"Thanks for taking us here," kata T, isteri dari B, kepada saya di pinggir OSA Lake seusai makan siang di hari Sabtu kemarin. Mereka berdua adalah pasutri yang baru saya kenal kemarinnya pada saat kami berangkat, saya dari Toronto, mereka dari Brampton menuju George Lake, campsite persinggahan kami. "It is soooo beautiful and yet we don't know about this until you, a person from another country showed it to us," katanya lagi. Saya hanya mengangguk, menerima ucapan terima-kasihnya sambil berkata "OSA Lake is indeed a pretty lake, so that they only allocate 4 campsites on it to minimize the crowds." Bersama Awi dan pasangannya, warga milis Anda, P dan J abangnya yang eks secangkulanku, berdelapan kami pergi menuju cagar Killarney hari Kamis lalu, awal akhir pekan di Kanada karena 1 Juli adalah Canada Day, hari kemerdekaan negeri ini. Sudah sejak pertama kalinya ketika di tahun 1998 saya dan nyonya berkesempatan melihat ada dua danau Killarney dan OSA yang seindah demikian, untuk suwer bertekad setiap tahun 'say hi' ke mereka berdua.
Tidak mudah mendapatkan campsite di salah satu dari kedua danau di dalam cagar alam Killarney Park tersebut meskipun kami sudah berusaha booking sejak awal tahun ini, ketika pemesanan mulai dibuka. Untunglah berkat KKN dengan Akang Trisna dan Mbak Ayrin, juga warga milis Anda, saya diberikan jatah cancellation mereka ke George Lake interior. Karena seringnya kesana, saya tahu kalau saja saya bisa mendapatkan campsite paling timur di danau itu, akan asyik sekali untuk 'day trip' ke Killarney dan OSA. Itulah yang terjadi prens sadayana, berkat doa restu Anda, sedemikian sehingga cuacanya pun bukan main sempurnanya. Matahari cerah menghangatkan tetapi tidak sampai membakar, udara sejuk di malam hari, pasukan 'black flies' sudah punah tinggal nyamuk yang tidak seberapa mengesalkannya.
"We take things for granted," kata nyonya T lagi yang memang bawel alias ramah sekhalei :-). Diterangkannya lebih jauh kalimat itu kepada Bang Jeha Anda yang siap mendengarkan, bahwa sering keindahan yang ada di depan mata kita, sehari-hari kita cuekkan, tidak kita pedulikan, tak kita hargai. Sama seperti ketika kita jatuh sakit, barulah kita menyesal bahwa selama kita sehat, tidak pernah kita ikut jeha outfitter camping trip :-). Berkali-kali kemudian T maupun bokinnya B bertekad untuk mengajak anak-anak mereka (yang sudah lumayan dewasa, lebih muda sedikit dari kedua anakku) ke Killarney :-). Hebat juga ya promosi anak Indo. Sedemikian hebatnya sampai nanti saya ceritakan apalagi yang terjadi di canoeing trip kali ini.
Tanpa aral melintang sepanjang perjalanan Toronto-Killarney Park, kecuali aki mobil saya tewas alias kojor dut ketika Cecilia mau men-start-nya seusai kami singgah di Tim Hortons di kota Noble, jam 12 siang kami tiba di cagar alam tersebut. Berkat bacang oke punya bikinannya, memang makan siang kami cukup di dalam mobil dan kalau saja kita tidak berhenti untuk pipis di Timmy tersebut, tentulah jam 11-an juga kami sudah akan sampai. Waktu terbuang mencoba men-start mobil, kemudian di-booster oleh seorang opa bule bae yang mobilnya diparkir di sebelah van kami, kemudian menunggu pasutri B dan T yang posisi mobilnya di Highway 400 tidak jauh dari kami agar kami bisa berjalan beriringan. Seperti sudah saya duga, ketika tiba di kantor dan bertanya apakah mereka punya 'cancellation' Killarney atau OSA Lake untuk beberapa malam berikutnya, jawabannya singkat saja, nehi alias kaga ada. Karena mobil saya tidak bisa di-start maka setelah melakukan registrasi saya langsung ke tempat canoe launch, menurunkan perlengkapan kemping kami. Kemudian berdua bersama B pergi ke kantor Killarney Outfitter yang terletak sekitar 5 km di barat untuk mengambil 3 kunci kanu yang kami sewa.
