Nelie Lake Second Trip

"Words are not enough to describe the amazing experiences of our last week-end camping canoeing" adalah suatu kalimat pembukaan yang agak hiperbolis yah prens. Tapi itulah yang sungguh terjadi terutama bagi satu keluarga rookies yang pertama kalinya ikut Jeha Outfitter canoe camping ke interior, ke hutan di cagar alam Kanada. Bapak dengan tiga anak remajanya itu pasti setuju dengan kalimat tersebut. Betapa tidak? Bukan saja pengalaman mereka luar biasa, konon mulai hari ini mereka ingin agar bapaknya membuat box, kotak WC seperti di interior, juga mereka ingin agar di rumahnya ada sistim katrol dimana setiap sore menjelang malam, makanan dinaikkan ke atas dan setiap pagi diturunkan :-). Tentu saja sahaya bercanda tetapi kuyakin mulai hari ini mereka semakin cinta kepada bapak dan ibunya yang sudah bersusah-payah pindah ke Kanada, punya rumah dengan WC yang bagus dan lemari es untuk menyimpan makanan. Kupasti, dengan pengalaman "cari perkara" kemping masuk hutan selama 5 hari, mereka semakin berapresiasi kepada apa yang mereka boleh miliki. Air yang tinggal buka ledeng mengalir, kasur empuk dengan sepereinya yang tinggal ditiduri, makanan yang tinggal diambil dari lemari es. Kontraskan dengan air minum yang mereka harus pompa dulu puluhan ratusan kali pakai filter dari air danau, kasur berupa alas therm-a-rest pad yang setiap hari perlu mereka buka dan gulung serta sleeping bag guna menghindari dingin, disamping makanan yang perlu dimasak terlebih dahulu.

Ya, adalah kepercayaan kami para sintingers, sekelompok manusia sehobi yang gila kemping di Kanada ini, bahwa adanya rookies yang ikut kemping sering membawa mujur. Itu sudah terjadi sebab bukan saja cuaca yang kami alami luar biasa, setiap malam kami bisa melihat bintang-gemintang dan planit-planitnya, juga panas dan dinginnya tidak ekstrim, relatif tiada lagi nyamuk dan blackflies yang ditakuti kempingers. Sampai pun ke perjalanan pulangnya, tiada yang namanya kemacetan di sepanjang jalan. Padahal, long week-end Labour Day dikenal sebagai bisa parah lalulintasnya karena itulah week-end terakhir sebelum anak-anak masuk sekolah di Amerika Utara ini.

Bila Anda pernah ikut camping trip Jeha Outfitter, satu-satunya commercial outfitter yang dikelola (ex) WNI di dunia ini, ceile :-), Anda pastilah sudah pernah mendengar cerita sakit hatinya isteriku. Yakni ketika ia jatuh di trip Nellie Lake kami yang pertama di musim panas tahun 2000. Saya tidak melihatnya persis ketika ia jatuh alias ia melaporkannya kepada saya beberapa menit kemudian. Karena melihat ia tak kurang suatu apa, sebagai layaknya anak Betawi yang jujur dan terus-terang :-), saya bilang: "mate lu kemane?" Sialnya nasibku sebab ia menjadi selalu teringat akan kalimat sakti itu, lantaran beberapa menit kemudian, seorang pren kami cewek Melayu Indo yang cowoknya bule, jatuh juga di daerah yang sama. Si bule yang saat itu lagi naksir banget ke si cewek, langsung tergopoh-gopoh mengangkat dan membantunya sambil berseru, "Are you OK dear, are you alright honey?" Semuanya itu terjadi di depan kami berdua. Bayangkan dampaknya prens sadayana!

Cerita itu tersimpan di dalam hati dan kalbu isteriku sedemikian sehingga ia tak pernah lupa menceritakannya kepada siapa saja yang pertama kali ikut kemping bersama kami, terkadang sampai 2-3 kali berikutnya :-). Tuhan sungguh Mahaadil dan Mahabesar! Kemarin di trip kami pulang, isteriku jatuh lagi di depan mata kepalaku, pada saat saya sedang menggotong kanu. Kali ini tidak mau kalah sigap dengan si bule di atas, langsung kumenjerit: "Are you OK dear, are you alright honey?" Mulutku kurapatkan erat-erat setelah itu untuk tidak tidak tergoda (atau pernah lagi) bilang "mate lu kemane" :-) sebagai kalimat berikutnya. Semoga dosa beratku dari masa 7 tahun lalu sudah diampuni Empok Cecile alias sekarang kalau bercerita di depan api unggun kepada para rookies, kejadian terkini di atas lah yang ia akan syer :-). Thank you God for your many blessings.

