas tetapi akan
lebih menarik untuk kita semua mengetahui, apa ada hal lain yang Anda lakukan
untuk beristirahat ketika mengalami masa-masa duka? Terima kasih atas
syeringnya, salam dari Toronto.
                             Kiat Berduka XVI

Purchase something soft to sleep with.
A teddy bear is a favorite choice for some. But there are other options.
Select something that feels warm and cuddly. Then, whatever your age,
cuddle it.

Ini kemungkinan kebiasaan atau budaya Barat sebab rasanya masyarakat di tanah
air tidak terbiasa dengan hal ini. Mungkin saja sekarang sudah berubah sebab
selain saya sudah lama meninggalkan tanah air, kulihat pengaruh budaya Barat
semakin besar di Indonesia. Contoh yang teringat adalah perayaan hari-hari
seperti Valentine Day, Halloween, dsb. Untuk masyarakat tempatku tinggal saat
ini, Jim memang benar. Teddy bear atau boneka beruang adalah favorit orang
karena sejak masa kanak-kanak, para ortu memberikan mereka boneka itu, tak
perduli anak laki-laki atau anak perempuan. Polisi di kotaku, di bagasi
belakang mobilnya selalu membawa teddy bear untuk dihadiahkan kepada anak-
anak yang misalnya mengalami kecelekaan ringan atau berurusan dengan polisi
seperti hilang atau tersesat dan lalu diketemukan. Polisi akan memberikan
teddy bear untuk menentramkan hati si anak. Itulah sebabnya sang beruang
menjadi teman di kala berduka, mesti si anak umurnya sudah puluhan tahun :-).

Kembali ke masyarakat Indonesia, kukira Anda semua, tak peduli sudah tinggal
di luar batang, masih memakai guling :-). Jadi kalau Anda lebih sreg dengan
guling, ya peluk saja sang guling bila Anda mau tidur dan sedang berduka.
Kalau Anda tidak memiliki guling dan kangen kepada beliauw :-), buat sendiri
sebab mudah sekali. Isinya bisa dibeli di toko-toko serba ada (toserba) dan
namanya 'chip foam' kalau di Amrik/Kanada. Benda yang Anda buat sendiri,
pasti lebih asyik dipakainya daripada benda yang dibeli. Selain membuat Anda
sibuk, sedikit melupakan duka nestapa, Anda jadi berproduksi dan bila Anda
mempunyai "jiwa dagang", mungkin Anda dapat menjadi penjual guling :-).
Sampai kiat berikutnya, salam dari Toronto.

Pertanyaan syering: Apakah kiat nomor 16 ini berlaku atau bermanfaat bagiku?
Mengapa? PS. Ga pa-pa kalau Anda masih cuek sejauh ini di dalam syering sebab
masih ada 50 kiat lainnya untuk Anda berkesempatan syering. :-).

                             Kiat Berduka XVII

Write the person who died.
Write letters or other messages to your loved one, thoughts you wish you could
express if they were present. And who knows but what they're not present in
some way? Preserve what you write in your journal if you wish, or on
stationery, or on your computer. Or, if you wish, discard what you've written
after awhile. You'll find this urge to write the other will eventually leave
you, but for awhile it can be a real release for you, as well as a real
connection.

Saya senang menulis, kalau tidak mana mungkin betah menulis searah seperti
di milis ini, alias tidak sebedug sekali ada yang menanggapi :-). Tetapi saya
tidak pernah menulis ke seorang yang sudah mendahuluiku. Ada juga ke yang mau
meninggal, sekali lagi tidak setelah ia meninggal. Sebetulnya baik kukira ide
si Jim ini sebab sering-sering kita menyesali diri, tidak sempat mengucapkan
sesuatu atau kata-kata perpisahan. Namun saya yakin bahwa Anda sudah berdoa
atau bercakap-cakap di dalam renungan ataupun doa kepada si mati. Ada bedanya
menurut saya antara bercakap-cakap dengan menulis. Bila menulis, sedikit
banyak, kemampuan berpikir dan logika kita dituntut aktif. Ini bermanfaat
bagi diri atau tubuh kita bila sedang dalam keadaan stress karena berduka.
Seorang psikiater bernama Thomas H. Holmes dari Fakultas Kedokteran
Universitas Washington di Amrik mengembangkan suatu skala untuk mengukur
tingkat stress yang dialami manusia. Bila di jangka waktu 12 bulan seseorang
mengalami jumlah angka stress di antara 150-300, terdapat 50% kemungkinan
untuk doi sakit. Bila angkanya di atas 300, 80% kemungkinan ia akan sakit.
Kutulis beberapa saja yang mungkin relevant untuk Anda dari mulai urutan
atau angka tertinggi, kematian pasangan/anak 100, perceraian 73, perpisahan
pernikahan 65, kematian sanak dekat 63, sakit 53, menikah 50, di-PHK 47,
pensiun 45, hamil 40, perubahan keuangan 38, dst. Bila Anda tertarik untuk
membaca seluruh tabel skala Holmes, kunjungi situs Web:
http://www.interlog.com/~qualitec/qol/holmes.htm.

Jadi menulis dianjurkan sebagai suatu 'stress reliever' dan karena memang
setiap hari saya sering menulis karena aktif di milis Paroki-Net maupun
milis-milis lainnya, saya dapat berkata, benar! Bila Anda tidak atau belum
mempercayainya cobalah lakukan dan kalau tidak ada teman kepada siapa Anda
mau menulis, surati daku. Meski Anda anak perempuan, kujamin isteriku tidak
akan cemburu, tentu saja asal bukan surat lamaran atau surat cinta yang
ditulis :-). Salam dari Toronto dan kali ini Anda bebas PR alias tidak ada
pertanyaan syering, hanya yang mau menulis apa saja untuk menyalurkan
stressmu silahkan, Sampai berjumpa di Kiat Berduka berikutnya.

                             Kiat Berduka XVIII

Get a physical.
It's wise to get a physical examination within a few months after the death.
But it's also an assuring thing to do. Chances are good you'll experience
various physical reactions when you're grieving. It's helpful to make sure
that your body is acting normally, whatever "normal" may be for you. Your
physician can be an important ally at this time of your life.

Tentu Anda mengerti istilah bahasa Inggris di atas ya. Betul, itu adalah kata
singkatan untuk 'medical check up' atau pemeriksaan kesehatan. Bukan saja
anak-anak Indonesia yang sering mengabaikan atau tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin, anak Kanada pun demikian. Sebetulnya tidak heran
kalau di Indo sebab hal itu membebankan alias mesti keluar ongkos, apalagi
bila biayanya harus keluar dari kantong sendiri. Kalau di Kanada sebenarnya
sesuatu yang "tidak dapat dimaafkan" sebab semuanya gratis alias dibayar
asuransi pemerintah. Suatu ketika saya pernah mensyer dukacita saya ketika
hanya dalam 3 minggu, seorang sahabat saya meninggal dunia terserang kanker
lever. Di perjumpaan rutin terakhir kalinya ia dan saya, yakni di Pizza Hut
karena kami berdua senang makan pizza, saya sudah menegurnya agar ia melakukan
medical check. Terus terang ia berkata kepadaku bahwa ia takut disuntik (sebab
mesti disuntik untuk pengambilan sample darah). Aku hanya menggelengkan
kepala dan sebelum berpisah sekali lagi menganjurkan ia melakukannya. Mungkin
saja suatu pemeriksaan rutin tidak akan menjumpai kelainan di levernya. Hanya
itulah salah satu penasaranku mengapa ia mengabaikan kesehatannya.

Yah, dampak fisik karena sudah berduka mungkin saja terjadi. Sering kan kita
mendengar seorang janda atau duda, yang ikut menyusul pasangannya tidak lama
setelah menjanda atau menduda. Mungkin tiadanya gairah lagi untuk hidup,
telah menurunkan kadar resistance di dalam tubuhnya sehingga ia ikut menyusul.
Seorang sahabatku (semoga tidak membuatnya sedih lagi bila membaca tayangan
ini) di kota Betawi harus menjalani pemeriksaan kesehatan karena sesuatu hal.
Akibatnya baru ketahuan bahwa satu ginjalnya telah tidak berfungsi :-(.
Tentu banyak hal sedih dan takut dan was-was yang telah dialaminya sejak
mengetahui keadaan itu. Namun kuberharap agar pengetahuan itu membawa hikmah
atau merupakan sesuatu yang positip, informasi agar ia dapat menjaga
kesehatannya, terutama sang ginjal yang satu, secara lebih baik. Kiat ini
tidak berhubungan langsung dengan upaya untuk menanggulangi duka, tetapi
suatu tindakan yang kita lakukan di dalam berduka, selalu lebih baik daripada
melamun dilanda kesedihan. Bila Anda berhasil melakukan sang tindakan, Anda
akan merasa hepi terhadap diri sendiri. Percayalah. Karena banyak yang senang
tidak diberi PR atau pertanyaan syering, sekali lagi tiada PR kali ini :-).
Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XIX

Get physical.
Exercise. Flex your muscles. Stretch your body. Expand your lungs. It will
help you feel better. It really will.

Singkat sekali ya kiat ke 19 ini, yang tersingkat sejauh ini kukira. Tetapi
makna atau kiat yang dikandungnya menurut saya luar biasa. Sejak masih muda
saya memang suka berolahraga. Naik sepeda dari saya masih berumur 3-4 tahun
dengan sepeda roda tiga tentunya sampai sekarang. Renang dari saya masih
di SD, juga sampai sekarang. Satu lagi, sebagai anak Indonesia, bermain
badminton, juga dari masa SD sampai kini. Sebagian di antara Anda mungkin
sudah tahu bahwa bila kita berolahraga tubuh kita memproduksikan hormon
bernama 'endorphine' yang sering juga disebut 'happy hormone'. Hormon ini
membuat kita memang merasa hepi, rasanya ingin terus bersenyum. Kita merasa
sangat oke sehabis berolahraga.

Masalahnya pren sadayana, bila kita sedang berduka, berolahraga adalah hal
yang paling akhir yang ingin kita kerjakan. Maunya merenung dan melamun serta
menangis mungkin. Mana terpikir untuk berolahraga. "Gila kali," gitu mungkin
kata Anda yang tengah berduka. Sebetulnya itulah yang dapat terjadi, Anda
mungkin saja menjadi gila beneran, bila Anda terus di dalam suasana duka dan
tidak mampu untuk menjadi hepi lagi. Banyak sekali bagian dari pengalaman
hidup saya yang sudah saya syer sehingga saya lupa apakah kisah di bawah ini
pernah saya syer. Seorang kenalan saya, suatu ketika kehilangan ibu yang
dikasihinya, satu-satunya manusia di dunia yang masih dekat dengannya (ia
bercerai dari suaminya sebelumnya). Pada saat ia pulang ke rumah dan menjumpai
ibunya sudah tiada, ia lari keluar ke jalan raya dan menjerit-jerit histeris.
Ia tidak pernah, sejauh yang saya amati dan dengar, keluar dari proses
dukanya. Mungkin bila kita berjumpa dengannya ia kelihatan oke, tetapi
kehilangan itu telah membuatnya menjadi sinting, tentu berdasarkan pengamatan
saya yang amatir akan sepak-terjangnya. Ia tidak pernah berolahraga atau
mampu keluar dari jurang duka-nestapanya. Teman-temannya sudah "menyerah"
untuk membantunya sebab ia perlu penanganan profesionil. Sekian dulu syering
saya kali ini, salam dari Toronto.

Pertanyaan syering: Bila aku sedang berduka, apakah aku mau dan mampu untuk
berolahraga? Apakah pertama-tama aku percaya akan manfaatnya? 

                             Kiat Berduka XX

Consider a support group.
Spending time with a small group of people who have undergone a similar life
experience can be very therapeutic. You can discover how natural your
feelings are. You can learn from the experiences and the ideas of others.
You can find backing as you make the changes you must. Support groups are not
for everyone, of course. But many people have come to swear by them.
You won't know unless you try.

Inilah salah satu kiat yang paling ampuh dan berguna bagi saya. Sebelum saya
membaca dan mendapat ijin Jim untuk memakai kiatnya, saya sudah ikut di dalam
kelompok pendukung orang berduka, 'grief support group', baik di darat maupun
di 'cyberspace' seperti milis ini dan satu dua newsgroup yang pernah kumasuki.
Bila Anda tinggal di Amerika Utara, banyak sekali kelompok pendukung bermacam-
macam kesusahan dan musibah. Kita akan berjumpa dengan teman senasib dan 
pasti, kujamin, Anda akan berjumpa dengan orang yang "nasibnya" lebih buruk 
dari Anda. Sering sekali saya tak dapat berbicara bila melihat orang menangis 
di dalam kelompok pendukung, sebagian karena rasa terima kasih ada manusia 
lain yang mau mendengarkan keluh-kesahnya, sebagian karena mampu mensyer 
kedukaannya di antara mereka yang lebih mengerti dan memaklumi serta tidak 
menghakimi, manusia yang 'compassionate'.

Kelompok pendukung memang bukan buat semua orang, bukan untuk yang tidak sreg
kesusahannya diketahui orang lain, yang takut untuk digosipkan, yang merasa
'vulnerable' atau lemah bila membuka dirinya dimuka orang asing, dsb. Kecuali
Anda betul-betul sudah mengetahui diri Anda seperti apa, menurutku tidak ada
salahnya Anda bergabung dengan kelompok pendukung bila Anda sedang menghadapi
suatu persoalan. Masalahnya bila Anda tinggal di Indonesia, kelompok
pendukung belum lazim. Sebetulnya inilah suatu kesempatan untuk Anda yang
menciptakan atau memulainya.

Pertanyaan syering: Apakah aku merasa oke menceritakan kesusahanku di muka
orang lain? Mengapa ya, mengapa bila tidak?

                             Kiat Berduka XXI

If you're alone, and if you like animals, get a pet.
The attention and affection a pet provides may help you adapt to the loss of
the attention and affection you're experiencing after this significant person
has died. Pets can also be fun to play with. Certain pets offer you a sense
of personal security, too, if that is important to you.

Kiat ini sudah banyak terbukti keampuhannya, baik dari pengalaman pribadi
mereka yang berani sumprit bahwa kedukaannya teratasi berkat anjing, kucing,
dan segala jenis binatang peliharaan mereka, juga dari laporan-laporan rumah
jompo maupun rumah pemeliharaan manula (manusia usia lanjut). Binatang
peliharaan mempertinggi kwalitas hidup mereka, menyemangati mereka kembali,
membuat lebih cepat sembuh baik dari luka hati maupun luka fisik. Hanya, bila
Anda tinggal di Amerika Utara Anda perlu berpikir dua kali sebelum mempunyai
binatang peliharaan, apalagi bila Anda masih berada dalam keadaan stress yang
berat. Soalnya, karena pembantu rumah tangga "mudik lebaran" seterusnya :-)
maka berarti Anda sendiri yang harus mengajari dan mengurus si 'pet'. Bila
Anda pernah memiliki binatang, Anda tentu tahu bahwa mengurus anjing lebih
sukar dari kucing, apalagi mengurus kuda :-). Jadi lakukanlah itu kalau beban
hidup Anda sudah mulai sedikit terpikul.

