Air yang jernih kehijau-hijauan, tak lama kemudian bercampur dengan yang kebiru-biruan, hijau turquoise, hijau lumut, biru pastel, biru 'kool-aid' kata Clarisa, menerpa mata kami ketika mulai mendayung di Killarney Lake. Patut dicatat tanggalnya, 30 Juni 2005, sebagai tanggal bersejarah bagi dua keluarga yang baru pertama kalinya ikutan jeha outfitter canoeing ke Killarney. Ya warga milis serviamTO di Toronto, keluarga Benny dan Andre. Lima bulan berselang, di Sabtu pagi subuh tanggal 29 Januari, Benny dan saya mencoba nasib untuk melakukan booking di cagar alam tersebut, yang seperti saya sering katakan, mustahil mendapatkannya. Dasar si Benso disayang Oom Han, baru kami berdua mencoba sekitar 10-15 menit, lewat email ia lalu mengatakan ia berhasil masuk ke dalam network telepon sistim reservation dan yang lebih ajaib mendapatkan dua situs di Killarney interior.
Tidak ideal sebetulnya kedua situs itu karena yang pertama adalah semalam di Killarney Lake, malam kedua ketiga di OSA Lake dan malam keempat harus balik ke Killarney lagi. Permit situs kedua, keempat malamnya terus di Killarney. Saya katakan ke Benny (dan belasan calon peserta lainnya) untuk jangan kuatir, nanti kita "akalin" pakai cara Melayu :-). Sukar sekali untuk kami berpisah sebab kapling di interior letaknya berjauhan, nyambit batu juga kaga nyampe biarin si Defi Samson yang melakukannya :-). Bagaimana mengatur masak-memasak maupun perlengkapan umum yang harus dipecah dua semuanya. Apalagi kalau yang satu di OSA dan yang lain di Killarney Lake. Bila Anda belum hapal, satu campsite di interior hanya boleh ditiduri 9 orang tidak perduli umurnya berapa.
Kita tinggalkan suksesnya booking tersebut dan kita beralih ke hari Rabu, hari H alias tanggal yang dinanti-nantikan di kalender semua peserta, 29 Juni. Setelah paginya saya membantu bojoku menaikkan kanu ke atas atap boil dan meload seluruh barang kemping kami ke dalam sang van, saya dijemput doi sekitar jam 4:15 sore di cangkulan. Saya yakin akan pertama tiba di tempat rendezvous kami, pelataran parkir Highway 9 dengan Highway 400 yang memang sering saya jadikan tempat bertemu. Karena ada kemungkinan pasutri Awi-Herli yang cabut dari Waterloo datangnya terlambat, saya tetapkan jam 5 di Hw 9-400 dan jam 6-an sore di resto McD Molson Park tak jauh sebelum Barrie. Weladalah baru 5 menit saya nyampe di rendezvous I, jam 5:05, si Awi dengan tersenyum bangga parkir di sebelah mobilku :-). Kaga tahunya, belakangan, Bang Roli yang sudah menjadi pengangguran intelek sebab sudah berhenti dari cangkulannya untuk menunaikan dharma-bakti bagi tanah airnya :-), datang paling telat, di rendezvous II di McD jam 6:15-an. Singkat cerita, setelah menginstruksikan untuk makan di mobil sahaja, lantaran toh bojoku yang semart udah bikin bacang, kami langsung cabut menuju kantor cagar alam Killarney.
Makan bacang disuapin sambil nyetir dilewati saja, demikian juga kencing di dalam botol sambir berboil ria :-). Pokoknya jam 9 lewat lima menit kami sampai di kantor yang sudah tutup. Oleh sang park ranger, kami dipersilahkan nginep wae sasukanya dhewek. Bo'ong, kami punya 3 reservation untuk car camping di malam pertama tersebut. Pasang api unggun sebentaran, abis-abisin kayu yang saya bawa dari rumah. Nyamuk berjibunan disitu dan nyamuknya ya nyamuk hutan alias nyamuk Indo kaga ada apa-apanya dibandingkan mareika. Alhasil, tidak lama ngobrol, juga agar supaya kondisi para atlit, ceile :-) tetap fit, kami memutuskan untuk masuk ke peraduan sahaja, tidur tentunya dan kaga ngaduin apa-apa :-). Seperti saya katakan di atas, 8 peserta yakni keluarga Benso dan Andre baru akan pertama kalinya mendayung di Killarney. Bang Roli dan Bang Herry udah 2 kali sebelumnya, Awi juga dua kali, Herli pernah sekali dan Defi pun sekali.