Anda yang pernah membaca tulisan saya yang pertama ke Nellie Lake mungkin masih ingat kenapa danau ini digandrungi kami semua, 11 orang sinting dari Indonesia bersama 7 anak remaja mereka, calon sintingers juga. Ya, Nellie Lake adalah danau terjernih secagar alam Ontario dan bermodal pernah melihat danau-danau di banyak propinsi lainnya di Kanada, kuduga salah satu terjernih senegeri. Hanya, yang membuatnya tidak terlalu populer bagi penduduk Toronto, apalagi wong Melayu yang kalau tour mah demennya syoping doang :-), jauhnya itu dan susahnya kesana. Perjalanan naik mobilnya saja sudah 450 km, sebagian melewati highway dengan kecepatan maksimum hanya 70 atau 80 km/jam, artinya engga bisa ngebut blas. Itu masih belum apa-apa. Pendayungan menuju Nellie Lake lumayan beratnya karena berkilometeran melewati creek atau aliran sungai yang belak-belok ga karu-karuan, sering 180 derajat karena jalurnya ditumbuhi "eceng gondoknya" Kanada alias water lily. Tetap belum apa-apa lantaran satu portage trailnya sepanjang 1470 meter, mempunyai kecuraman gila banget. Mendongak ke atas bak melihat langit atau 70-an derajat :-). Mendaki trail seperti itu sambil menggotong kanu 50-60-an lbs sih masih oke untukku. Yang aujubilah alias beta mesti menyebut dulu, Tuhan kasihanilah hambamu, adalah ketika menggotong kanu yang sama, kita lalu harus menuruninya. (Hanya kalau Anda pernah portaging canoe akan mengerti sukarnya.) Untunglah saya tidak sampai jatuh hingga isteriku perlu menjerit "are you OK honey" :-).

"Oom pernah kemping dengan remaja sebanyak ini engga?," tanya Janti, salah satu peserta trip kami, ibu dari 2 anak remaja. Belum pernah, jawab saya muanteb. Dengan medan seperti demikian, saya memang extra sinting karena berani mengajak satu keluarga rookie dengan 3 cowok remajanya plus 2 teenagers lainnya lagi. Bayangin perilaku ABG jaman sekarang prens. Kalau sampai mereka ada apa-apa di interior, yang jauhnya berjam-jam pendayungan dari peradaban, amblaslah artinya anak tersebut. Kembali Tuhan Mahamurah sebab saya atau si kedua bapak tidak diberiNya percobaan berat. Semua anak-anak remaja yang kami bawa, 7 orang, selain kompak satu sama lain, juga berperilaku oke punya. Mereka rajin membantu baik di pendayungan maupun di portage trail. Lebih rajin lagi mereka membantu menghabiskan bahan makanan kami yang puluhan kilo beratnya, sehingga 2 sistim katrol yang kupakai masih tetap keberatan dengan beban ransum 18 orang untuk 4 hari 4 malam.

Medannya saya tahu berat karena ku pernah sekali kesana pada saat masih muda belia :-). Oleh karena itu, bapaknya si rookie teenagers saya interview beberapa kali, akan seberapa fitnya anaknya. Jawaban si bokap saya percaya sebab saya lihat ia juga seorang ayah yang fit, perutnya masih kempes :-). Lagipula ia sudah saya uji bersepeda lewat trail yang cukupan beratnya, dari Mississauga ke Streetsville, sepanjang 20 km-an. Performance-nya meyakinkan saya bahwa ia maupun anak-anaknya tidak akan menjadikan beban. Sebab saya katakan kepadanya, satu orang lemah atau berperkara di dalam interior trip, dampaknya bisa ke semua warga sebab beban selalu kita panggul bersama. Kalau yang namanya gotong-royong di dalam masyarakat Indo sudah menjadi slogan doang, kecuali kerjasama nyolongin duit rakyat, maka di dalam interior camping canoeing trip, itulah motto utama kami.

Tidak pernah saya membawa rookies, orang yang pertama ikut canoeing trip ke cagar alam Kanada sepanjang 39.7 km pp :-). Itulah data di GPS saya ketika tiba kembali di apa yang namanya put-in atau tempat launching canoe di awal trip. Panjang portagingnya jelas diketahui, 210 m dan 1470 m. Karena membawa banyak anak muda, saya cuma sekali menjalani trail itu, gotong kanu alias dari data di GPSku, artinya jalan kakinya cuma 4 km-an. Biasanya saya bolak-balik bawa equipment pack dan daypack-ku. Paddlingnya menjadi 35 km-an. Untuk rookies, that kind of performance is not bad at all. We are all proud of you 5 new young sintingers and their bapaks gendheng :-).