Karena J tidak membaca email (perubahan) planning trip kami, ia tidak tahu bahwa saya memindahkan perjanjian setting channel FRS dari 11-11 ke 11-00. Alhasil saya tidak berhasil berkomunikasi dengannya sampai ketika ia nongol di canoe launch, padahal katanya sudah sejak jam 11:30 ia sampai. Memang semangat sekali kedua abang ade tersebut, dua-duanya pencinta alam dan si J gila air :-). Kunci kanu selesai diambil, sewa kanu dibayar lunas 'thanks to jeha outfitter', sewa 3 kanu 3 hari sekitar 303 dollar sahaja. Camping fee juga sudah beres, $ 9 per orang per hari nginap bersama senandung gratis 'loon' dengan suaranya yang khas dan merdu. Sekitar jam 1 kami sudah mulai mendayung menuju ujung timur George Lake, tak jauh dari portage ke Freeland Lake. Tidak sampai sejam, dengan angin dari buritan, kami berhasil dan beruntung mendapatkan campsite yang beta damba-dambakan. Ada lahan yang cukup luas untuk dipasangi 4 tenda. Box yang berfungsi dan tentu susunan batu tempat api unggun. Berhubung rakyat semuanya tidak ada yang biasa bangun pagi dan hari itu mereka mesti bangun pagi, setelah semua tenda terpasang, mereka pada siesta. Bang Jeha Anda melakukan eksplorasi mencari pohon tinggi guna menambatkan tali temali agar makanan nanti bisa dikerek ke atas. Tiada pohon tinggi di semenanjung tersebut sehingga saya pasang sistim katrolku di antara dua pohon cemara alias susah sekhalei. Akhirnya tali terpasang dan hanyalah beruang super-jangkung yang bisa meraih makanan yang tergantung nanti.
Menjelang jam 5, ketika rakyat sudah bangun semua, iseng saya menghalo-halokan Akang Trisna lewat FRS channel 11 kami. Walah, langsung dapet jawaban dari si Jojon yang merupakan salah satu pengikut group kemping akang kita. Rupanya mereka sudah ada di ujung Freeland Lake, di portage menuju George Lake. Tak lama kemudian 2 kanu bermuatan 7 orang, plus satu kanu kosong menepi menuju campsite kami. "Kog kanumu itu dikosongin Tris?," tanya saya kepada si akang. Ternyata di hari pertama mereka menuju OSA Lake, mereka menghadapi ombak setinggi semeter katanya sehingga tidak mungkin berkanu memakai kanu kecil itu, airnya langsung masuk karena 'freeboard' yang rendah (batas antar permukaan air dan pinggiran atas kanu). Alhasil dua orang yang rupanya jadi trauma harus mereka tinggalkan dulu di ujung portage, untuk kemudian dijemput memakai kanu yang besar dan lebih cocok untuk mengarungi ombak. Akang Trisna memang oke canoeing-nya selama ini sebab kanunya yang kecil sebetulnya adalah canoe untuk cottage bukan untuk tripping seperti kanu sewaan. Akibatnya tidak stabil, kecil dan tidak bisa dibebani terlalu banyak. Dengan demikian, memakai kanu seperti itu membutuhkan keahlian di dalam mengemudi dan mendayung. Buktinya nyonyaku dan si Benso pernah kelebu memakainya karena kurang jago:-). Apa saja yang lalu diobrolin di perumpian 10 Melayu di pantai George Lake tersebut? Tunggu ya.