Hari Kamis pagi, pagi-pagi sahaya sudah bangun, excited selalu meski entah sudah berapa kali ke Killarney. Targetku jam 8 pagi teng ada di depan kantor Killarney untuk mendaftar kemping semalam alias bayar-bayaran, plus ngedaptar 15 orang masuk ke interior, istilah si bulek untuk ke dalam hutan. Untung sahaja saya dan Defi yang kedua pertama nongol sebab proses kami makan 1/2 jam-an. Kata Defi, kemungkinan si noni, Danielle namanya, baru jadi pegawai. Tapi boljug performance-nya, ngerti boil ada yang mesti bayar ekstra, berapa ongkos kemping di pesisir maupun di dalam hutan, serta bisa ngediktein aturan maupun menanyakan warna tenda dan kanu-kanu kami. Kemungkinan si eneng jadi lama kurasa kepalanya poyeng membaca nama-nama yang tidak lazim tiba di benaknya, 'it doesn't compute' :-). Sebetulnya semua itu sudah kusiapkan, doi tinggal ngetik ke dalam kompinya, termasuk nomor pelat mobil kami semua.
Jam 8:30 selesai, kami cabut menuju tempat persewaan kanu untuk ambil 3 kunci kanu. Ya, kanunya sih udah ngejogrok di pesisir George Lake, danau pertama atau awal pendayungan kami. Tetapi kami tetap mesti ke kantor Killarney Outfitter tersebut sebab kami perlu mengambil PFD (personal floatation device) maupun paddle atau dayung. Di trip prep sudah kusiapkan tinggi dan berat setiap peserta (selain untuk nge-balance beban setiap canoe) sehingga si noni disitu, Suzanne namanya (kalu nama cewek kenape ikke apal ye :-)), bisa memberikan dua PFD untuk ukuran anak-anak sesuai dengan berat tubuh mereka. Setelah mendapatkan jatah 6 dayung dan 9 PFD, dikasih ekstra ama si Suzanne yang baik hatinya :-), saya dan Defi cabut. Eh eh eh ampe lupa ketularan. Si Defi Samson ikut saya karena doi, khas Defi, kelupaan lagi. Kali ini mangkok dan sendok buat makan ia bawa, biasanya ia bermodal dari Tim Hortons. Tetapi ia lupa cangkir, sandal dan yang parah ia kaga inget untuk beli bawa bahan makanan yang menjadi tugasnya memasak, oatmeal. Akibatnya ia membeli makanan mewah, freeze dried food yang ada di pouch dan memakannya tinggal disedu air panas. Satu kantongnya buat dimakan berdua, 10 dollar aja. Defi memodali 5 kantong dan tentu ia tidak tega ngecharge kami 50-an dollar.
Di Kamis pagi itu, udaranya cerah. George Lake relatif tenang dan asyik pendayungannya. Sejam kemudian kami sudah tiba di portage pertama, dua jam kemudian di portage terakhir menuju Killarney Lake. Beruang yang tahun lalu nongol di portage trail tersebut, konon, tidak berani unjuk tampang sama sekali karena tahu Suzy tidak suka akan beruang, maksudnya bukan tak suka punya uang :-). Situs pertama yang kami samperi, nomor 20 that is, menurut para voorrijder atau yang kanunya nyampe duluan, cukup untuk 5 tenda dan disitulah kami jadinya membuka lahan memasang tenda kami. Usai memasang tenda kusiapkan tali untuk dipakai mengerek makanan. Dari pengalaman yang lalu-lalu pergi berombongan sekurawa untuk beberapa hari ga mungkin lach yauw dikerek dengan satu sistim tali alias perlu dua kerekan. Anda di milis serviamTO sudah mulai bisa menikmati foto-foto kami termasuk seperti apa tas-tas makanan yang sudah kami kerek ke awang-awang sedemikian sehingga beruang yang kontet kaga mungkin bisa meraihnya. Patut Anda ingat namun, tidak semua beruang bebal seperti kata si Arif SPAS ke beberapa prennya :-). Sekali prens saya bulekers Kanada bertualang ceritanya ke surga canoeist bernama Boundary Water Canoeing Area di Minnesota (yang dipergiin Bang Jeha dalam rangka HUT Pernikahannya ke 26). Ketika mereka sudah mengerek makanan ke atas pohon, ujug-ujug datang beruang semart, mungkin ngerumpinya di uni Amrik sih :-). Sang beruang naik ke atas pohon, mengayunkan tangannya ke tali-temali kerekan makanan prenku. Ambrol amburadul semuanya dan si buleks tunggang-langgang berlarian pulang ke Toruntung, kapok kaga mau kemping ke Amrik lagi :-).