Binatang seperti anjing memberikan apa yang namanya 'unconditional love',
tidak peduli Anda sejelek apapun, si anjing tetap akan menjilati Anda bila
Anda pulang ke rumah dan doi sudah menunggu-nunggu. Meskipun badan penat dan
hati sumpek, siapa yang tidak akan lalu tersenyum bila si 'bleki' menyongsong
datang, menggonggong kesenangan sambil mengibas-ibaskan buntutnya? Kontraskan
ini dengan "gonggongan" manusia kepada Anda, meskipun Anda sedang berduka.
Mungkin Anda, seperti saya, pernah mengalami "sudah jatuh ditimpakan tangga"
oleh teman, sahabat, kerabat, dan manusia-manusia yang tidak berperasaan.

Pertanyaan syering: Apakah saya dapat menghargai persahabatan dan kasih dari
seekor binatang lebih dari seorang manusia? Mengapa bila ya, mengapa tidak? 

                             Kiat Berduka XXII

Light a candle at mealtime.
Especially if you eat alone, but even if you don't, consider lighting a taper
at the table in memory of your loved one. Pause to remember them as you light
it. Keep them nearby in this time of sustenance. You might light a candle at
other times as well--as you sit alone in the evening, for instance.

Taper adalah suatu jenis lilin panjang, bisa juga istilah lainnya untuk lilin
di dalam bahasa Inggris. Orang Indonesia mungkin tidak biasa makan, terutama
makan malam, dengan lilin. Paling kita makan memakai lilin untuk mengusir
lalat :-). Hanya, menyalakan lilin bila sedang berdoa, pasti kita sangat
biasa ya? Jadi bila Anda sedang dalam suasana doa, mungkin kiat ini dapat
bermanfaat. Sambil Anda makan malam bersama lilin menyala, Anda merenung dan
berdoa. Tidak perlu dikemukakan sebetulnya bahwa renungan itu akan dapat
membawa kenangan yang indah, tetapi juga menyebabkan kesedihan. Bagi saya,
bila saya makan bersama lilin saya akan teringat atau mengenangkan ketika
saya berdua Cecilia berminggu-madu (modal hanya cukup buat seminggu :-)) ke
Bangkok, Thailand. Kami makan malam, 'candle light dinner' di suatu restoran
Thai dan karena ada fotonya, saya pasti bisa mengenangkannya dan mestinya
kenangan yang indah, namanya juga lamunan minggu-madu :-).
                     
Seperti dikatakan oleh Jim di kalimat terakhir, menyalakan lilin di saat
lainnya juga hal yang baik. Ibu saya kuketahui melakukannya dari waktu ke
waktu, tak lama setelah ayah saya meninggal karena saya menemaninya di Jakarta
selama sekitar sebulan. Ada suatu meja kecil berisi beberapa patung Yesus dan
Bunda Maria dan juga foto ayah saya. Ia nyalakan lilin dan ia berdoa sebentar
di muka "altar" itu. Kuyakin, rutin atau ritual itu telah membantunya ketika
ia sedang dalam keadaan berduka sekali.

Pertanyaan syering: Apa makna simbol lilin yang bernyala bagi Anda?

                             Kiat Berduka XXIII

Donate their possessions meaningfully.
Whether you give your loved one's personal possessions to someone you know or
to a stranger, find ways to pass these things along so that others might
benefit from them. Family members or friends might like to receive keepsakes.
They or others might deserve tools or utensils or books or sporting equipment.
Philanthropic organizations can put clothes to good use. Some wish to do this
quickly following the death, while others wish to wait awhile.

Seorang teman kami di Jakarta, lebih tepat saksi pada saat kami saling
menerimakan Sakramen Pernikahan 24 tahun yang lalu, meninggal tahun lalu.
Ketika kami bertemu dengan suaminya di bulan Januari tahun ini, meski ia
tidak pernah membaca tayangan ini, ia menawarkan apakah Cecilia mau menerima
bila diberi sepatu isterinya. Sepatu itu bukan saja merk terkenal (yang
meski dikecapinya kami tidak kenal/tahu :-)), tetapi masih baru. Bukan karena
merknya atau barunya, tetapi dapat memperoleh tanda kenang-kenangan akan doi,
menyebabkan Cecilia tentu lantas mengiakan. Kebetulan kaki mereka tidak
berbeda jauh dan karena ada pilihan, isteriku mendapat suatu 'keepsake' yang
bermanfaat. Sepatu ini pasti akan lebih tahan dibanding 'hiking boots'-nya
yang lebih sering dipakainya.

Hal inipun dilakukan ibuku setelah ayahku meninggal. Baju-baju maupun pakaian
lainnya yang masih baik, ia bagi-bagikan dari mulai supir kepada ogut :-).
Tentu aku mendapat yang 'the best' alias satu dua masih baru. Juga ukuranku
dan ayahku tidak berbeda jauh. Anak kami yang kedua mendapat sepatu opanya.
Yang pertama kebagian jaketnya. Sayang tidak ada yang cocok untuk menantunya
tetapi ada beberapa kaset koleksi pribadinya yang kami angkut juga :-). Oya,
raket badmintonnya kuboyong juga sebab ia masih bermain badminton beberapa
saat sebelum ia sakit dan meninggal. Nah, ritual atau proses "pembagian" itu
mungkin menyedihkan, mungkin membawa kenangan indah bila misalnya Anda
melamunkan ketika bermain badminton bersama si pemilik raket. Itulah sebabnya
ada yang menunggunya, ada yang langsung melakukannya, mungkin ada yang tidak
akan pernah sampai hati membagi-bagikan barang si mati.

Pertanyaan syering: Apakah membagikan atau memperoleh benda milik si mati
sesuatu yang menyenangkan atau malah membuat saya lebih berduka?

                             Kiat Berduka XXIV

Create a memory area at home.
In a space that feels appropriate, arrange a small tableau that honors the
person: a framed photograph or two, perhaps a prized possession or award, or
something they created, or something they loved. This might be placed on a
small table, or a mantel, or a desk. Some people like to use a grouping of
candles, representing not just the person who died but others who have died
as well. In that case, a variety of candles can be arranged, each representing
a unique life.

Saya kira kita biasa yah melihat adanya "altar" atau meja dimana benda-benda
yang dapat memberikan kenangan indah akan almarhum atau almarhumah terletak.
Paling sedikit, foto-foto dari mereka yang sudah mendahului kita, kita taruh
di tempat yang layak sehingga dari waktu ke waktu kenangan akan beliau dapat
kita lakukan. Sering kita baca seorang ibu atau ayah yang sangat berduka
kehilangan anaknya, umumnya anak yang masih kecil, membiarkan keadaan kamar
si anak seperti sediakala. Kamar itu menjadi 'rest area', tempatnya untuk
merenungkan segala hal yang indah waktu anaknya masih bersama-sama di dunia.
Tentulah membantu sang ortu melewati proses dukanya dan mungkin juga anggota
keluarga yang lain, kakak atau adiknya.

Satu dua dari warga 'GSG' ini pernah mensyer memiliki benda peninggalan dari
orang yang dikasihinya. Saya tak tahu Anda letakkan dimana. Nah, benda seperti
itu dapat ditaruh bersama-sama foto almarhum/almarhumah di suatu tempat di
kamar atau rumah Anda. Bila ia anggota keluarga dekat dan mempunyai sesuatu
yang dapat "dibanggakan", piala yang pernah diraihnya, ijazah kejuaraan suatu
perlombaan yang dimilikinya, mungkin dapat Anda bingkaikan dan deretkan di
dekat sang foto. Akibatnya, setiap kali Anda melihat ke arah 'memory area'
itu, kenangan yang baik kan yang akan timbul. Ide mengenai lilin di atas
mungkin juga dapat Anda terapkan.

Pertanyaan syering: Apakah 'memory area' ini membantu Anda di dalam mengatasi
kedukaan? Mengapa?

                             Kiat Berduka XXV

Drink water.
Grieving people can easily become dehydrated. Crying can naturally lead to
that. And with your normal routines turned upside down, you may simply not
drink as much or as regularly as you did before this death. Make this one way
you care for yourself.

Air memang unsur yang sangat penting bagi manusia. Tak heran. Sekitar 70%
dari planit bumi terdiri dari air. Unsur air di dalam tubuh kita terdiri dari
sekitar 2/3 bagian. Kita tahan untuk tidak makan beberapa hari tetapi akan
mati kehausan bila kekurangan air. Sebelum kita dilahirkan oleh ibu kita,
kita "berenang" di dalam air ketuban :-). Jadi tak heran kalau banyak orang
mempunyai hobi yang sama seperti saya, berenang :-). Karena hebatnya tingkat
stress manusia jaman kini, pernahkah Anda mendengar bahwa ada tangki air yang
menjadi suatu alat atau cara menurunkan stress? Yah, si manusia sutris masuk
ke dalam 'water tank' yang besar, dalam dan gelap serta menyelam dan berenang
untuk beberapa saat, sampai ia dapat mengalami lagi kedamaian seperti apa
yang ia alami waktu masih di dalam rahim ibunya. Tangki air ini konon sangat
populer di Jepang, masyarakat yang hidup di tingkat stress yang tinggi.

Nah, di dalam berduka, apalagi kalau kita sering menangis, kita mungkin lupa
untuk minum lebih banyak dari biasanya. Tubuh kita menjadi kekeringan atau
mengalami dehidrasi. Tentu terjadi ketidak-seimbangan di dalam "pabrik kimia"
bernama manusia ini bila demikian. Itulah sebabnya, penting untuk kita jangan
sampai lupa meminum lebih banyak dan lebih sering bila kita sedang berduka.
Tidak dibahas atau diketengahkan oleh Jim bahwa air juga dapat bersifat
terapheutik, menyembuhkan. Satu dua dari antara Anda mungkin senang bila
dapat merenung, melamun, memandangi keindahan alam dalam rupa air, baik itu
kolam, sungai, danau, atau laut. Saya sendiri akan melakukannya esok hari,
yakni kami akan kemping naik kanu ke salah satu cagar alam terbesar di Kanada
bernama Algonquin Park. Bila Anda tidak dapat membayangkan kenyamanannya
berkanu di atas air yang lembut dan tenang, mungkin Anda dapat menikmati air
dengan cara lain, Anda dapat minum teh, kopi atau air mineral "aqua" :-).

Pertanyaan syering: ... tidak ada sebab percuma :-), tidak ada yang mau syer
sejak beberapa tayangan terakhir ini. Namum tetap teriring salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XXVI

Use your hands.
Sometimes there's value in doing repetitive things with your hands, something
you don't have to think about very much because it becomes second nature.
Knitting and crocheting are like that. So are carving, woodworking, polishing,
solving jigsaw puzzles, painting, braiding, shoveling, washing, and countless
other activities.

Ketika saya sedang menyiapkan kiat ini, saya baru saja selesai membantu
Cecilia memperbaiki pipa ledeng di 'laundry room' kami yang bocor. Tanganku
terluka ketika membersihkan sampah-sampah bekas kerja. Jadi saya tinggalkan
ia sendiri menyelesaikan proses bersih-bersih itu :-). Kami memang sering
memperbaiki segala macam peralatan di rumah secara sendiri, maksudnya berdua
saja, tanpa bantuan atau mengupahkan orang lain. Selain ada kesempatan
bekerja-sama juga senang dan puas rasanya bila kami dapat memperbaiki sendiri,
disamping tentu suatu penghematan :-). Bila Anda memang biasa bekerja dengan
tangan seperti dicontohkan oleh Jim di atas, hal itu sudah seperti 'second
nature' atau tak terpikirkan lagi tentunya. Tetapi bila pekerjaan Anda sehari-
hari hanya memakai otak saja, seperti profesiku di kantor sebagai seorang
programmer, Anda akan menimba banyak manfaat memakai tangan untuk melakukan
sesuatu. Karena sudah terbiasa mengetik di komputer, bila saya sedang pergi
kemping dan ingin menulis atau mengarang cerita, baru terasa bahwa tangan ini
sudah jarang dipakai menulis. Baru satu halaman, jari-jariku sudah pegal.
Kata orang sini, "When you don't use it, you lose it."

Bila Anda tinggal di Indonesia, mungkin lebih ekonomis untuk memanggil tukang
betul-betulin bila ada sesuatu yang rusak di rumah Anda. Terlebih bila Anda
bukan seorang 'handy person', dapat memperbaiki apa saja. Namun, hal itu
tidak berarti Anda tidak dapat mempergunakan tangan Anda, tentu lebih ke arah
hobi. Berkebun merupakan kegiatan yang membuat rileks. Mengecat disebut oleh
Jim dan saya senang melakukannya sebab selain kita perlu perlahan-lahan dan
sabar, banyak kesempatan untuk merenungkan kehidupan :-). Kalau saya sedang
mengecat, saya sering tersenyum sendiri bila mengenangkan kisah 'Tom Sawyer'
yang dihukum ayahnya disuruh mengecat, tetapi ia lakukan dengan sangat asyik
kelihatannya sehingga temannya menjadi tertarik untuk membantunya :-).

Namun, bila Anda sedang berduka dan lalu mengecat, mungkin sukar untuk
mengenangkan kisah jenaka seperti Tom Sawyer. Tidak mustahil renungan Anda
dapat membawa kesedihan. Bila itu yang terjadi dan Anda tidak 'comfortable',
cobalah melamunkan ke arah hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan.
Membuat kue dan memasak juga merupakan pekerjaan tangan meskipun yang terakhir
lebih bersifat sebagai suatu tugas, terutama bila Anda perempuan di Indonesia.
Saya yakin Anda dapat memberikan contoh-contoh yang lain maupun melakukan
syering, kegiatan tangan apa yang Anda perkirakan mampu membantu Anda bila
sedang berduka. Semoga. Sampai berjumpa, salam dari Toronto. 

                             Kiat Berduka XXVII

Give yourself respites from your grief.
Just because you're grieving doesn't mean you must always be feeling sad or
forlorn. There's value in sometimes consciously deciding that you'll think
about something else for awhile, or that you'll do something you've always
enjoyed doing. Sometimes this happens naturally and it's only later you
realize that your grief has taken a back seat. Let it. This is not an
indication you love that person any less, or that you're forgetting them.
It's a sign that you're human and you need relief from the unrelenting
pressure. It can also be a healthy sign you're healing.

Gereja paroki tempat saya berkecimpung di Bereavement Support Group di
kota ini adalah gereja yang berdua-bahasa, bilingual istilahnya. Selain
melayani orang Kanada yang berbahasa Inggris, gereja kami melayani imigran
dari Itali. Jadi sekali-sekali datang orang Itali ke pertemuan BSG kami
yang umumnya janda dan berpakaian serba hitam. Orang-orang Tionghoa yang
saya kenal cukup panjang proses berdukanya bila ditinggal pasangan atau
anggota keluarganya, tidak ada apa-apanya dibandingkan orang Itali. Beberapa
janda Itali yang datang ke pertemuan BSG parokiku atau pertemuan Grief
Support Group lainnya yang pernah kuikuti, sudah memutuskan bahwa ia akan
terus berduka sepanjang sisa hidupnya. "I cannot smile anymore," kata satu
dua orang. "I will never be happy again," kata seseorang yang ditinggal
anak kesayangannya. Kasihan ya. Soalnya lazim di kebudayaan mereka untuk
bersikap seperti itu. Mungkin menjadi penduka abadi merupakan sesuatu yang
sangat dihargai di paguyubannya.