Bila Anda selama ini suka sedih menjadi anak Indonesia, boro-boro bisa bangga, untuk 2-3 hari di akhir pekan kemarin, apalagi kalau Anda tidak hanya membaca dongengan ini tetapi ikut kemping bersamaku, dadamu bisa kau busungkan :-). "Kenopo rek?," tanya sebagian dari Anda. Sabar dulu ya Mas. Tadi sudah saya katakan bahwa ketujuh Melayu, eh sori satunya cewek RRC isteri si D ponakan akang Trisna yang baru saja diimpor setelah dinikahinya di Amrik. Keenam Melayu dan kami berempat ngerumpi ngobrol tukar info di campsite kami. Dongeng yang paling menarik adalah dari Ayrini, ketika di portage trail dari Freeland menuju Killarney Lake, ia bertemu dengan seekor 'mama bear' istilahnya, yang sedang menunggu atau mungkin mencari anaknya (yang konon mereka lihat juga). Karena Ayrin sudah bisa bercerita, jelas ia tidak jadi masuk koran Toronto Star, seorang penduduk Scarborough tewas diganyang beruang di Killarney Park :-). Seperti hampir selalu terjadi, beruang itu lebih takut kepada kita sebetulnya dari kita ke doi. Ayrin yang katanya cuma takut sedikit, bisa meniup peluitnya tiga kali singkat, suatu distress signal yang rupanya dimengerti oleh si beruang, sehingga ia lari menghindar. Jadi kalau Anda perempuan Jawi kaya Ayrin, tenang-tenang wae rek bila menghadapi beruang di masa mendatang, sebut saja Anda kenal dengan Ayrin :-).
"OSA is the best," kata si Jojon membuka kalimat pertamanya sambil mengacungkan jempolnya dan ia tak salah sebab di-confirm oleh nyonya T. Kembali ke 'take things for granted', karena seringnya kami sekarang ini melihat Killarney maupun OSA Lake, kenorakan dan kekaguman kami sudah tidak seperti pertama kalinya melihat kedua danau itu. Waktu di bulan September 1998 saya melihat nuansa warna-warni air Killarney Lake, kalau saja saya bukan sedang berada di dalam kanu di atas air, mau rasanya berlutut untuk 'say thank you' kepada Oom Han kita yang sudah menciptakan semuanya. Nah, apa yang mau saya ceritakan kenapa Anda bisa berbangga adalah keheranan keempat prenku bule, ketika melihat di portage trail dari Killarney Lake, kami bertemu lagi dengan serombongan ... Melayus. Ya, di hari pertama mereka melihat kami disambangi Melayus, di hari kedua ketemu lagi. Mungkin dalam hati mereka berkata, ini negeri gue ape elu :-). Cecilia yang bagus memorynya mengenal pemimpin rombongan sebagai si T yang tinggal di Wisma Mega Indah, Mississauga. T memang sudah lama kami kenal tapi sudah bertahunan tidak pernah ketemu sehingga saya lupa tampangnya.
Nah, ketika kami lalu ngobrol sebentar, ternyata mereka sedang kemping, car camping di George Lake campground bersama .... Yungke Pelaut, tokoh milis serviamTO. Opo ora hesbats rek? :-) Sedemikian kurang percayanya saya sehingga ketika kami pulang, kami mampir dulu ke situs nomor 19 di campground tersebut untuk selain sowanan juga salaman, apakah sahaya tidak mimpi. Bener belaka, tak salah lagi si Yungke dan Hian isterinya yang sedang menempati situs nomor 19 tersebut, lengkap dengan segala macam peralatan kemping seperti bug screen alias tenda kasa penangkal serangga untuk para borjuis kemping :-). Yang tak kalah saya kagumi dari rombongan si T Melayu itu adalah kegilaannya di dalam mengarungi 3-4 danau padahal kaga bisa mengemudikan kanu sama sekali sehingga bisa sampai ke OSA Lake, sepertinya tanpa nyasar :-). Memang rupanya kenekadan Melayu bersifat genetik atau sudah dari sononya "nenek moyangku orang pelaut" :-). Saking kasihannya saya melihat jalan kanu mereka yang zigzag ga karu-karuan, saya berikan 'crash course' J dan C-stroke kepada kedua pendayung di buritan kedua kanu tersebut. Semoga mereka kaga kapok azha sebab sedih juga mendengar komentar si T: "OSA Lake kaga ada apa-apanya" :-). Entah apa yang ia cari di OSA Lake, apakah warung nasi pecel atau kedai kopi Timmy.