Jam 5 pagi weker tubuhku sudah berbunyi di hari Jum'at tersebut. Tak lama pasutri Awi-Herli yang bertugas masak makanan pagi juga mulai kedengaran keluar dari peraduannya :-). Sebagian food pack sudah kuturunkan, yakni yang berisi tas makananku dengan kopi 3-in-1 Mocacinno yang terakhir kubeli di Carrefour Cempaka Putih. Menu pagi itu adalah pasta melayu alias bihun kuah dengan sosis Cino alias lapciong. Cocok sekhalei dan mereka juga semart karena tahu kurang sehat bila minyaknya tidak ditirisi dihabisi dulu di frying pan. Selesai bersantap semuanya, kami membereskan melipat tenda karena akan pindah ke campsite di OSA Lake.
Angin memang mulai bertiup sepanjang awal pendayungan tetapi tak lama kami memasuki daerah danau yang sempit dan tertutup alias tenang airnya. Portage 100-an meter setelah kami melewati beaver dam, ecel wae. Namun, ketika kutiba dengan kanu yang ku-portage, rakyat mengadu melapor, "anginnya kencang Oom" kata mereka semua yang memang satu generasi bedanya dengan umurku, wong gae tak tau diri :-). Kuberjalan terus menuju pantai yang penuh dengan batuan kerikil dan benar saja, angin menerpa tubuhku yang sudah tidak kerempeng lagi. "Kenapa begini Oom?," ada yang bertanya, "kog tadi kaga berasa angin kencang waktu di Killarney?" Ya, memang OSA khas demikian anginnya sebab kalian lihat sendiri, angin datang dari sebelah utara dan di sisi kiri serta kanan adalah bukit sehingga membentuk 'wind tunnel'. Rakyat manggut menerima nasib dan dengan tawakal menunggu setengah jam, satu jam, sampai akhirnya kami berunding. Kami putuskan pindah ke arah awal portage yang tidak berangin untuk makan siang disitu dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana ketika perut sudah kenyang terisi. Alhasil, karena angin masih terus menderu, kami membawa cem-macem perbekalan dan tidak semua pendayung sudah memiliki SIM full G atau mahir banget mengemudikan kanu di ombak semeteran begitu, ketambahan kami membawa 4 anak-anak, keputusan balik adalah yang paling semart yang kami ambil. Baru di keesokan harinya kami menyadari selain itu keputusan yang bagus, juga nasib kami mujur sekhalei, tidak maksa untuk melawan kekuatan alam pergi terus ke campsite di OSA Lake.
Pendayungan baliknya tidak terlalu sukar sebab di Killarney Lake angin tidak separah di OSA. Lagipula situs kemping yang kami tuju adalah yang pertama-tama yang dicapai karena saya tahu lahannya luas cukup untuk menampung 5 tenda. Di dalam keadaan angin yang cukup kencang kami semua mendirikan tenda lagi dan kali ini berdempetan supaya saling menghangatkan :-). The "three stooges" atau ketiga pelawak sinting serviamTO, Bang Roli Bang Herry dan Defi Samson merencanakan menonton adegan-adegan di tenda, teater I adalah tenda yang terletak di sebelahnya. Penghuninya tebak sendiri azha :-). Mereka bertiga memang kompak banget dan seperti saya pernah syer, ketika saya mengajak prenku secangkulan ke Killarney dan mereka berdangdut-ria, salah seorang prenku langsung meminta menjadi agen mereka setelah mendengar betapa asyik dan merdunya lagu My Bonny didangdutin :-).