Nah, kiat ke 27 dari si Jim ini tidak akan laku untuk orang seperti itu, baik
orang Itali contoh soalku, maupun sementara orang-orang Indo sahabat, kerabat
Anda atau mungkin Anda sendiri. Sesekali, kalau aku merasa dekat dengan orang
yang seperti itu, suka kupertanyakan, "Do you think your husband would like
to see you in this ever-sad situation, never to be happy again?" Mereka yang
berprinsip mesti sedih kalau ditinggal orang yang disayangi mungkin tidak
terpikir bahwa bila kita mampu bergembira (lagi) hal itu sama sekali tidak
mengurangi kesayangan kita kepada si mati. Susah mungkin karena dari sedikit
pengalaman saya, saya dapat merasakan kesusahan untuk bersikap gembira bila
hati sedang sedih. Oke-oke saja bila kiat ini tidak sreg bagi Anda tetapi
saya setuju dengan Jim bahwa kita perlu beristirahat sebentar (respite) dari
kedukaan kita. Bila kita mampu melakukannya, itu suatu tanda bahwa kedukaan
kita adalah sesuatu yang sehat, seimbang dan suatu ketika akan berlalu.

Pertanyaan syering: Apakah saya mampu berhenti sebentar dari berduka?

                             Kiat Berduka XXVIII

See a grief counselor.
If you're concerned about how you're feeling and how well you're adapting,
make an appointment with a counselor who specializes in grief. Often you'll
learn what you need, both about grief and about yourself as a griever, in
only a few sessions. Ask questions of the counselor before you sign on: What
specific training does he or she have? What accreditation? A person who is a
family therapist or a psychologist doesn't necessarily understand the unique
issues of someone in grief.

Konselor berduka ini suatu profesi yang umum di Kanada maupun di Amrik. Saya
tidak tahu persis apakah di Indonesia ada yang khusus berprofesi sebagai
seorang konselor berduka. Tidak semua konselor seorang psikolog. Orang-orang
yang saya kenal sebagai konselor berduka ada yang profesinya jururawat,
pastor, pendeta, awam atau mempunyai latar belakang pendidikan non-psikologi.
Pertanyaan Anda mungkin, "Bilamana kita memerlukan bantuan seorang konselor?"
Jim hanya memberikan gambaran umum, yakni bila Anda merasa kwatir mengenai
apa-apa yang Anda rasakan dan kemampuan Anda untuk menanggulanginya. Memang
mayoritas konselor adalah mereka yang menekuni bidang psikologi atau terapi
manusia. Tetapi perlu Anda mencari tahu apakah si konselor berpengalaman di
dalam konseling orang berduka. Kursus atau latar belakang pendidikan untuk
spesialisasinya itu memang ada baiknya diketahui sebelum Anda salah pilih.

Saya tidak berpengalaman di dalam konselor berduka tetapi mengenal banyak
orang tua yang berkonsultasi dengan konselor keluarga. Bila permasalahan yang
dihadapi si ortu sudah termasuk rumit, kompleks, misalnya menyangkut anak
yang kecanduan narkoba (narkotik dan obat-berbahaya), sering terjadi konselor
yang dipakai bukannya membantu sang ortu, malahan membuat mereka menjadi lebih
traumatis. Si konselor bukan saja kurang berpengalaman, tetapi juga kurang
mempunyai rasa 'compassion', sependeritaan. Ia tidak dapat menempatkan dirinya
di pihak si ibu atau si ayah karena "sibuk" dengan segala macam teori yang
sudah dipelajarinya. Itu yang saya atau Jim ingatkan untuk berhati-hati dan
jangan lekas "terjun". Selidiki dahulu dan cari referensi dari mereka yang
kira-kira pernah mengalami hal yang sama dengan kedukaan Anda. Kalau Anda
sudah memulai konseling dan mendapatkan si konselor bego alias tidak cocok,
tinggalkan dia dan "jilati luka hati" Anda sebelum Anda mencari konselor
lainnya. Tentu, semoga, konselor pertama yang Anda pakai langsung cocok dan
dengan referensi hal itu sering terjadi.

Pertanyaan syering: Apakah saya sreg memakai konselor, mengungkapkan duka-
hatiku kepada orang lain?

                             Kiat Berduka XXIX

Begin your day with your loved one.
If your grief is young, you'll probably wake up thinking of that person
anyway. So why not decide that you'll include her or him from the start?
Focus this time in a positive way. Bring to your mind fulfilling memories.
Recall lessons this person taught you, "gifts" he or she gave you. Think
about how you can spend your day in ways that would be in keeping with your
loved one's best self, and with your best self. Then carry that best self
with you through your day.

Ke pertemuan salah satu Grief Support Group saya di darat, pernah datang
seorang yang ditinggal mati pacarnya. Tentu saja ia berduka. Tidak perlu kami
tanyai sudah berapa lama hubungannya, apakah baru pacaran atau sudah akan
menikah. Yang penting ia sedang berduka dan ia membutuhkan dukungan dari
kami-kami yang sudah pernah mengalami kedukaan dan berpengalaman dalam
mengatasinya atau melampaui proses itu. Tentu lebih banyak hal-hal yang
menyenangkan yang dapat kita kenangkan akan si dia dibanding bila kita sudah
menikah 50 tahun :-). Maksudku, mungkin kita sudah keburu pikun dan tidak
ingat lagi kebaikan-kebaikan suami/isteri kita melainkan hanya hal-hal yang
menyebalkan belaka. Semoga tidak berlaku bagi Anda yang sudah menikah dan
suatu ketika mencapai HUT pernikahan yang ke 50 :-).

Saya tidak mengalami tentunya kekasihku meninggal sebelum saya menikahinya.
Tetapi saya mengalami sesuatu yang mungkin dialami banyak di antara Anda.
Mantan pacarku meninggal lebih dahulu terkena kanker BD :-(. Tentu saja saya
berduka meski saya sempat menyambanginya sewaktu ia sakit. Saya juga sempat
menyuratinya satu dua kali sebab pada jaman itu belum ada Internet di Indo.
Dua kali saya mengunjunginya, kebetulan saya sedang mempunyai proyek di
Taipei pada saat itu dan seusai proyek saya mampir dahulu ke Jakarta menengok
orang tua saya. Jadi saya tidak terlalu penasaran atau bersedih sekali pada
saat saya mendengar akhirnya ia meninggal. Nah, ketika saya berdoa untuknya,
baik di saat ia sakit maupun sesudah ia meninggal, kedukaan saya dapat dengan
mudah saya hapuskan bila saya mengenangkan masa-masa indah berpacaran dengan
dia. Untunglah isteriku tidak cemburuan, kalau tidak mana berani saya menulis
tayangan ini sebab ia membaca semua surat-seteromku :-). Anda yang pernah
berpacaran tentu dapat membayangkan keindahan apa saja yang sudah saya
lamunkan sehingga saya tidak terlalu lama berdukanya. Jadi, itulah sedikit
contoh, bagaimana saya memakai kiat ini untuk mengatasi kedukaan saya pada
suatu saat. Kuyakin Anda pun dapat melakukannya.

Pertanyaan syering: Apakah saya mempunyai kenangan indah bersama orang yang
saya kasihi dan dapatkah kenangan itu membuahkan sesuatu yang positip?

                             Kiat Berduka XXX

Invite someone to be your telephone buddy.
If your grief and sadness hit you especially hard at times and you have no
one nearby to turn to, ask someone you trust to be your telephone buddy. Ask
their permission for you to call them whenever you feel you're at loose ends,
day or night. Then put their number beside your phone and call them if you
need them. Don't abuse this privilege, of course. And covenant that someday
it will be payback time --- someday you'll make yourself available to help
someone else in the same way you've been helped. That will help you accept
the care you're receiving.

Pemakaian telepon di Kanada adalah salah satu yang tertinggi di dunia karena
bagusnya saluran telekomunikasi kami dan murahnya biaya telepon. Tentu
demikian pula di Amrik tempat tinggalnya Jim Miller pencipta kiat berduka
ini. Karena mayoritas warga Grief Support Group kita tinggal di Indonesia
dimana biaya telepon berdasarkan pulsa, saya tidak tahu apakah kiat ini
praktis atau dapat dijalankan oleh Anda-anda. Apakah mungkin Anda meminta
sahabat ataupun anggota keluarga Anda untuk menelepon Anda sering-sering
karena hal itu akan membebani anggaran keuangannya atau rumah tangganya.
Dengan asumsi bahwa Anda mungkin mempunyai sahabat atau anggota keluarga yang
rela berkorban seperti itu, saya teruskan kiat berduka satu ini.

Bukan hanya orang Timur yang suka sungkan, warga paguyuban di Barat pun
demikian pula. "Ah nanti jadi hutang budi," begitu kita sering mendengar dalih
seseorang yang tidak suka menerima bantuan. Bila Anda termasuk orang yang
seperti itu, mungkin kiat di atas dapat menyadarkan Anda bahwa Anda tidak
perlu "membalas budi" orang yang menolong Anda. Tetapi mungkin Anda dapat
berjanji ke diri sendiri bahwa bila Anda sudah keluar dari kedukaan, suatu
ketika Anda akan membantu manusia lain yang sedang berduka. Dengan tekad
seperti itu, Anda semestinya tidak akan sungkan untuk meminta sahabat Anda
menjadi "pendengar" kesedihan Anda. Halaman pertama dari buku-buku telepon
di banyak kota besar di Amerika Utara berisi apa yang bernama 'helpline'.
Meskipun tidak/belum ada 'grief helpline', tetapi bila Anda tinggal di Toronto
Anda dapat menelepon 'Distress Centre Helpline'. Lebih spesifik, Anda dapat
berbicara dengan orang lain di helpline khusus seperti bila dilecehkan
pasangan (abused), diperkosa, ketagihan judi (gambling addiction), dsb.

Nah, manusia memang binatang sosial dan membutuhkan manusia lainnya untuk
dapat berfungsi. Anda tentu setuju bahwa sungguh sangat membantu bila kita
sedang mengalami kesusahan, kita dapat menceritakannya kepada manusia lain,
yang syukur-syukur dapat menjadi pendengar yang baik. Dengan fasilitas
telepon hal itu menjadi dipermudah. Memang ada kemungkinan bahwa orang yang
Anda pilih atau percayai, tidak membantu meringankan kedukaan Anda. Syukur-
syukur ia malah tidak menambah Anda menjadi lebih depresi. Di kiat yang akan
datang, saya akan mengetengahkan kemungkinan Anda "sial" dan bertemu dengan
orang yang seperti itu.

Pertanyaan syering: Apakah aku sreg membicarakan kedukaanku dengan orang lain
per telepon?                      

                             Kiat Berduka XXXI

Avoid certain people if you must.
No one likes to be unfriendly or cold. But if there are people in your life
who make it very difficult for you to do your grieving, then do what you can
to stay out of their way. Some people may lecture you, or belittle you, or
antagonize you, either knowingly or unknowingly. Take care of your health
during your grief, including your emotional health. If that means protecting
yourself from others for awhile, then do so.

Bukan hanya di masyarakat Timur terdapat orang yang dapat membuat kita lebih
susah bila sedang berduka. Di masyarakat Barat dimana orang sering berprinsip
'elu-elu gua-gua', banyak juga kemungkinan untuk kita menjadi THP, The Hurting
People karena perilaku ataupun ucapan orang lain. Tidak jarang anggota
keluarga kita sendiri yang menyebabkan hal ini. Kalau saya mendengar syering
dari mereka yang berduka di pertemuan 'Bereavement Support Group' di darat,
sekali-sekali seseorang menceritakan betapa adik atau kakaknya menjadi sangat
menyebalkan, menyakitkan hati, dan satu dua menjadi bermusuhan karena
peristiwa meninggalnya atau ayah atau ibu mereka.

Di salah satu tayangan saya, saya pernah berbagi cerita pengalaman ibu saya
ketika sedang berduka di hari-hari setelah ayah saya baru meninggal. Ayah
saya mempunyai saudara sepupu, anak Betawi juga tentunya, yang lebih medok
lagi bahasa Betawinya dari saya :-). Sebetulnya Tante L. ini adalah orang yang
paling dekat dengan keluarga kami dan memang dari masih muda keluarganya dan
keluargaku erat sekali hubungannya. Jadi setiap hari Tante L. datang ke rumah
ibuku karena memang rumahnya tidak berjauhan. Sering ibu saya menangis sambil
bercerita cem-macem penyesalan. Si Tante ini hatinya cukup tegar, artinya
tidak cengeng. Dari mulai ayah saya sekarat sampai meninggal sampai dikubur,
tidak setetespun air mata dikeluarkannya, padahal ayah saya adalah manusia
terdekat mungkin baginya selain keluarganya langsung. Kalau ayah saya
mempunyai persoalan, ke Tante L-lah ia mengadu dan kalau ibu saya macet di
dalam berurusan dengan ayah saya, Tante L. yang ia minta menasihiti si keras
kepala. Rupanya ia tidak dapat melihat ibu saya terus menangis. Jadi katanya,
"Ude deh, kog elu sedi-sedi terus sih, lupain dong koh .... (sambil menyebut
nama ayahku)." "Elu sih enak ngomong, asal lidah goblek," kata ibuku sambil
melanjutkan tangisannya. Saya yang mendengar semuanya itu, baru berani
berkata kepada ibuku ketika si Tante sudah pulang, bahwa memang ia bermaksud
baik hanya tidak pernah membaca kiat-kiat berduka :-), jadi cuekkin azha.

Nah prens sadayana, sebetulnya kiat ini manjur juga untuk dipakai bukan hanya
di kala kita berduka, tetapi juga kalau kita sedang senteres atau depress
atau susah hati, baik karena ulah seseorang, ataupun ada orang yang membuat
kita menjadi THP, lupakanlah manusia penyebab THP itu. Kesehatan esmotsi kita
penting untuk dijaga. Kalau melihat tampangnya sudah membuat darah mendidih,
hindarilah dia agar darah Anda tidak habis menguap :-). Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XXXII

Structure alone time.
You may have your full share of alone time, in which case you'll want to
ignore this suggestion. But if you're often among family, friends, and
colleagues, make sure you also have time all by yourself. A large part of the
grieving process involves what goes on inside yourself--your thoughts, your
feelings, your memories, your hopes and dreams. So allow yourself the
opportunity to go inside so you can grow inside.