J peserta kemping adalah kawanku bersepeda juga. Sesekali, kalau kami sedang sama-sama bersepeda ke kantor, pulangnya kami janjian barengan pulang ke rumah lewat trail bersepeda dekat cangkulan kami. Trail itu dimulai dari Wilket Creek di Eglinton dan Don Mills, lewat Edward Gardens sampai ke Leslie dan Steeles. Dari situ kami mencar atau terkadang ia ikut terus mengintil sampai ke rumahku untuk lalu ia pulang sendirian ke rumahnya di kota Markham. Di akhir pekan, sekitar 2-3 tahun sekali, kami janjian untuk bersama isteriku dan teman kami satu lagi D (yang batal ke Killarney kemarin lantaran babenya masuk rumah sakit) belanja barang kemping di MEC. Huruf itu adalah singkatan dari Mountain Equipment Co-op, satu-satunya toko yang membuat saya hepi untuk datang berkunjung, kalau perlu tanpa membeli apapun. Nah, karena J belum punya 'bos' di rumahnya alias belon kawin, tak usah heran kalau ia selalu memborong bila belanja di MEC, sedemikian sampai bagasi sepedanya penuh prens. Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa hampir semua perlengkapan kempingnya, sampai-sampai ke makanan yang ia beli, dari MEC :-). Nah, jadilah sang toko J's store di dalam perkempingan kali ini. Pasutri B dan T semakin kagum kepada MEC ketika melihat logo toko itu terpancang di kantong sampah yang diberikan oleh petugas kantor cagar alam. Seriusan, MEC memang menjual banyak peralatan kemping bermutu dan saya pun berperlengkapan MEC, dari mulai celana kecuali kancut atau CD saya, sampai ke baju dan canoe pack dan entah apa lagi yang sudah kami beli dari MEC.
Di setiap perkempingan selalu kami bisa belajar satu sama lain. Pasutri B dan T akan toko bernama MEC yang kemungkinan bakal mereka beli sahamnya :-), sahaya dan nyonya baru tahu ada telur yang berupa cairan di dalam tetrapack. Ya, scrambled egg di masakan pagi hari Jum'at yang dihidangkan B dan T memakai telur dari sang kartun. Selama ini, setelah mengalami telur beneran yang kami bawa suka pecah, karena dibanting-banting pada saat portaging, kami memakai telur bubuk yang sudah dipak, dari MEC :-). Bagusnya telur cair tersebut, selain kolesterolnya rendah, bungkusannya bisa dibakar habis, sebelum cabut bisa d-freeze dijadikan es sehingga sumber pendingin makanan. Akan halnya Awi dan pasangannya, so pasti mereka banyak berkesempatan belajar memperbaiki aksen Inggris mereka sebab kalau kami ngobrol, di dalam bahasa Inggris anak-anak Kanada :-).
Salah satu keasyikan kemping di musim panas adalah hari yang panjang sehingga kita benar-benar bisa menikmati keberadaan sang mentari. Namun, bila kita senang mengeceng bintang, kurang asyik lach yauw. Sudah malamnya menjadi pendek sekali, langit masih terang pada jam 10 malam, kita juga sudah kehabisan energi menjelang jam 11 jam 12 malam. Ketambahan nyamuk berjibunan banget bila kita kemping di awal musim panas. Tunggulah nanti di bulan September ketika suhu sudah mulai dingin, nyamuk menghilang, malam semakin panjang, untuk bersama jeha outfitter trip Anda berkesempatan ikut kemping Melayus sekali lagi. Tempat tujuannya belum pasti, mungkin ke Pakeshkag Lake di cagar alam Grundy Park, sebab nyonyaku penasaran ikan setengah meternya lepas :-), mungkin ke Collins Inlet di Georgian Bay kalau Melayu yang mau ikut sekompi sebab campsite-nya gratis rek di atas crown land atau tanah gubernemen. Sampai dongengan kemping mendatang, bai bai lam lekom.