Perut Melayu memang kaga cocok diempanin bagel, itu roti bunder kreasi wong Yahudi. Jam 5 sore udah pada mulai keruyukan sehingga rakyat memelas meminta hidangan makan malam, nasi dengan dendeng balado a la nantulang Janti untuk segera disiapkan. Karena sayapun ikut laper, padahal angin masih kencang, maka kami dirikan suatu dapur darurat (yang belakangan jadi permanen karena cukup asyik dan ada pemandangannya juga) dikelilingi kanu dan terpal plastik. Tak lama nasi sepanci mateng perfecto karena terus ditilik apinya oleh pengarang Anda. Balado Janti sudah terkenal seToruntung dan kalau saja tidak dijatahi mungkin akan terjadi perebutan dan pertikaian :-). Malam kedua di interior itu tentu kami lewati lagi dengan perumpian di muka api unggun, merenung bagi yang suka ngelamun, becanda ngebodor bagi yang suka humor. Karena permit kami cuma tinggal semalam untuk menginap di OSA Lake (masih dua malam di permit Killarney Lake), kami putuskan untuk esok pagi melakukan day trip saja kesana. Kalaupun angin kencang, karena kanu akan kami muati seoptimum mungkin, pendayung banyak cadangannya serta tiada perlengkapan yang kami perlu bawa alias risiko diperkecil, kami tetap akan mendayung ke OSA Lake. Kapan lagi.
Hari ketiga di interior hari santai untukku. Meskipun weker alamiah tetap bunyi, kucuekkan sahaja, kesempatan untuk memeluki nyonya di suhu pagi yang dingin tanpa doi ngomel kepanasan seperti kalau kami pulkam ke Betawi :-). Tidak seperti biasanya, jam 7 lewat baru kubangun keluar dari dalam tenda. Hanya Bang Roli dan Bang Herry yang sudah bangun karena tugas mereka memasak hidangan pagi hari 'french toast'. Ceile memang meskipun tidak seasyik french toast yang kunikmati setiap pagi di suatu cafe dekat Happy Valley, Hong Kong, ketika 3 bulan aku dikirim cangkulanku dulu untuk training. Bedanya french toast a la Roli tidak di-toast dulu tapi cuma dicelup ke dalam telur yang sudah dikocok lalu digoreng. Juga ia tidak memakai sirop tetapi telurnya ia masuki gula sebelumnya. Seperti Anda semua tahu, makanan kaya apa juga kalau dibawa kemping mah jadi sedap, begitu juga Medan toast Bang Roli. :-)
Formasi siapa di kanu yang mana sudah kuatur setelah konsultasi ke kenek supirku waktu kami berdua nyetir ke Gros Morne, si tulang Benso :-). Kami hanya akan membawa 3 kanu, yang dua yang 18.5 feet sewaan Killarney Outfitter dan yang satu yang 17 feet dari Jeha Outfitter. Kanu pertama yang kusetir akan memuat 6 orang bersamaku. Defi Samson di haluan, Clarisa dan Meilisa empok ade di kursi ketiga, lalu Andre dan Kezia di depan mereka. Dengan kekuatan dan berat optimum demikian, ombak semeter masih akan kami hadapi. Kanu satunya disetir Bang Herry, Bang Roli di haluan, "Queen Latifah" Suzy di bangku ketiga bersama bojoku dan si Keino di bagian depanan. (Pantes entu third seat ketika sang kanu kupakai belakangan, jadi doyot mo ambrol :-)). Satu kanu lagi disetir Benso dan Awi gantian dimana kedua nyonya Janti dan Herli jadi penumpang wae. Dengan kekuatan pendayung seperti di atas, ombak yang baru satu dua feet akan mampu dihadapi. Untunglah ketika akhirnya kami sampai di tepi OSA Lake yang jelita, ombaknya tidak seberapa, ecel banget.
Ngedayung ceritanya kami untuk lalu parkir di salah satu pulau pertama yang ada campsitenya. Soalnya pulau satu lagi yang lebih indah pemandangannya dibezet bule tak tahu aturan :-) (maling teriak maling rek :-)). Ya, ketika kami kemarinnya sudah siap mau cabut balik dari portage trail ke OSA, nongol 2 cewek dan satu cowok bule dari jurusan Killarney. Kata si cowok, mereka cuma punya permit di Killarney tapi mau coba ke OSA, masa sih kaga dapet. Saya katakan bahwa cuma ada 3 site disitu dan karena kami punya permit tapi urung, kemungkinan mereka bisa nginep. Bener azha, ketika kami mulai mendekati sang pulau, entu 3 bule ga tau diri bercokol disitu.