Dari pengalaman saya mengenal mereka yang berduka, hari-hari yang paling
sedih dialami orang yang ditinggal kekasihnya, ketika semua sanak-keluarga
dan handai-taulan berhenti berkunjung atau bila mereka datang dari luar kota,
mereka sudah pulang. Barulah terasa kekosongan yang tadinya sedikit terisi
oleh kehadiran sanak-keluarga. Di saat-saat itulah depresi atau stress yang
sangat berat dapat terjadi. Pada masa seperti ini juga, barulah dapat terjadi
perbedaan antara mereka, orang-orang yang di dalam hidupnya mengimani sesuatu
atau yang semata-mata bergantung kepada kekuatan diri sendiri. Karena ini
bukan tayangan iman, maka saya tidak akan menyinggung soal itu, lagipula
belum tentu Anda semua seiman dan sekepercayaan.

Tidak semua orang senang sendirian. Saya sangat sreg akan keadaan itu. Asalkan
saya ditemani oleh buku, seperti pernah saya syerkan di salah satu tayangan
saya, berbulan-bulanpun saya bisa hidup sendirian. Oya, koreksi sedikit,
berdua isteriku deh :-). Saya tidak tahu apakah Anda termasuk kutu buku
seperti saya atau bukan. Ditemani buku yang bermutu, di tengah-tengah alam
yang sepi, semua kesedihan akan lekas teratasi dan berlalu. Itulah memang
kesempatan untuk kita berkembang dan tumbuh. Memakai kesedihan atau duka
maupun musibah yang telah melanda, sebagai batu loncatan untuk maju melangkah
di dalam kehidupan. Mungkin kita masih penuh dengan pertanyaan 'why', setiap
jam setiap hari, itu tentulah suatu yang lumrah. Seperti sedikit disitir oleh
Jim, Anda harus beres berurusan dengan (kedukaan) diri sendiri, sebelum Anda
dapat melewati tahap berduka Anda. Semoga, salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XXXIII

Listen to music.
Choose music you believe will help you at a given moment, whether it's
contemporary or ancient, instrumental or vocal, secular or religious. Let the
sounds surround you and soothe you. Take this music with you, if you wish, as
you go about your day.

Di tayangan minggu lalu dimana dikiatkan untuk menyisihkan waktu bersendirian
saya mengatakan asalkan ada buku yang menemani, saya akan oke. Bila Anda
bukan penggemar buku, salah satu alternatipnya adalah mendengarkan musik atau
kesendirian Anda ditemani lagu baik instrumental maupun vokal. Musik memang
karunia ilahi. Setiap kebudayaan di dunia ini mempunyai musik mereka sendiri-
sendiri yang memiliki keindahan masing-masing.

Bila saya mendengarkan irama musik Afrika, yang sebetulnya merupakan asal-
muasal dari music jazz, saya merasa terpesona karena instrumen yang mereka 
pakai sederhana atau merakyat. Musiknya lebih banyak muatan vokal atau suara
nyanyiannya dibanding instrumen. Demikian pula bila saya mendengarkan lagu-
lagu Gregorian, suasana sakral terasa sekali. Lagu-lagu klasik, baik klasik
ringan atau yang seriyus, juga banyak yang sangat indah dan menyejukkan hati.
Saya percaya lebih banyak orang yang senang akan musik dibandingkan buku :-).
Menurut salah satu penyelidikan, kemampuan manusia untuk mendengar akan terus
ada sampai di saat-saat terakhir hidupnya. Ia mungkin sudah terbaring tak
dapat melihat, membaca atau berbicara tetapi ia masih mampu mendengar.

Sebetulnya lagi, bila Anda dapat memainkan instrumen musik, piano keg, gitar
keg, sampai ke suling anak gembala :-), lebih besar lagi faedah musik ini
di dalam mengatasi kedukaan. Waktu saya masih remaja dan mempunyai gitar
buatan Cibaduyut, saya suka memainkan lagu-lagu sendirian saja bila saya
sedang mengalami kesedihan dikala cewek yang saya taksiri, melengos :-). 
Selamat menyanyi atau bermain musik dan meskipun orang akan mengernyitkan
dahi mendengarnya, peduli amat, yang penting Anda merasa oke. Salam dari T.O. 

                             Kiat Berduka XXXIV

Create your own music.
Play an instrument. Sing a song. Or just hum. Use your music to express what
you feel, to unite you with others, to focus on your hope.

Berani sumprit saya tidak mengintip dulu kiat yang ini ketika sedang menulis
kiat minggu lalu dan mengatakan peduli wae orang mengernyitkan dahi bila
mendengarkan musik yang Anda mainkan. Ya, itulah yang suka saya lakukan bila
sedang bermain gitar, menciptakan musik sendiri, yang penting nada-nadanya
enak didengarnya. Bagus kalau kita variasikan sekitar nada yang kita sudah
hafal, misalnya  dari lagu 'Summertime'. Kalau sedang jalan berduaan dengan 
Cecilia, itulah lagu yang suka saya senandungkan, tidak peduli sedang musim 
apapun di Toronto, musim duren, musim salak atau mangga :-).

Summertime ... when the living is easy ... fish a jumpin ... and the cotton 
is tall. Memang perlu mengimani dahulu petuah Dale Carnegie, 'the power of
positive thinking', sehingga meski suhu -40C, hidup tetap asoi, dibandingkan
dengan +40C :-). Kuyakin Anda mempunyai lagu favorit dan dapat menciptakan 
sendiri musik yang mirip dengan lagu itu. Bagaimana kalau Anda tidak bisa 
memainkan instrumen, menyanyi ataupun bersenandung? Dahulu waktu masih 
mahasiswa saya suka ke Taman Ismail Marzuki menonton cem-macem pagelaran. 
Salah satu yang jarang absen saya tonton adalah pagelaran dari Bengkel 
Teaternya Rendra. Nah, saya senang dengan musik-musik Bengkel Teater ini, 
terutama tabuhan genderangnya. Mungkin karena waktu saya masih kecil dan 
kebudayaan Tionghoa belum dimusuhi di Indonesia, saya suka memainkan tambur 
bila bermain barongsay.

Nah, dimodali dengan kemampuan atau pengalaman di atas, saya bisa "menabuh"
batang kayu keg, tutup kaleng keg, dengan irama gendang a la musik Kasidah 
Barzanjinya Rendra. Kembali, yang penting, iramanya terasa asyik buat Anda 
sendiri, masa bodoh orang lain tidak mengerti tingginya mutu musik ciptaan 
kita itu :-). Syukur-syukur memang berkat musik yang kita ciptakan, kita 
dapat berkomunikasi dengan orang lain dan memfokuskan harapan kita akan masa 
depan yang lebih ceria. Semoga. Salam dari Toronto. 

                             Kiat Berduka XXXV

Do something your loved one would enjoy.
Remember the one who died in your own unique way. One widowed woman has a
special sour kraut meal once a year. She doesn't like this tangy dish herself,
but it was her husband's favorite, and she finds solace in remembering him in
that way. There are probably a hundred different things you could do that 
once brought meaning or satisfaction to the one you loved. The meaning and
satisfaction don't have to end with the death of that person.

Kalau hubungan antara kita dan si mati cukup dekat, mestinya kiat ini tidak
sukar untuk dijalankan ya. Syukurlah Cecilia tidak suka 'kraut meal' sebab
saya pun ogah makan makanan itu, kalah jauh asyiknya dibandingkan ketoprak
Betawi. Hanya, kalau soal makanan, saya akan mengalami kesukaran juga bila 
saya sampai ditinggal lebih dahulu dari isteriku. Soalnya, segala macam 
masakan ia suka. Di segi yang lain, kalau itu menyangkut hobi seperti kemping
atau berkanu di cagar alam, saya pun akan mengalami kesukaran. Seperti pernah 
saya syer di dalam salah satu tayangan saya, 'Sampai Ajal Memisahkan Kita',
sungguh kemping sendirian akan merupakan kiat untuk bersedih bagiku.

"Lalu apa dong Mas?," tanya Anda. Menurut saya, lakukanlah sesuatu yang
didambakan atau dicita-citakan oleh si dia pada saat ia masih di dunia. 
Misalnya bersekolah lagi, menjadi relawan di berbagai institusi atau 
paguyuban sosial, mengerjakan suatu proyek yang tadinya dicita-citakan oleh
si mati, dan masih banyak lainnya. Sudah dapat dipastikan, selain kita
sendiri yang masih hidup mendapat manfaatnya, kekasih kita pun akan gembira
tersenyum dikulum bila melihat kita mengerjakan hal-hal yang pernah menjadi
cita-citanya itu. Nah, bila yang didambakan itu adalah ikut kemping bersama
Bang Jeha dan empoknya, sudah boleh dipastikan bahwa saya akan mengajak Anda
ikut pergi. Tidak perlu kwatir mengenai perlengkapan sebab seperti pernah
saya sombongkan, saya memiliki perlengkapan kemping untuk 10 keluarga :-). 
Salam dari Toronto, semoga tapinya tawaran saya ini tak akan pernah terjadi

sampai Anda dan kekasih Anda menjadi aki nini atau manula :-).   

                             Kiat Berduka XXXVI

Write stories about your loved one.
Recreate those events you don't want to forget. Write them out in detail,when
and where they occurred, who was there, what happened, what the results were.
Describe everything as well as you can. Add dialogue as you wish. Make an
entire collection of stories. It will help you today and it will become a
valuable resource for yourself and others in the future.

Tak perlu ditulis lagi bahwa saya senang menulis :-). Hanya apakah saya bisa
menulis cerita mengenai kekasih saya yang sudah mendahului? Itu lain perkara.
Saya berani jamin, disamping akan membawa kenang-kenangan indah, juga akan
menyedihkan. Sekali lagi, seperti pernah saya syer, meskipun akan sedih bagi
saya kalau harus pergi kemping sendirian, karena saya tahu itu salah satu
kebahagiaan hidup saya dan kekasihku :-), saya perlu melakukannya, bila mau
keluar dari masa-masa berduka. 

Sesekali, Cecilia suka "menganjurkan" untuk membeli kamera video karena kami 
tidak memiliki benda duniawi ini :-). Dalihku adalah, "Buat apa, mending
direkam di otak kita, setiap saat bisa diputar lagi." :-) Memang, sampai 
sekarang, puji Tuhan, kemampuan mengingat atau merekam saya masih oke dan
"rekaman video" di otak saya suka saya "putar" kembali. Hampir setiap hari
bila saya ingin tidur. saya "mengunjungi" kembali tempat-tempat aduhai yang
pernah saya kunjungi yang "videonya" masih segar tersimpan. Demikian pula
jadinya, saya dapat menggali khasanah rekaman itu untuk menuliskan cerita-
cerita mengenai kekasihku. Mungkin akan berguna, bukan saja bagi diriku, juga
bagi mereka yang memilih hidup sebagai pasutri. Hanya, bila Anda belum biasa
menulis, mulai dari sekarang lakukanlah. Saya pun tidak dalam sehari bisa
mendongeng :-) tetapi saya bina sejak masih dari SMP-SMA. Tidak tega untuk
memberikan pertanyaan syering, tetapi bila ada yang mau mencoba menulis
tanggapan tayangan ini sekalian latihan menulis, saya persilahkan, monggo.
Salam dari Toronto sambil menunggu datangnya 'Godot' :-).

                             Kiat Berduka XXXVII

Screen your entertainment.
Some TV shows and movies are best not viewed when you're deep in grief. The
same goes for certain books or articles. If you have any question, do a bit
of research before you find yourself in the midst of an experience which
brings up too many feelings for you to handle comfortably. For example, if
your loved one recently died of cancer, you can do without re-living that
experience on a 30-foot movie screen.

Jelas sekali mereka yang baru ditinggal kekasihnya mempunyai sensifitas yang
lebih tinggi alias lebih peka dibandingkan orang kebanyakan. Melihat sesuatu
hal yang dapat dikaitkan dengan yang baru meninggal akan membuat mereka
menjadi sedih. Contoh yang diberikan Jim cukup luas antaranya hindari
menonton film yang berhubungan langsung dengan sebab kematian. Namun, ada
kalanya sukar untuk melakukan "sensor" film mana yang sebaiknya tidak kita
tonton. Misalnya saja ada adegan di film dimana sang tokoh makan es krim
Baskins Robbins misalnya dan kebetulan itulah es krim yang digemari oleh
almarhum. Tidak heran bila lalu Anda akan menangis melihat adegan orang makan
es krim. Atau umpamanya ada adegan jagoan dan gacoannya minum kopi di kedai
kopi Tim Hortons. Kebetulan lagi, itulah tempat Anda dulu sering berkencan
dengan si pacar baik sebelum maupun sesudah menikah. Jelas Anda bisa tersedu-
sedu melihat orang minum kopi.

Kembali, selalu ada kemungkinan kita dapat menjadi sedih tetapi nasihat di
atas saya kira mudah untuk dilakukan. Kalau memang judul atau isi film dan
buku yang Anda baca jelas akan berdampak terhadap suasana hati Anda, tidaklah
Anda perlu menonton atau membacanya dulu. Biarkan waktu sedikit berlalu,
terutama kalau buku atau film itu adalah kado Natal bagi Anda :-). Namanya
juga kiat yang umum, belum tentu "sensor" ini akan bermanfaat bagi Anda.
Mungkin saja dari film dan bukulah Anda mendapat kesempatan menyegarkan lagi
hati yang sedang risau. Buku-buku rohani mungkin dapat membantu, demikian
juga film atau video khusus bagi orang yang berduka yang di Toronto dapat
kami pinjam dari 'funeral home' setiap saat. Sekian dulu, sampai kiat yang
akan datang teriring ucapan Selamat Hari Natal bagi yang merayakannya.

PS.Ogut minta cuti menulis dan mengirimkan tayangan ah, sampai di tahun 2000
dan semoga komputer Anda semua tidak akan ada yang amblas sehingga dapat
membaca kiat yang ke 38 dan seterusnya. Met jumpa lagi di Y2K :-).

                             Kiat Berduka XXXVIII

Read practical books and articles on grief.
Reading is a great way to find your way through this roundabout experience.
Steer clear of those books that are like textbooks for professionals. They
won't offer you the undergirding you need. Go for the ones that speak to you
directly and honestly as a person in mourning. It will probably help to read
shorter books and more succinct articles--your power of concentration is
likely to be diminished.

Kemarin ini saya berkata bahwa di rumah saya ada sekitar 94 buku mengenai
grieving. Sebetulnya becanda pren karena di milis sepikologi yang saya ikuti,
seseorang sesumbar berlangganan 94 milis dan kupercaya kehebatannya melihat
isi tayangannya seperti apa :-). Ia cepat sekali bereaksi, terutama bila ada
tayangan yang tidak berkenan di hatinya. Memang perlu kegesitan model demikian
bila kita berlangganan puluhan milis. Bukan maksudku tentu menceritakan
kehebatan orang lain tetapi benar bahwa di rumah saya ada beberapa puluh buku
mengenai grieving.

Tidak semua orang mampu membaca bila hatinya sedang risau dan dirundung duka.
Mungkin Anda hanya mampu untuk mengingat nama Ibu yang pasti menghibur.
Memang saya bukan mau mengajarkan Anda menyanyi lagu 'Ya Namamu Maria' tapi
itu suatu kenyataan. Mungkin lebih mudah untuk menyanyi daripada membaca,
buktinya di film-film India, meski habis digebuki suami, si isteri tetap saja
menyanyi 'nehi acha nehi acha'. Tidak semua buku grieving enak dibacanya
seperti tayangan Bang Jeha :-) jadi kiat di atas benar. Lewati buku-buku yang
sukar dicerna dan baca Kiat Berduka-ku saja. Buku yang isinya renungan singkat
pasti lebih oke untuk dibaca. Kalau Anda ingin membaca buku-buku a la
textbook seperti On Death and Dying-nya Elisabeth Kuebler-Ross, lakukan itu
di saat-saat sekarang dimana Anda sedang hepi karena Y2K baru saja berlalu
dan komputer Anda ternyata tidak amblas seperti ditakut-takuti oleh kolegaku
para konsultan Y2K :-). Nah, membaca teori atau hal-hal praktis mengenai
berduka, suatu ketika akan mirip dengan "payung kehidupan", bila "air hujan
dukacita" menyirami Anda. Karena sudah dijamin dari sononya, semua manusia
yang normal akan mengalami 'grieving'. Sekali lagi, sedia payung sebelum
hujan, banyaklah membaca, baik bila Anda sedang hepi atau sedang berduka.
Semoga Anda dapat menimba manfaatnya suatu ketika. Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XXXIX

Engage your soul.
You'll want to do this your own way. Some people meditate, some pray, and
some spend time alone in nature. Some worship with a congregation and others
do it on their own. Many grieving people begin to sense that all of us,
living and dead, are connected on a spiritual level in a way that defies easy
understanding.  Include your soul as you grow through your grief.

Anda tidak ada yang atheis ya? Kalau ada bilang sebab mungkin saya menyinggung
perasaanmu. Konon tidak semua manusia yang ber-Tuhan atau menjerit "Tuhan
Tuhan" akan selamat, termasuk diriku karena aku juga manusia. Beberapa tahun
yang lalu, seorang temanku anak Kanada suka mengatakan suaminya "lebih 
Kristen" dari doi meski tidak beragama. Maksudnya, perbuatan suaminya lebih
mencerminkan semangat Kristiani dibandingkan dia. Suaminya seorang pemburu
dan akibatnya sering keluar, sendirian di alam.

Seperti suka kusyer, di alamlah saya merasa dekat dengan Penciptaku. Bukan
saya tidak suka ke gereja, atau ikut berdoa bersama "kongregasi" Katolikku.
Tetapi saya merasa alam lebih bersifat 'understanding'. Ia tidak menghakimi,
tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan hati, tidak menulisi kita tanpa
perasaan, tidak munafik, dan semua hal negatif lainnya dari berkumpul dengan
yang namanya manusia. Jadi bagi saya, saya dapat lebih melatih jiwaku bila
saya berada di tengah alam terbuka dan jauh dari banyak manusia.

Namun, 'soul engagement' memang bukan untuk semua orang, demikian pula berdoa
dan mencari Tuhan bila sedang menderita. Banyak orang yang menjadi "sebel"
kepada Oom Han-nya bila mereka merasa sudah diperlakukan tidak adil, tidak
setimpal dengan kebaikan mereka. It's understandable. Oleh karena itu, bila
kiat ini tidak sreg bagi Anda, geser sang tikus ke gambar kotak sampah di
emailer Anda dan bles, masukkan saja. Sampai bertemu tapi di kiat mendatang,
salam dari Toronto.

                        Kiat Berduka XL

Change some things.
As soon as it seems right, alter some things in your home to make clear this
significant change that has occurred. Rearrange a room or replace a piece of
furniture or give away certain items that will never again be used in your
home. This does not mean to remove all signs of the one who died. It does
mean not treating your home or your loved one's room as a shrine which cannot
be altered in any way.

"People resist change," begitu kataku pertama kali membaca kiat ini. Sudah
bukan rahasia lagi bahwa banyak manusia yang ditinggal kekasihnya "memelihara
kuil" atau 'shrine' yang berarti kamar atau tempat si kekasih tidak boleh
diubah-ubah, harus persis seperti waktu doi masih tinggal disitu. Di dalam
kamar ibuku sendiri, ada satu meja kecil, paling setengah meter kali setengah
meter yang oleh beliau ditaruhi foto ayahku. Ada lilin juga untuk bila ia
berdoa bagi suaminya ia dapat melihat wajah pasangannya selama 49 tahun itu.
Tentu saja, sebagai halnya orang Katolik, tidak ketinggalan beberapa patung
di taruhnya di atas meja sehingga "kuilnya" kelihatan ramai :-). Memang
sah-sah sekali bila Anda pun melakukannya, malah kutidak-lihat perlunya
Anda membongkar kamar si kekasih bila masuk ke dalam kamar membuat Anda
tersenyum mengenangkan masa-masa indah bersama doi.

Nah, mestinya Anda dapat melihat ke arah mana kiat ini ditujukannya. Bila
segala kenangan atau benda yang dikemukakan di atas dapat membuat Anda
bersedih lagi, bukannya tidak oke untuk menjadi sedih, tetapi ada baiknya
untuk tidak selalu atau tidak lagi bersedih, mungkin Anda dapat mengubah.
Intinya, bina atau bentuklah suatu lingkungan yang baru sehingga Anda pun
dapat "hidup baru" dan berjalan lagi dengan langkah yang mantap di dalam
kehidupan Anda selanjutnya. Ingat, tidak dianjurkan untuk melemparkan semua
benda atau tanda maupun kenangan yang mungkin ditinggalkan si mati, apalagi
kalau ia membawa kenangan yang indah. Semoga Anda berani untuk melakukan
perubahan, salam dari Toronto.                                         

                        Kiat Berduka XLI

Plan ahead for special days.
Birthdays, anniversaries, holidays, and other special events can be difficult
times, especially for the first year or two.  Give thought beforehand to how
you will handle those days. Do things a little differently than you used to,
as a way of acknowledging this change in your life. But also be sure to
invoke that person's presence and memory somehow during the day. If you don't
include that person in some way, you'll spend too much of your energy acting
as if nothing has been changed with that day, knowing full well that much has
changed.

Bila Anda mengikuti milis ini sejak awal, mungkin Anda masih mengingat bahwa
saya pernah menayangkan syering khusus mengenai hal di atas, 'Grieving
Through The Holidays'. Isinya cukup panjang dan intinya, berdasarkan apa yang
saya alami selama menemani orang berduka maupun dari bacaan, hari-hari khusus
memang dapat membuat mereka yang berduka "terjengkang". Artinya, kalau kita
sedang berduka dan tidak mempersiapkan diri bagaimana kita akan berperilaku
di hari itu, kita dapat mengalami senteres berat atau depresi.

Dengan 'plan ahead' atau mempunyai rencana, apa yang Anda akan lakukan di
hari yang khusus itu, semestinya keadaan akan lebih oke. Bila Anda masih
dapat berdoa dan sedang tidak "musuhan dengan Oom Han", hal itu pasti akan
membantu. Sambil mengenangkan sang kekasih, kita mendoakannya. Ibu saya
selama ini selalu memintakan intensi Misa Kudus bagi arwah suaminya di setiap
tanggal 1 Januari. Meskipun saya tidak meminta intensi Misa, namun karena
setiap Tahun Baru, hari wajib untuk umat Katolik di Kanada ke gereja, tentu
tidak saya lewatkan kesempatan untuk mendoakan ayah saya juga. Itu hanya satu
contoh sederhana dan masih banyak contoh lainnya. Mbok tahun baru engga pada
melungker semua pren, sekali-sekali syer/tulis keg. Saya tahu banyak di
antara Anda mempunyai bakat menulis dan sebagian memendamnya :-). Salam dari
Toronto meski tayangan ini tidak akan ditanggapi :-). 

                             Kiat Berduka XLII

Allow yourself to laugh.
Sometimes something funny will happen to you, just like it used to. Sometimes
you'll recall something hilarious that happened in the past. When that 
happens, go ahead and laugh if it feels funny to you. You won't be desecrating 
your loved one's memory. You'll be consecrating their love of life, and your 
own, too.

Humor di dalam kehidupan kita memang suatu karunia. Ketika saya masih kanak-
kanak, menonton lenong yang penuh dengan sindiran, mengajarkan saya bahwa
sering kita mempunyai pilihan untuk 'take the lighter side'. Rakyat yang
hidupnya tertindas dan keblangsak istilah Betawinya, mempunyai katup pengaman
agar mereka tetap dapat 'survive' dengan mengijinkan diri mereka untuk
tertawa. Bila saya sedang senteres, terkadang saya juga pergi ke toko buku
dan mampir di bagian 'humor' dari rak-rak buku di toko itu. Saya senang 
dengan humor yang satiris sebab salah satu hobiku adalah ngejailin orang :-).

Mungkin ada hal lucu yang terjadi di dalam kehidupan Anda yang menyangkut
orang yang mendahului Anda. Pada suatu ketika, saya terguling dari kanu di 
pinggir danau bau dan masuk ke dalam air yang "harum semerbak" wanginya. 
Cecilia tertawa terbahak-bahak sambil menonton "sang tupai basah kuyup". Saya 
lalu teringat ketika ayahku juga keperosot waktu naik perahu di Marunda pada 
saat kami sering memancing kepiting bersama. Nah, bila saya lalu tertawa, 
tentu bukan berarti saya telah berlaku tidak sakral terhadap almarhum, malah 
sebaliknya, "mengkonsekrasikan" kesenangan beliau akan hidup di dalam hobi 
mancing kepitingnya. Semoga hubungan Anda dengan si mati dipenuhi dengan
kenangan-kenangan yang bersifat humoris sehingga Anda dapat memakai kiat ini.
Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XLIII

Allow yourself to cry.
Crying goes naturally with grief. Tears well up and fall even when you least
expect them. Subdued sniffles can become racking sobs on a moment's notice. 
It may feel awkward to you, but this is not unusual for a person in your
situation. A good rule of thumb is this: if you feel like crying, then cry. 
If not, then don't. Some grieving people seldom cry--it's just their way.

Bukan saja di masyarakat Timur, di masyarakat Barat pun orang tidak suka
atau 'comfortable' bila melihat orang lain menangis. Bila yang bersangkutan
cukup dekat hubungannya, terkadang ia mengambilkan tissue agar si "cengeng"
dapat mengeringkan air matanya. Saya percaya Anda pernah berada di dalam 
situasi seperti itu atau pernah memberikan orang tissue :-). Kita yang 
ngerumpi di milis ini tentu sadar, bagi penduka, tangis terkadang datang
tanpa diduga, malahan di tempat yang tidak kita "rencanakan" untuk menangis.

Kalau Anda bukan berhati-batu, tentu Anda pernah menangis dan merasakan 
kelegaan sesudahnya. Memang, menangis adalah karunia-Nya juga sehingga kita
dapat meringankan beban atau tekanan hidup ini. Oleh karena itu, bila Anda
merasa sedih dan ingin menangis, lakukan saja, 'just do it' kata suatu iklan.
Peduli wae ada yang keheranan dan masa-bodoh tidak ada yang memberikan tissue
kepada Anda, syukur-syukur. Bila Anda laki-laki dan dibesarkan di masyarakat
yang menganggap tabu bagi laki-laki untuk menangis, mulai hari ini, menangis-
lah lebih keras mengasihani masyarakat yang berpandangan seperti itu bila 
Anda sedang berduka. Banyak alasan dan kesempatan untuk menangis di saat ini,
membaca berita berseliweran dari tanah air kita semua. Hanya ingatlah, sesudah
menangis dan merasa lega, 'do something else too' karena itulah manfaatnya
menangis, agar kita mampu "bangun dan berjalan kembali". Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XLIV

Talk to the other one.
If it helps, you might "talk with" the one who died as you drive alone in
your car, or as you stand beside the grave, or as you screw up your courage
to make an important decision. This talking might be out loud, or under your
breath. Either way, it's the same: you're simply wishing the other was with
you so you could talk things over, and for the moment you're doing the best
you can to continue that conversation. This inclination to converse will
eventually go away, when the time is right.

Kiat ini memang sedikit lain ya? Tapi saya tahu ada yang melakukannya,
sering di saat-saat awal sesudah baru berpisah, terutama bagi para janda/duda.
Mereka sudah terbiasa bercerita, berbicara dengan pasangan hidupnya dan dapat
tetap "ngobrol" dengan si kekasih membuatnya lebih tabah dalam penderitaan.
Mungkin lebih mudah melakukannya kalau sedang sendirian, sedang mengunjungi
makam doi atau ketika sedang kebingungan di dalam mengambil keputusan.
Pada dasarnya Anda merasa seolah-olah ia masih tetap bersama atau Anda
mengharapkan ia sedang disampingmu.

Saya relatif pendiam dan tidak terlalu suka ngobrol apalagi kalau bahannya
engga bermutu. Jadi sukar daku membayangkan bisa tetap berbicara seperti
dikemukakan di kiat ini. Paling-paling saya dapat mengucap dalam hati. Ketika
ayahku meninggal ia mewariskan "hartanya". Lantaran nafkahnya sebagai seorang
pegawai dan bukan konglomerat, maka yang kuperoleh hanyalah beberapa baju
dan celana olahraga bekas yang masih baik. Kebetulan ukuran tubuhnya sama
denganku. Raket badmintonnya kuangkut juga, Yonex yang murahan sih. Tetapi
saya mengucapkan terima kasih di dalam hati dan mengucapkan semoga ia bisa
bermain badminton di tempatnya yang baru :-). Kalau Anda menganggap tidak
oke atau risih untuk berbicara dengan si mati, pada waktunya Anda juga tidak
akan melakukannya lagi. Sampai di kiat berikutnya, salam dari Toronto,

                             Kiat Berduka XLV

Donate in the other's name.
Honor the other's memory and spirit by giving a gift or gifts to a cause the
other would appreciate. World hunger? A favorite charity? A local fund raiser?
A building project? Extend that person's influence even farther.

Saya kira Anda tidak asing dengan kiat ini ya? Atau malah anggota keluarga
Anda mungkin sudah melakukannya. Kita semua mempunyai favorit organisasi
atau paguyuban dimana kita pernah berkarya atau melakukan kegiatan sukarela.
Sering organisasi tersebut sudah banyak membantu kita baik dikala kita
mengalami kesusahan atau musibah, maupun kancah dimana kita mempelajari ilmu
kehidupan. Saya ambil contohnya bagi diriku. Kuteringat akan PMKRI, himpunan
mahasiswa dimana saya menemukan jodoh alias isteriku :-). Hanya sayangnya
PMKRI jaman sekarang rada melungker dan kurasa sih tidak ada anak Indonesia
yang memberikan warisan atau sumbangan rutin setelah ia meninggal untuk PMKRI.