Tak lama mendarat, bojoku bersama anak-anak berenang ke seberang ke suatu pulau kecil mungil. Tak lama saya menyusulnya untuk sebentaran berenang dengan gaya 'au naturel' mumpung kaga ada anak-anak yang nongton :-). Soalnya berenang bugilan paling aman adalah di Killarney dimana tidak akan ada binatang yang bisa menggigit "benda pusaka" kita cowokers. Puas berenang, saya jemuran lagi di pantai bersama Bang Roli dan Bang Herry yang sedang mencari-cari obyek lukisan. Ketika sedang ketawa-ketiwi begitu, mendadak ujug-ujug nongol satu kanu dari arah Killarney, berisi cowok di buritan dan cewek di haluan berpakaian seragam 'park warden' alias yang punya danau. Karena sudah puluhan tahun di negeri ini, jantung saya sudah biasa dalam menghadapi pulisi atau satpam atau park rangers seperti itu, tidak lagi kaya mau copot ketika dulu suka disetop pulisi Melayu. Saya tahu mereka maunya apaan, jadi saya pergi ke dekat backpack saya, ambil kantong plastik khusus berisi peta dan cem-macem dokumen lainnya dimana salah satunya adalah camping permit Killarney Lake kami. Si cewek yang dengan ramah dan manis menegur kami :-). "Can we see your permit?" "Sure, here is mine." "How many of you?" "Seven in my party, 8 in my friend's permit for a total of 15. Most of them are over there," kataku menunjuk ke seberang. Sedikit kurang oke, permit satunya lagi ditinggal di Benso di dompetnya dan doi dah bilang, "I left it in my wallet at Killarney" padahal permitnya permit OSA Lake. Soalnya ketika ditanya saya bilang, iya, yang 8 orang kempingnya di pulau ini, saya dan yang lainnya lagi 'day trip'. Dasar bule lain dari Melayu, si noni cuma lalu manggut, kaga ngotot untuk kami ambil sang permit maupun minta bukti lainnya. Ia hanya bertanya di situs nomor berapa kami di Killarney dan kujawab nomor 23 dan dia manggut lagi sebab sudah dilihatnya ada tenda kami disitu. Doi kaga liat azha ada 5 tenda sebab kemungkinan ia tidak melihat tenda Awi-Herli yang dempetan dengan dengan tenda Roli Herry Defi. Pulisi Melayu yang semart tentu akan bertanya ke si Benny, elu kemping di OSA kog dompet elu ketinggalan di Killarney, kepriye :-). Selamatlah pokoknya kami dari razzia yang seumur hidup baru 2 kali kualami dan kedua-duanya terjadinya di OSA Lake.
Seperti saya syer di tayangan terdahulu, angin kencang di hari Jum'at tanggal 1 Juli ketika kami mau ke OSA Lake sudah membawa hikmah. Kalau saja kami jadi kemping 15 Melayu di satu pulau padahal permitnya cuma siji wae, kenalah kami dirazzia dan bisa-bisa Bang Jeha pulang pake kolor doang :-) kaga mampu bayar dendaannya. Tidak salah lagi, tanggal itu adalah tanggal mujur sebab merupakan HUT-nya Bang Herry, yang sebentar lagi boleh dipanggil 'Bro' oleh Defi yang udah mo kawin :-). Bang Herry selain pinter ngebodor, juga mempunyai simpanan banyak filsafat hidup. Satu contoh diperagakannya ketika saya dan Cecilia lagi di "ruangan dapur" kami, lesehan dengan beberapa warga. Ia menunjukkan ke saya suatu daun kering dan ditanyanya, "Ini apaan Bang?" "Daun," kataku. "Apaan Pok?," katanya ke isteriku. "Daun oak," kata Cecilia. Lalu ia menanyai prennya yang sudah pada kongkalikong dan semuanya menjawab "jamur". Kata Bang Herry lagi amat bijak :-), "Ini jamur Bang, disini Kanada dimana suara terbanyak menentukan kebenaran" :-). Terpaksalah saya yang memang dungu bin bebal manggut :-).