Seriusan, di negeri tempatku tinggal kini, adalah lumrah untuk meninggalkan
sebagian dari harta kami kepada yayasan yang bersifat karitas. Pilihannya
seabrek-abrek. Dari mulai paguyuban 'Heart and Stroke', 'Lung Association',
dan lain-lainnya yang menyangkut kesehatan, ke 'Foster Parenthood', 'World
Vision' dan sebagainya yang menyangkut adopsi anak di dunia ketiga, sampai ke
paguyuban unik seperti 'Amnesty International', 'ETAN' :-), deeste deesbe.
Intinya adalah, dengan melakukan kiat ini, Anda mengabadikan si mati sebagai
donatur atau penyumbang tetap badan karitas di atas. Kalau sumbangan atau
jumlahnya lumayan, siapa tahu Anda dapat menyaingi Hadiah Nobel :-). Sampai
berjumpa di kiat berikutnya, salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XLVI

Create or commission a memory quilt.
Sew or invite others to sew with you. Or hire someone to sew for you. However
you get it completed, put together a wall hanging or a bedroom quilt that
remembers the important life events of the one who died. Take your time doing
this. Make it what it is: a labor of love.

Bagi Anda yang bukan tinggal di Amerika Utara, mungkin Anda tidak begitu tahu
atau belum pernah melihat yang namanya 'quilt', selimut atau permadani untuk
digantung di dinding. Meskipun saya memiliki selimut seperti itu tetapi boleh 
membeli alias tidak pernah saya melihat orang membuatnya. Bila selimutnya
besar, tentulah akan memakan waktu yang lama untuk dikerjakan satu orang. 
Itulah sebabnya dianjurkan untuk menjahitnya bersama orang lain, mungkin
anggota keluarga Anda yang senang menjahit. Pola atau motif maupun gambar di
selimut tersebut memang dapat disesuaikan untuk mengenangkan bagian kehidupan
si mati yang penting-penting. Inti kiat ini adalah Anda mengerjakan sesuatu
sebagai karya kasih atau 'a labour of love'.

Kalau Anda tidak bakat membuat tetapi bakat membayar :-), mungkin Anda dapat
mengupahi seniman untuk membuat karya cipta yang dapat abadi sifatnya. Salah
satu yang terpikir adalah 'stained-glass' atau jendela kaca. Gambar-gambar
atau icon di sang kaca dapat mengabadikan peristiwa penting dalam kehidupan
si mati misalnya ketika ia lahir atau menikah. Pajangan kristal juga dapat
dipesan untuk dibuatkan sesuai dengan permintaan Anda. Kalau Anda beruang,
bukan mustahil Anda minta "Leonardo da Vinci" di kota Anda melukis sang
"Monalisa" Anda. Intinya adalah suatu karya cipta yang akan mengabadikan
almarhum/almarhumah dan mencerminkan kasih Anda kepadanya. Sampai berjumpa
di kiat selanjutnya, salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka XLVII

Take a yoga class.
People of almost any age can do yoga. More than conditioning your body, it
helps you relax and focus your mind. It can be woven into a practice of
meditation. It's a gentle art for that time in your life when you deserve
gentleness all around you.

Memang kursus yoga sudah menjamur di Amerika Utara. Tidak tahu di tanah air
kita, apakah Anda harus ke kelenteng untuk belajar yoga? :-) Saya pernah
mengikuti suatu retret rohani dimana diseling dengan latihan yoga. Selain
pastor pembimbing retret, anak cewek Kanada itu diminta untuk mengisi 2 kali
sehari acara retret dengan 'yoga relaxation'. Tentu saja doi memilihkan
gerakan atau postur yang termasuk mudah. Saya juga pernah kemping dimana
setiap pagi ada acara yoga :-). Kembali seorang awewek pengikut kemping kami
gandrung akan yoga dan dengan antusias mau membimbing kami selama sekitar
setengah-jam menikmati gerakan atau posisi yoga yang membuat rileks dan
segar sebelum kami makan pagi dan mulai mendayung kanu:-). 

Berduka sering membutuhkan enersi dan membuat kita senteres atau tidak rileks.
Itulah sebabnya ikut kursus yoga diharapkan akan membantu kita untuk menjadi
segar lagi dan mengurangi beban hidup yang sedang kita pikul. Bagusnya yoga,
ia cocok untuk semua manusia segala umur. Bila Anda tertarik dan tidak tahu 
dimana ada kursus yoga yang oke punya, surati saya sebab saya mempunyai teman
Internet bernama Yoga :-). Kuharapkan ia tahu atau mau membantu :-). Salam
dari Toronto.

                             Kiat Berduka XLVIII

Plant yourself in nature.
Dig a flower garden and keep it in color as long as possible. Dig a vegetable
garden and stay close to it until frost. Walk in forests and put your hands 
on trees. Collect leaves and wildflowers. Watch firsthand how rivers and 
lakes and oceans behave. Look up at the stars and don't just wonder--hope.

Saya tak senang berkebun atau bercocok-tanam. Mungkin di jaman dahulu kakek-
nenekku dari propinsi Hokkian di Tiongkok guru kuntauw atau pesilat :-). Atau 
mereka pemburu yang mengembara dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Itu
saya sukai, berjalan di dalam hutan atau menaruh tanganku di dahan pohon.
Kalau memandangi bunga saya juga suka, termasuk bunga liar alias 'wildflower'. 
Meski punya 'A Field Guide to Wildflowers' karangan Peterson, saya tidak 
banyak hapal nama-nama bunga yang bisa kami jumpai bila kami kemping. Memang
tidak peduli apakah namanya 'Queen Anne's Lace' atau 'Kembang Tai Kotok' :-)
yang penting kita dapat mengaguminya dan terutama Penciptanya :-). 

Kalimat yang terakhir tentu tidak perlu diulang bagiku. Nature is the greatest
healer dan seperti sering saya syer, kalau saya sudah empet, eneg-mbleneg
dengan kehidupan di kota, saya kabur ke alam raya. Memandangi danau (lautan
jauh sekali dari Toronto :-)) dan sungai sudah cukup menyegarkan. Apalagi
memandangi jutaan bilyunan bintang di angkasa. Merasakan betapa kecilnya kita
manusia, dapat membuat kesusahan dan penderitaan kita menjadi ikut mengecil
serta memberikan harapan jadinya. Berbahagialah mereka yang dekat dengan alam
atau disegarkan oleh alam. Salam dari kota Toronto yang dikelilingi alam. 

                             Kiat Berduka XLIX

Connect on the Internet.
If you're computer savvy, search the Internet. You'll find many resources for
people in grief, as well as the opportunity to "chat" with fellow grievers. 
You can link up with others without leaving your home. You'll also find much 
more to expand your horizons as a person who is beginning to grow.

Mungkin Anda sudah tidak membutuhkan kiat ini alias sudah dilakukan. Saya
pernah bergabung di alt.support.grief newsgroup dan memang oke. Kita bisa
mensyer kedukaan kita tanpa kwatir akan dikirimkan email berisi penghakiman 
atau embatan. Disamping terkadang mendapat teman sehati, kita juga bisa
memperoleh referensi atau sarana pembantu untuk meringankan duka kita. Tentu
sebagian besar dari Anda sudah pernah melanglang Web alias mampir ke situs-
situs yang Anda minati. Cukup banyak situs Web yang dapat membantu mereka 
yang sedang berduka. Bila kedukaan atau kemalangan Anda anggap sesuatu yang 
dapat membuat Anda berkembang, Anda juga dapat memesan buku lewat toko buku
Internet yang banyak pilihannya bila Anda tinggal di Amerika Utara. 

Sebagian koleksi buku 'grieving' saya, saya peroleh dari toko buku Internet,
sebagian dari toko buku biasa. Masing-masing mempunyai kelebihannya. Di toko
buku biasa kita bisa membuka-bukanya dulu, di toko buku Internet kita dapat
mencari dan memesan buku tertentu secara cepat. Salah satu yang oke lagi di 
Internet adalah kita dapat meluapkan kesedihan kita tanpa merasa risih karena
teman yang membaca email kita tidak tahu bahwa kita sedang menangis habis-
habisan di saat menulis. Ataupun, Anda dapat membagi duka Anda, tanpa kwatir
ia akan cepat-cepat mengambilkan sapu-tangan :-). Saya yakin Anda para 
'Internet addict' memahami kiat di tayangan ini. Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka L

Speak to a clergyperson.
If you're searching for answers to the larger questions about life and death,
religion and spirituality, consider talking with a representative of your
faith, or even another's faith. Consider becoming a "spiritual friend" with
another and making your time of grieving a time of personal exploring.

Di paguyuban GSG ini rasanya tidak ada pastor atau Romo asli yang bergabung.
Jadi saya tidak akan dituduh menjilat :-). Memang nasihat ini sangat oke.
Hanya sayangnya atau seringnya, seperti sesekali kusyer, orang yang berduka,
apalagi kalau kedukaannya hebat, sering "bermusuhan" dengan Tuhannya. Saya
juga suka bercerita, dari pengalaman saya mendampingi orang yang berduka
atau warga THP (The Hurting People) lainnya, mereka yang beriman atau
mengimani kepercayaan, agama, keyakinannya, akan lebih lekas selesai proses
grieving-nya.

Karena profesinya, seorang rohaniwan akan mempunyai sedikit-banyak pengalaman
konseling ataupun mendampingi orang yang berduka. Umum diakui oleh para
psikolog, bahwa kaum awam pun dapat menjadi "psikolog amatir" yang ampuh dan
mampu membantu sesamanya. Modalnya hanya satu 'compassion', peduli akan
nasib atau petaka yang menimpa orang yang didampinginya. Nah, disinilah letak
keampuhan seorang rohaniwan sebab 99% dari mereka memang manusia yang peduli
akan sesamanya. Sebagian penuh dengan kasih dan 'compassionate', sebagian
lagi calon santo dan santa :-). Semoga, bila Anda sampai perlu berbicara
dengan seorang rohaniwan, Anda mengalami "nasib yang mujur", kata orang
beriman terberkati :-), mempunyai kenalan rohaniwan seperti itu. Salam dari
Toronto.

                             Kiat Berduka LI

Read how others have responded to a loved one's death.
You may feel that your own grief is all you can handle. But if you'd like to
look at the ways others have done it, try C. S. Lewis's A Grief Observed, 
Lynn Caine's Widow, John Bramblett's When Good-Bye Is Forever, or Nicholas
Wolterstorff's Lament for a Son. There are many others. Check with a 
counselor or a librarian.

Meskipun saya kutu-buku, hanya satu dari antara semua buka di atas yang saya
beli dan baca. Ya, bukunya C.S. Lewis pengarang kenamaan. Soalnya yang lain
mungkin bukunya bagus tetapi saya tidak mengenal mereka. Bila Anda kenal akan
dia, entah berapa puluh buku telah ditulisnya. Tulisannya banyak mengandung
filsafat hidup Kristiani dan menyentuh karena dulunya ia tak percaya akan
Tuhan alias atheis. Salah satu buku larisnya adalah Mere Christianity tetapi
kehebatan mengarang atau membagi perasaannya muncul di dalam bukunya di atas
dan satu lagi yang berjudul 'Through the Shadowlands' dimana ia menceritakan
pengalaman hidupnya dengan Joy, isterinya yang meninggal terkena kanker. Saya
pernah menuliskan satu dua tayangan terinspirasi oleh kisah disitu. Kalau
Anda masih ingat perkataan 'it is part of the deal', itu kusontek dari C.S.
Lewis. Begitulah hidup menurutnya, bahwa jangan kita mau senangnya saja,
tetapi kita harus bersedia atau mau menanggung kesusahannya. Seperti saya
katakan, hidup ini bak suatu paket, yang perlu kita terima semua, meski ada
satu dua di antara isi paket yang tidak kita sukai.

Saya yakin bahwa Anda akan dapat belajar dari buku-buku yang lain di atas,
maupun dari kisah kehidupan mereka yang ditinggal orang yang dicintainya.
Bagaimana si penduka menjalani hidupnya baik selama masa berduka atau
di dalam proses grieving maupun sesudah masuk ke dalam tahap menerima. Itu
juga gunanya suatu paguyuban dimana mereka yang sedang berduka berkumpul.
Sayang 'Grief Support Group' ini bak Paroki-Net "kamar di sebelah" kita yang
juga sepi :-) (kata si MoTe yang tayangannya di-forward ke daku). Adalah 
menguatkan kalau kita mendengar syering manusia yang lainnya, bagaimana yang
bersangkutan bersikap dan berperilaku di dalam menghadapi kedukaan. Semoga,
saya tidak memelas seperti si Mote, "Kesepian!" :-). Salam dari Toronto.

                             Kiat Berduka LII

Learn about your loved one from others.
Listen to the stories others have to tell about the one who died, both
stories you're familiar with and those you've never heard before. Spend time
with their friends or schoolmates or colleagues. Invite them into your home.
Solicit the writings of others. Preserve whatever you find out. Celebrate
your time together.

Saya suka akan kiat ini. Kalau saya kebetulan sedang berusaha menghibur
sahabat dan kerabat saya yang sedang berduka, saya sengaja menggali cerita-
cerita dari masa lampau yang masih tersimpan di dalam kenangan atau memory
saya. Terakhir waktu saya ke Jakarta sekitar setahunan yang lalu, saya sempat
bertemu dengan seseorang yang isterinya maupun dia sahabat kempingan saya.
Isterinya meninggal mendadak terkena kanker lever. Setelah mendengarkan kisah
sedihnya ditinggal secara mendadak demikian, saya lalu mengingatkannya akan
masa-masa bahagia ketika kami berempat, dua pasutri, masih kemping bersama.
Kami dapat tertawa bersama, sedikit melipur hati yang lara.

Terkadang, meski kita merasa sudah kenal baik dengan kekasih yang sudah
mendahului kita, ada saja satu dua hal yang baru kita ketahui, setelah
mendengar teman lamanya menceritakan kisah kebersamaan mereka. Tentu
menyejukkan dan membesarkan hati kalau kita mendengar cerita yang mencerminkan
kebaikan hati sang kekasih yang sudah mendahului. Semoga bila Anda ada di
dalam keadaan berduka, Anda diberkati dengan kunjungan teman atau anggota
keluarga yang dapat menceritakan hal-hal yang pernah dialaminya bersama
si dia yang telah mendahului Anda. Salam dari Toronto.

Prakata: Tayangan serial ini adalah tayangan mingguan saya di milis Grief
Support Group Paroki-Net. Tidak pernah saya 'cross posting' ke Serviam dan
jarang-jarang ke milis Paroki-Sby. Hari ini akan saya syer kesana. Semoga oke.

                        Kiat Berduka LIII

Take a day off.
When the mood is just right, take a one-day vacation. Do whatever you want,
or don't do whatever you want. Travel somewhere or stay inside by yourself.
Be very active or don't do anything at all. Just make it your day, whatever
that means for you.