Makan siang yang cuma fajita abon plus banyak ngedayung dan berenang di hari itu membuat hidangan nasi uduk bojoku ditunggu-tunggu seluruh rakyat. Karena ia cabut lebih awal, ketika kami tiba nasi sudah mateng, demikian juga "paraphernalia"nya seperti telor dadar, dendeng manis dan teri asinnya. Di dalam waktu sekejap nasi sepanci sudah ludas tandas. Fast forward acara api unggun (yang setiap malam) dan tidur. Dipercepat makan pagi giliranku memasak, indomie plus pepperoni, disambung dengan hiking trip ke suatu perbukitan tak terlalu jauh dari campsite. Tibalah kita di acara makan malam terakhir, pasta berbumbu tomat dan keju bermuatan pepperoni juga. Pasta punya penggemar tersendiri terutama bagi anak-anak. Itupun ludas tandas sepanci. Karena kami makan malamnya terlalu awal, jam 5 sore kira-kira, menjelang malam sudah ada yang kelaparan lagi kayanya. Melihat tumpukan bara di atas api unggun, menengok ada 'grill' atau panggangan kepunyaan campsite, mengenang roti bakar Eddy di sebelah gedung PU di Kebayoran Baru, saya jadi punya ide. Kuambil semua roti yang masih tersisa, ex French toast, bagel, fajita, dan kubawa ke panggangan itu untuk mulai berjualan roti bakar. Weladalah rek lakunya, dalam sekejap semua jenis roti bakar Edu(ard) itu juga ludas tandas. Begitulah rakusnya manusia kalau lagi kemping :-).
Bosen digigitin nyamuk terus, yang memang di malam terakhir itu kaga sopan banget, saya mengusulkan kami naik kanu ke tengah danau dan mengeceng bintang dari atas kanu di permukaan air. Cukup jumlah sintingers untuk memadati dua kanu 18.5 feet kami. Alhasil kami sempat melihat cem-macem benda langit di planetarium alamiah itu, dari mulai rasi Cassiopeia ke Ursa Major dan Ursa Minor, dari mulai Cygnus ke Lyra ke Scorpius, Bootes dan Hercules, dari melihat bintang ke meteor ke satelit ke planit Jupiter. Pokoknya rakyat puas dah sudah bisa mengalami kesempatan seumur hidup sekali, berkanu bergandengan merasakan betapa kecilnya kita khalik di dunia ketika melihat bintang gemintang di galaksi Bima Sakti.
Tiada kejadian yang aneh-aneh lagi di malam terakhir itu, entah apa yang terjadi di setiap tenda, itu mah rahasia alam dong :-). Yang penting, semua warga segar bugar ketika bangun keesokan harinya dan untuk yang belum pernah, makan pagi 'freeze dried food', meal ready to eat kata serdadu Amrik yang begitulah jatahnya sehari-hari di medan perang. Kurang enak rek, sebab selain mahal, selera bumbu Thai-nya berlainan dengan lidah kita. Masih lebih enak kalau menunya masakan bulek seperti suka saya beli sesekali kalau kami tidak mau membawa makanan terlalu berat karena perginya cuma berdua sahaja. Selesai makan pagi dan membongkar tenda, pendayungan terakhir di hari Senin tersebut berjalan lancar. Kanu terdepan pada umumnya Bang Roli dan Herry yang mungkin merem juga nyampe mereka ke Killarney p.p. Wong pelukis, tentu semuanya sudah mereka hapal di benaknya dan lukisan Roli eks Killarney menurut saya sih tidak kalah dari Basuki Abdullah, lukisan Herry menyamai Affandi :-). Trip pertama di tahun ini, 5 hari 4 malam memang cukup melelahkan karena kami belum terbiasa. Jelas terlihat di pendayungan dari George Lake ke parkiran mobil. Kezia dan Clarisa sudah tidak mau lagi mendayung, sampai saya mengeluarkan upah berupa Skeetle (merek permen). Teringat jadinya akan trip terakhir kami ke Killarney West, ketika Monica dan Roswita yang sudah loyo di pendayungan etappe terakhir mendengar perkataan ajaib "pulang" dan dengan semangat mendayung kanu lagi sehingga si Bryan tinggal menyetir doang. Begitulah asyiknya kemping, semua-semua yang kita rasakan sebagai rutin sehari-harinya, menjadi bernilai kembali, terutama yang namanya rumah :-). Sampai dongengan ke Collins Inlet sebulan lagi, lam lekom bai bai.