Saya juga suka akan kiat di atas. Kebetulan, rakyat seluruh Kanada, tidak
seperti di Amrik, diberikan hari libur di hari ini, Good Friday, agar kami
dapat merenungkan makna hari berduka ini tanpa terganggu oleh urusan bisnis.
Saya mempunyai jatah cuti 5 minggu setahunnya. Hampir selalu saya simpan
sedikit sampai ke ujung tahun dan saya habiskan di sekitar Natal. Salah satu
tujuanku adalah agar supaya kalau saya butuh hari cuti seperti 'take a day
off' itu saya masih mempunyai jatah cuti. Sebetulnya saya tidak perlu terlalu
kwatir sebab di dalam hal ini, berduka atau butuh waktu cuti untuk berduka,
kantorku oke punya. Sering juga memang tergantung dari siapa juragan kita.
Juraganku anak bae :-). Waktu kemarin ini saya terpaksa cuti seminggu karena
mertuaku sakit keras, setelah saya masuk kembali, ia berkata, "Don't worry
about that one week off jusni. It was not a vacation for you. So consider
them to be absence days." Tidak heran saya betah bekerja selama 28 tahun di
satu perusahaan ini ya :-).

Di dalam berduka, sering kita merasa kehilangan kontrol atas hidup kita ini.
Hal itu membuat stress atau depresi. Orang merasa oke bila ia mempunyai
pilihan. Nah, kalau 'take a day off' adalah pilihan bagi Anda atau Anda mampu
melakukannya, hal itu termasuk sesuatu yang positif. Di dalam keadaan "gelap"
hal hal yang masih mampu kita lakukan dan kemungkinan suksesnya besar, perlu
kita lakukan bila kita mau lekas keluar dari "kegelapan". Anda yang mengenal
saya pribadi, tahu bahwa 7-8 tahun yang lalu, hidupku ada di dalam "gelap".
Kiat di atas membantuku lekas melihat "terang meski tak benderang". Saya
ambil cuti satu hari, Jum'at atau Senin dan saya "kabur" bersama isteriku
ke cagar alam kecintaanku. They became a long week-end. Itulah yang membuat
saya dan Cecilia menjadi kuat, "berdialog" langsung dengan-Nya dan mendapat
banyak sekali pencerahan dari Beliau.

Bila Anda tidak mau dan tidak bisa bepergian, seperti dikatakan Jim, oke-oke
saja untuk tidak berbuat sesuatu, untuk 'stay inside by yourself'. Intinya
adalah, make that day YOUR DAY. Anda mau tidur keg, mendengarkan musik keg,
membaca kalau bisa berkonsentrasi, Andalah yang menentukan dan menjadi "bos".
Sedikit demi sedikit, Anda mendapat kembali kontrol di dalam hidup Anda.
Semoga, sampai berjumpa di kiat berikutnya minggu depan, salam dari Toronto.

                        Kiat Berduka LIV

Invite someone to give you feedback.
Select someone you trust, preferably someone familiar with the workings of
grief, to give you their reaction when you ask for it. If you want to check
out how clearly you're thinking, how accurately you're remembering, how
effectively you're coping, go to that person. Pose your questions, then
listen to their responses. What you choose to do with that information will
be up to you.

Ini ide yang meskipun kutinggal di negara Barat, tetap tidak lazim. Sedikitnya
saya tidak pernah dimintakan 'feedback' atau umpan-balik dari teman-temanku
yang sedang berduka. Sebenarnya, kalau Anda sedang berduka dan mampu melakukan
hal itu, Anda semestinya dalam keadaan oke. Mereka yang sedang berdepresi
berat mana akan terpikir untuk meminta umpan-balik. Sudah tidak menangis
terus sudah bagus.

Pada saat ini seorang sahabat saya sedang berduka karena ditinggal mantan
kekasih/tunangannya. Beberapa kali saya meneleponnya tetapi tidak diangkat.
Mengirimkan email pun tidak dibalas. Jelas ia tidak akan memakai kiat ini.
Tidak semua orang yang sedang berduka mau untuk "mengobrol" atau berbicara
dengan manusia lainnya. Ia ingin berduka sendiri. Hal ini lazim. Kalau di
tanah air, mungkin Anda akan mengunjungi sahabat yang seperti itu tetapi di
Kanada ini, tidak sopan untuk 'drop by' atau bertandang tanpa memberitahukan
dulu sebelumnya. Kata orang sini 'it is rude'. 

Nah, sekali lagi bila Anda mampu untuk memakai kiat di atas, saya menganggap
Anda oke dan saya yakin di dalam waktu yang singkat dapat keluar dari dalam
proses berduka. Sampai kiat berikutnya, salam dari Toronto.

                        Kiat Berduka LV

Vent your anger rather than hold it in.
You may feel awkward being angry when you're grieving, but anger is a common
reaction. The expression holds true: anger is best "out floatin' rather than
in bloatin'."  Even if you feel a bit ashamed as you do it, find ways to get
it out of your system. Yell, even if it's in an empty house. Cry. Hit
something soft. Throw eggs at something hard. Vacuum up a storm. Resist the
temptation to be "proper."

Untuk sementara orang, kiat ini mungkin sukar untuk dilaksanakan. Bagiku
tidak begitu. Menulis adalah salah satu cara menyalurkan kemarahan. Mungkin
Anda sering membaca tulisan seperti itu. Tulisan yang bernada sarkastis atau
sinis umumnya mencerminkan kemarahan. Ke dalam suatu paguyuban GSG di darat
yang pernah kuikuti, seorang ibu yang sangat marah kepada dokter yang sudah
"membunuh" anaknya, berhasil menyalurkan kemarahannya dengan menulis surat
kepada perhimpunan dokter sepropinsi kami. Seperti pernah saya syer, meski
tidak biasa, tetapi semakin lazim di jaman sekarang, orang sudah mulai berani
berteriak dan marah-marah kepada Tuhannya bila sedang berduka. Di jaman dulu,
orang atau umat seperti itu mungkin sudah dihadapkan kepada pengadilan Gereja
dengan tuduhan menghujat, blasphemy.

Di atas diberikan beberapa kiat. 'Hit something soft' dapat diimplementasikan
melalui beberapa cara. Anda dapat membeli 'sandsak', bantalan tinju atau kalau
tidak bermodal, ambil guling yang cukup besar, gantung dan gebuki. Waktu saya
masih latihan karate di dojo, tersedia tatami yang dapat digebuk dan ditendang
tanpa kita perlu merasa risih sebab memang disediakan buat para karateka.
Salah satu cara menyalurkan kemarahan lainnya adalah berolahraga sampai Anda
menjadi jompor :-) alias kelelahan. Naik sepeda 100-200 km, berenang beberapa
km, lari sampai tidak bisa jalan lagi. Saya yakin Anda tidak akan sempat
marah dan hormon endorphine yang diproduksi tubuh malah akan membuat Anda
hepi atau puas. 

Akan halnya melempar telur, sayang uang menurutku, lebih baik disumbangkan
meskipun telur relatif murah. Kalimat terakhir namun kurasa tepat, di dalam
keadaan berduka, kita tidak perlu merasa sungkanan, risih, "pantas" atau
proper. "Who cares?," Anda dapat bersemboyan demikian. Satu hal lagi sebelum
kuakhiri kiat ini, karena kupercaya Anda anak-anak bae semua :-), boleh dan
sah-sah saja kita merasa marah, hanya usahakan agar tindakan kita karena
marah, tidak sampai membuat kita jatuh dalam dosa. Salam dari Toronto.
Prakata: Selama setahunan, ketika milis Grief Support Group-ku masih aktif
saya menulis Kiat Berduka setiap minggu, syering dari kegiatan GSG-ku di
darat dan juga pengalaman pribadi. Seorang warga milis Anda yang menyuratiku
di japri minta untuk saya mengirimkan kiat-kiat ini karena milis GSG tsb sudah
bubaran alias digusur kaplingnya :-). Namun, ketika kulihat ternyata sebagian
file yang kukirim, isinya masih berupa draft/kosong, jadi akan kucoba
meneruskannya dan menayangkan di milis Anda ini. Semoga berkenan. 

                        Kiat Berduka LVI

Give thanks every day.
Whatever has happened to you, you still have  things to be thankful for.
Perhaps it's your memories, your remaining family, your support, your work,
your own health--all sorts of things. Draw your attention to those parts of
life that are worth appreciating, then appreciate them.

Tergantung dimana Anda sedang berada di dalam tahapan berdukamu, mungkin
sekali kiat di atas dapat membuatmu jadi THP (The Hurting People). Beberapa
hari yang lalu saya bercakap-cakap dengan teminku anak Tanzania yang belum
lama ini kulayat ketika ibunya meninggal. Terus terang, baru pertama kali
ini saya mengunjungi upacara lengkap pelepasan jenazah warga Islam di
Toronto dan seluruhnya sangat mengesankan. Apalagi banyak kata-kata Arab
yang kukenal di dalam doa-doanya. Teminku itu bukan main amblasnya di hari
tersebut. Namun, ketika bercakap-cakap dengannya, saya dapat membawanya untuk
sedikit tersenyum mengingatkan hal-hal manis yang sempat ia lewatkan bersama
ibunya, terlebih antara ibunya dan cucu-cucu almarhumah. Kupuji dukungan luar
biasa paguyubannya dimana hadir sekitar seratus orang padahal upacaranya di
hari biasa di jam kantor. Anda teman-temanku di Toronto tahu kalau kita
melayat yang mati, apalagi anak-anak Kanada, betapa sedikitnya yang hadir.
Ia memang merasa sangat berterima-kasih dan merasakan sekali dukungan warga
paguyubannya.

Ketika kita sedang terpuruk, memang sukar sekali untuk merasa berterima-kasih.
Satu hal atau kata yang cukup sakti sering dapat membuat perbedaan: harapan.
Terpicu oleh diskusi seputar Victor Frankl di milis Psikologi, yang di dalam
bukunya Men's Search for Meaning banyak menulis tentang harapan, itulah yang
membedakan manusia yang amblas dan yang tegar kembali, harapan, hope. Kemarin
seorang sahabatku yang ngerumpi di GSG-ku dan juga di satu GSG yang lainnya
bercerita kepadaku. Seorang penduka sedang sedih sekali karena tidak tahu
apakah ia akan berjumpa lagi dengan abangnya yang disayangnya banget. Sedikit
banyak ia sedang marahan dengan Oom Han. Dua orang pendampingnya malahan
mengecapkan bahwa hanyalah kalau ia percaya kepada Tuhan yang menyelamatkan
ia akan berjumpa lagi dengan sang kakak. Untuk menetralisir kesebalan si
penduka, temanku lalu mengatakan bahwa tidak perduli apapun agamamu, apapun
kepercayaan, selama engkau berharap bahwa suatu ketika bisa berjumpa lagi
dengan abangmu, niscaya engkau akan mengalaminya. Kutidak sempat bertanya
apa jualan harapannya laku alias si penduka berterima-kasih kepadanya. :-)

Satu lagi menurutku yang dapat membuat kita mampu merasa berterima-kasih
adalah bila kita membandingkan kepurukan dan kedukaan kita dengan banyak
manusia lainnya yang dukanya lebih-lebih lagi gaswatnya. "It could be worse,"
adalah salah satu kalimat yang bisa kita sebutkan di dalam hati. Bila Anda
dapat berujar demikian, niscaya tak lama lagi Anda akan mampu untuk menikmati
kembali hal-hal di dalam hidup ini yang menyenangkanmu. Bisa hobimu, teman-
temanmu, anggota keluargamu, kolega di kantormu, udara yang sejuk di Toronto
saat-saat ini :-), Rupiah yang oke lagi di Indonesia :-), pokoknya sesuatu
yang dapat membuatmu berterima-kasih. Semoga. Salam dari Toronto. 

                        Kiat Berduka LVII

Monitor signs of dependency.
While it's normal to become more dependent upon others for a while 
immediately after a death, it will not be helpful to continue in 
that role long-term. Watch for signs that you're prolonging your 
need for assistance. Congratulate yourself when you do things for yourself.

Dependency atau ketergantungan memang bisa bermacam-macam, dari 
mulai miras (minuman keras) sampai ke narkoba (narkotik dan obat
terlarang). Demikian pula, kita dapat menjadi tergantung kepada
(bantuan) orang lain. Hal ini tidak sehat di dalam konteks orang
yang sedang berduka. Kita perlu untuk keluar dari dalam proses
berduka agar tidak menjadi manusia THP sepanjang hidup kita.

Tadi, di milis Psikologi, saya katakan ke seorang warganya,
kesadaran akan sesuatu yang tidak oke sudah merupakan awal yang
baik. Bagaimana mungkin kita akan menuju ke penyelesaian masalah
bila kita sama sekali masih "tertidur" atau "terbuai dalam mimpi"
seperti isteriku di ranjangnya saat ini. Jadi memang kita perlu
melakukan monitoring, pemantauan apakah kita memperlihatkan
gejala-gejala ketergantungan. Sedikit-sedikit kita menelepon
teman kita yang dapat kita andalkan. Sebentar-sebentar kita
mengirim pesan lewat SMS HaPe kita atau mengirim email bercurhat.
Bukannya saya mengatakan tidak boleh bercurhat, berkeluh-kesah
yang berkepanjangan, katakan sesudah setahun dua tahun kita
ditinggalkan atau kehilangan, menandakan kita masih ada di dalam
tahap ketergantungan. 

Usahakanlah sedikit demi sedikit untuk melepaskan ketergantungan
kita dan mandiri lagi seperti semula, sebelum kita menjadi
berduka karena kehilangan sesuatu yang kita sayangi, baik karena 
dimalingi maupun ditinggal mati. Tidak mudah tentunya dan itu 
sebabnya Anda perlu menepuk bahumu sendiri dari waktu ke waktu,
bahwa perlahan-lahan Anda sedang melepaskan ketergantunganmu.
Semoga, salam dari Rochester, Minnesota. 
Prakata: Kudedikasikan untuk kakak-iparku yang masih belum selesai                   
grieving processnya. Tuhan jua yang membantu dan menguatkanmu. Amin.

                   Kiat Berduka LVIII

Give yourself rewards.
Be kind to yourself in your grief. Do those things for yourself that 
you really enjoy, perhaps at the end of a long day, or in the midst 
of a lonely time. Treat yourself to a favorite meal or delicacy. 
Get a massage. Buy some flowers. Do something frivolous that makes 
you feel good. Then soak up those moments as fully as you can.

Alangkah sukarnya kiat di atas untuk dipraktekkan oleh kita, manusia 
Timur sebab bagi orang Barat pun, mereka sering terus berkepanjangan 
menyesali nasib dan berduka sepanjang masa. Pernah kusyer rasanya, 
ke pertemuan Grief Support Group-ku sesekali datang janda anak Itali 
dan mereka selalu berpakaian hitam-hitam serta wajahnya dipenuhi 
"awan kelabu". Sudah dapat dipastikan acara syering akan diiringi
isakan atau tangisan, paling sedikit air mata akan mengalir. Kalau
sang janda baru saja ditinggali suaminya, kita yang memberikan 
dukungan tidak akan terlalu bersedih hanya kalau itu terjadi setahun
dua tahun setelah sang kekasih meninggal, kita ikut THP bersamanya.

Salah satu 'support group' di dunia yang paling sukses adalah AA,
Alcoholic Anonymous. dengan 12 langkahnya. Kredo atau langkah-langkah
awal adalah mengakui bahwa mereka manusia lemah dan butuh bantuan
Oom Han. dimana mereka memakai istilah Power sebab tidak semua orang
mengakui adanya Tuhan. Itulah yang dapat kita lakukan bila kita
masih belum mampu untuk "mencintai diri kita kembali". Kepada mereka
yang amblas, sering kuucapkan, "You are your own best friend".
Maksudku, kita sendirilah yang berkewajiban untuk pertama-tama,
sayang kepada diri kita sendiri. Sukar sekali untuk seseorang mampu
mencintai manusia lain bila ia tidak peduli akan kesejahteraan
dirinya sendiri dulu. Bagaimana kita dapat menolong mereka yang
sedang terjerumus ke dalam jurang bila kita pun ada di dalamnya.
Bagaimana kita dapat membagikan cinta-Nya bila kita pun tekor.

Seperti saya katakan di awal tayangan singkat ini, tidak mudah
untuk memberikan "hadiah" kepada diri sendiri, menepuk bahu 
dewek sambil berkata, "you are doing good". Untuk itu, pertama
perlu kesadaran dulu seperti pengikut AA yang mulai sadar. Barulah
sedikit demi sedikit kita berusaha mengubah kebiasaan atau perilaku
kita, agar kita mampu melakukan kembali apa-apa yang tadinya
menyenangkan dan membahagiakan kita. Dengan memfokuskan ke diri 
kita sendiri dan terutama meminta bantuan Yang Mahakuasa, niscaya
sedikit demi sedikit, kita menjadi seperti kita yang dahulu 
kembali, berhenti menjadi warga THP, The Hurting People. Semoga,
salam dari Rochester, Minnesota. 

                        Kiat Berduka LIX

Eat healthy.
Your diet affects how you think and feel as well as how your body acts. Eat
balanced meals. Eat even if you're not hungry. Eat regular meals rather than
just snacking. Avoid too much fat.

Cecilia isteriku yang selama 2 minggu terakhir ini "ikut suami" terus karena
saya ditugaskan ke luar kota, kemarin ini mensyer suatu buku yang dibacanya
di toko buku Barnes and Nobles di Rochester, Amrik. Buku diet karangan Susan
Somers itu konon menganjurkan untuk mereka yang gendut, berhenti makan
karbohidrat dengan segala macam alasan. Kukatakan, pastilah si Susan salah
kaprah dan cuma mau berjualan buku. Tidak mungkin orang lalu menjadi sehat
dengan berhenti makan karbohidrat, dimana nasi adalah salah satunya :-).

Di dalam suasana berduka dan menjadi warga THP, sering seseorang menjadi
kehilangan nafsu makan dengan akibat ia tambah amblas. Tubuh kita adalah
suatu "pabrik kimiawi" yang membutuhkan bermacam-macam bahan baku agar ia
dapat terus "berproduksi". "Mens sana in corpore sano," kata orang yang bisa
berbahasa Latin yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang oke.

Seorang mantan pacar saya mempunyai kebiasaan untuk mengambek dan lalu
berhenti makan. Mengerikan sekali. Entah apakah karena kebiasaan itu, ataukah
"nasibnya sial", ia meninggal masih muda, terkena kanker BD :-(. Jadi kalau
dulu ibu atau sekarang pasangan Anda bersikeras agar Anda bermenu 4 sehat 5
sempurna, lakukanlah itu juga bila Anda sedang berduka. Semoga Anda bukan
tukang ngambek atau meskipun demikian, tetap dapat menyantap hidangan yang
berimbang. Sampai berjumpa, salam dari Toronto.

                        Kiat Berduka LX

Take up a new hobby.
Try something you've never tried before. Expand your horizons. Do what you
want to do, not what someone else may have wanted for you. Learn. Be open to
meeting new people. Associate this part of your life with who you're becoming,
rather than who you've been.

Bila Anda pernah mengalami dukacita yang mendalam, kemungkinan kehidupan
Anda atau berada di dalam tahap stagnasi, mandeg, atau kemunduran. Terlebih
bila Anda belum dapat menyelesaikan tahapan berduka Anda. Jadi kiat ini juga
termasuk sukar untuk dilakukan sebab dengan berhobi yang baru, berarti
sedikit banyak Anda sudah mampu merasa hepi kembali. Sering orang yang sedang
berduka tidak "mengijinkan" hal itu terjadi bagi dirinya sendiri. Maunya
nangis melulu dan bersedih, jangankan memikirkan hobi baru.

Namun demikian, dari waktu ke waktu, saya suka mendengar syering mereka yang
tadinya berduka, melalui hobi barunya, dapat disegarkan kembali. Salah satu
hobi baru itu adalah bercocok-tanam, gardening istilah anak Kanadanya. Hobi
ini memang bagus sekali, selain kita menjadi dekat kepada alam dan berada di
luar rumah, menghirup udara segar kalau kota tempat tinggalmu tidak berpolusi,
juga tubuh kita berolahraga karena harus jongkok bangun dan terkadang
mencangkul menggali tanah. Saya lalu menjadi terkenang akan sahabat saya JW
anggota milis Anda yang baru saja mendahului kita semua. Di dalam suratnya
yang terakhir kepada saya, ia bercerita bahwa ia baru saja ke Bogor, jalan-
jalan di Pasar Anyar dan membeli alat-alat untuk gardening. Sayangnya W tidak
sempat melakukannya di dunia ini dan semoga ia tersenyum nun disana sambil
mencangkul membaca tayangan ini. Tiada hal yang mustahil kan di kahyangan :-).

Kedukaan dapat disebabkan oleh banyak hal, bukan saja karena ditinggal mati.
Di-PHK dapat menyebabkan kita masuk ke dalam tahap berduka secara lengkap,
dari mulai denial, anger, bargaining, dst. Mempunyai anggota keluarga yang
"toxic" perilakunya, juga dapat menjebloskan kita ke dalam tahapan berduka.
Bila Anda masih single, ditinggal pacar pun dapat menyebabkan Anda berduka.
Nah, seperti dikatakan oleh Jim di atas, lihatlah ke depan, ke apa yang
sudah menempa dan membuat dirimu menjadi "logam yang baru", bukannya siapa
Anda DULUNYA. Hanyalah dengan menimba hikmah dan pelajaran dari kedukaanmu
dan bersikap terbuka, dikau dapat menjadi lebih oke lagi dari sebelum ditimpa
peristiwa duka-nestapa itu. Sekali lagi, hobi atau karya yang baru yang selama
ini tak terpikirkan, dapat menjadi jembatan antara Anda si manusia lama dengan
Anda si manusia baru. Semoga, salam dari Toronto.

                        Kiat Berduka LXI

Do something to help someone else.
Step out of your own problems from time to time and devote your attention to
someone else. Offer a gift or your service. Do this for yourself as much as
for the other. Feel good about your worth.

Di tayangan terdahulu, saya katakan bahwa hobi atau karya yang baru sering
sangat bermanfaat untuk membuat kita menjadi oke kembali. Bila kita
bergabung dengan kelompok pendukung orang berduka, grief support group,
boleh dipastikan para relawan/relawatinya adalah mantan penduka. Karena
pernah mengalaminya, mereka lalu bertekad membantu "wan-wan-sib", teman
senasibnya agar tidak terus terpuruk di dalam kedukaan.

Seperti juga suka kukatakan, dengan terjun membantu memberi perhatian kepada
orang lain, sering-sering kita menjumpai, bukan saja kita tidak sendirian,
terlebih, kemalangan kita tidak ada artinya dibandingkan dengan orang yang
lain. Secara ironis, kita menjadi bersyukur bahwa nasib kita ternyata lebih
oke, it could be worst, kata anak sini. 

Sering juga kita jumpai, mereka yang pernah berduka dan lalu sadar bahwa
banyak manusia yang senasib dengan dirinya, ketika sudah mampu keluar dari
"kepompongnya", bertekad membantu sesamanya. Bila mereka tidak menjadi
relawan/relawati, mereka mendirikan suatu paguyuban yang khas yang menyangkut
duka mereka dahulu. Contohnya adalah MADD, Mothers Against Drunk Driving. LSM
atau kelompok pendukung itu diciptakan oleh seorang ibu yang pernah menjadi
THP karena anaknya meninggal ditabrak pengemudi mabuk. Karena bukan satu
orang saja yang mati ditabrak pemabuk tetapi ratusan ribuan warga Amrik dan
Kanada yang seperti itu, terjadilah kelompok yang kuat dan bermanfaat bagi
sesama mereka.

MADD hanyalah satu contoh dan bila Anda tinggal di Amerika Utara, pastilah
Anda dapat memberikan banyak contoh lain dimana orang yang tadinya berduka
atau THP, menjadi tinggi kembali PD-nya, merasa dihargai lagi, karena mereka
berhasil di dalam membantu sesamanya. Semoga di dalam skala kecil atau besar,
Anda juga dapat melakukannya sehingga kedukaan Anda membawa hikmah jadinya,
terutama bagi manusia yang lain. Salam dari Toronto. 

                        Kiat Berduka LXII

Honor your funnybone.
Watch a comedy on TV. View a funny movie. Read humorous books or articles.
Savor jokes. When you're able to laugh, you encourage your healing.

Humor memang penting sekali. Itu juga salah satu sebabnya saya senang di
Internet sebab lebih sering tertawanya dibanding sedihnya :-). Di kala kita
sedang sedih atau berduka, menjadi lebih penting lagi bila kita mampu
tertawa kembali. Saya jarang menonton TV tetapi dahulu saya senang menonton
film anak-anak badung, The Little Rascal. Sampai-sampai anakku kuberikan
nama yang mirip tokohnya :-). Sayangnya ia bandelnya berlainan, kurang lucu,
maklum anak era Y2K. Waktu kecil saya suka diajak menonton 'The Three Stooges'
oleh ayah saya. Selalu berdua saja karena ibuku tidak suka. "Idih, tengil,"
katanya sekali menonton. Ketika masih muda, saya senang membaca majalah
humor satiris MAD Magazine terbitan Amrik. Salah satu penulis favoritku di
majalah itu adalah Dave Berg dengan "The Lighter Side"-nya. Ia mampu
menciptakan suasana atau episode lucu dari bermacam-macam hal sehari-hari di
hidup manusia. Kalau hati saya sedang penat, saya juga suka mampir ke toko
buku dan mencari rak buku-buku humor. Pasti banyak dan kalau yang satu tengil
bagi Anda, carilah yang lainnya yang humornya lucu untukmu. Asyiknya membaca
buku humor di toko buku adalah Anda tak perlu membelinya :-). 

"Laughter is the best medicine," bunyi judul suatu kolom di Reader's Digest.
Banyak dokter yang menyetujuinya, demikian pula rumah sakit yang menyediakan
buku-buku maupun ruangan dimana Anda dapat tertawa bebas menonton film-film
lucu maupun tengil dan jail seperti Little Rascal :-). Bila Anda banyak
bergaul atau mempunyai teman segerobak, tentunya Anda tahu siapa-siapa yang
lucu dan dapat menimbulkan senyuman sekali bertemu dan ngobrol-ngobrol
bersama mereka. Dekatilah teman humoris seperti itu bila Anda sedang
membutuhkan suasana jenaka. Mudah-mudahan ia tidak ikut berduka dan tetap
mampu ngebanyol bila ia bertemu dengan Anda.

Hampir setiap tahun saya pulang kampung ke Melayu. Kalau saya katakan bahwa
saya lebih banyak sedihnya pulang kampung dibanding senangnya, semoga Anda
tidak mengatakan saya ngibul. Namun demikian, kesedihan dalam seminggu
terbayar rasanya dalam sekali bertemu dengan teman-teman saya yang lucu-lucu.
Mereka ngerumpi di milis Anda dan kalau Anda mengenal saya ketika masih
mencangkul bersama di Wisma Metropolitan, Anda pasti tahu siapa yang saya
maksudkan. Ketika saya beberapa malam kemping bersama mereka, perut saya
mulas terus karena tertawa tak terhenti. Teman seperti mereka langka sekali
dan kalau sampai mereka tiada lagi di Melayu, hilanglah satu motivasi saya
untuk pulang kampung :-). Jadi, usahakanlah mempunyai sumber humor seperti
yang saya lakukan dari waktu ke waktu dan contohkan di atas. Niscaya
kesedihan Anda lekas terobati dan tidak lama lagi mungkin Anda pun dapat ikut
mentertawakan diri sendiri dan dunia ini :-). Salam dari Toronto. 

                        Kiat Berduka LXIII

Write down your lessons.
Your grief experience will have much to teach you. From time to time reflect
upon what it is you're learning. State it as plainly as you're able. Carry
those lessons with you as you go about your days.

Semalam saya pulang dari suatu pertemuan bersama dua orang sahabat saya dan
nyonyaku. Kami berempat pernah mengalami duka yang sama dan boleh dikata
berakhir dengan "happy end". Anda yang kenal di darat dengan saya atau
keluargaku mungkin mengetahuinya. Pengalaman berdukaku, bukan saja kutulis
tetapi kujadikan hikmah. Ia banyak mengajariku, sampai-sampai aku berminat
untuk membaca seratus buku psikologi.

Banyak di antara Anda pastilah pernah mengalami kedukaan. Bukan saja ditinggal
mati oleh kekasih, juga di-PHK, ditinggal kabur oleh pacar, "digebuki" suami
atau isteri, dirongrong mertua atau anak, dihianati oleh teman, dijegal oleh
sedulur, dijudesi oleh pemuka agama, disikat oleh penguasa, disewenang-wenangi
majikan, deeste deesbe. Di dalam istilahku, Anda menjadi THP, The Hurting
People. Kita semua pernah THP, sebagian masih tetap alias tidak bisa keluar
dari ke-THP-annya sebab kedukaannya tidak atau belum selesai. Sebagian kecil
sudah melewati proses atau tahapan berdukanya, baik yang mirip dengan apa
yang diteorikan oleh Elisabeth Kuebler-Ross, maupun yang tidak bertahapan,
pokoknya langsung amblas. Di dalam salah satu kiat berduka yang kuperoleh
dari Jim Miller, konselor berduka, ada kiat untuk menulis journal, sebagian
menyebutnya diary. Tidak semua orang dapat melakukannya. Tetapi Anda dapat
membagikan pengalaman duka Anda, tentu bila Anda sudah tidak THP lagi.

Kusadari tidak semua orang dapat berbuat demikian. Namun, pada hematku,
disitulah terletak salah satu hikmah, bila kita sedang dihantam oleh dunia
dan kita bertanya "Mengapa daku (ya Tuhan)?", jawabannya adalah supaya kita
dapat belajar. Syukur-syukur kita dapat membagikan pengalaman itu sehingga
menguatkan mereka yang sedang mengalaminya dan masih terpuruk. Syukur-syukur
Anda dapat menulisnya di Internet suatu ketika atau menaruhnya di dalam
hompej Anda. Bukankah kata kakek-nenek kita, "Harimau mati meninggalkan
belang, manusia mati meninggalkan tulisan?" :-) Salam dari Toronto, sekian
saja bagian pengalaman hidupku di dalam 63 tayangan singkat Kiat Berduka.
===========================================================================

    Source: geocities.com/hilwan