Perencanaan trip kami ke Nellie Lake ini bukan saja berlangsung mulai awal tahun ini ketika kami mencoba nasib, apakah mujur bisa nge-book campsite di Nellie Lake di akhir pekan Labour Day. Maklum cuma ada 3 campsite di danau sepanjang beberapa km itu. Tetapi juga lewat 18 versi perubahan trip plan kami, dari mulai urusan siapa memasak apa dan bilamana, berapa berat setiap peserta untuk mengatur beban canoe, sampai ke rendezvous place dan checkpoint stop untuk isi bensin. Baru pertama kali ini saya kemping dimana ada 6 canoe @ 3 orang dengan total 7 tenda per campsite. Akibatnya ya poyeng rek, apalagi di hari-hari terakhir beberapa peserta melaporkan ternyata timbangan mereka sudah naik 5 10 kg saking makmurnya hidup anak-anak Indo di Toronto ini :-). Karena tidak tahu persis beban yang mampu ditampung canoe sewaan merk Souris River yang 16 feet (saya sering sewa yang 18.5'), maka saya ubah lagi dua canoe assignment, siapa duduk di canoe yang mana. Alhasil ketika loading ke 6 canoe sudah selesai dan melihat hasilnya, semua serba balance dan freeboard canoe kami tinggi sesuai dengan teori, hatiku puas dan lega. Sampai kulupa untuk menyalakan GPSku padahal itu satu-satunya modal kompasku (saya lupa membawa kompas manual kuno :-)). Akibatnya reading north-nya ngaco sehingga saya salah instruksi untuk menyuruh canoe-canoe awal ke arah west yang kukira east. Barulah setelah paddling beberapa ratus meter dan GPS-ku mulai menunjuk arah yang benar, yakni kita menuju west, saya sadar bahwa salah arah. Namun apa daya, isteriku udah gedheg banget ke GPS itu sebab saya ogah beli yang baru. Ketika kukatakan, rasanya kita menuju west atau salah nih, ia suruh saya buang azha itu GPS yang katanya sudah engga reliable. Jadilah kami berkelahi dulu dengan akibat baru 15 menit kemudian, peserta di canoe yang pertama melihat ada jembatan lalulintas di depan mereka :-). Sekarang kami berdua, si jeha dan bininya yang hobi bengkelai, baru percaya sudah salah arah sebab mana ada jembatan mobil di atas pendayungan ke Charleton Lake, danau besar pertama yang akan kami arungi.

Namun, itu juga salah satu test awalku terhadap keluarga rookies yang sudah kukemukakan oke punya. Kalau mereka complain padahal baru nyasar 2 x 15 menit alias paddling extra setengah jam, aku sudah siap untuk mempersilahkan mereka pulang balik azha ke Toronto, ihik ihik :-). Disitulah aku mereset semua data GPS-ku ketika kami kembali mendayung menuju loading dock dan aku me-set marking point I untuk dipakai sebagai koordinat tujuan balik nanti. Paddling awal menuju suatu crown island atau pulau milik negara kami lakukan di atas danau yang relatif tenang airnya. Di semua canoe, stern paddler atau pengemudi sudah pernah ikut Jeha Outfitter trip sebelumnya sehingga mampu menyetir kanu. Beberapa bow paddler, pendayung di depan, langsung mendapat kursus kilat on-the-spot dari si bosku yang memperhatikan menyimak teknik mendayung mereka. Sesuai rencana, setelah mendayung sekitar 1 jam-an, kami tiba di pulau bernama Horseshoe Island lantaran bentuknya kaya tapal kuda. Hati lega tiga kali, pertama pulau itu tidak dihuni campers lainnya, kedua, lahannya cukup untuk menampung 7 tenda, ketiga, ada pohon besar sehingga kami bisa mengerek makanan ke atas. Perlu Anda ketahui bahwa beruang bisa berenang sehingga sesekali ada berita koran, penghuni pulau, campers yang ignoramus dan menggeletakkan makanan mereka begitu saja, tewas digebuk dicakar beruang.

Hari masih siang atau belum waktunya untuk mempersiapkan makanan ketika kami tiba di pulau. Jadi ada waktu tersisa untuk bermain kartu, mainan favorit para sintingers bernama truf. Bila Anda belum tahu, mainan ini pada dasarnya mirip dengan contract bridge, yakni dimulai dengan bidding, tapi dewek-dewek. Artinya kita bid sendirian, mau mendapatkan berapa trick, 0 s/d 13 tergantung bagusnya kartu kita. Yang membuat card game ini cocok untuk orang sinting adalah jumlah bid dari 4 pemain, tidak boleh 13, artinya atau harus di bawah itu atau di atasnya. Dengan perkataan lain, so pasti akan ada pemain yang sial, engga masuk biddingnya, atau kelebihan atau kekurangan. Sebetulnya sinting-sinting juga dibutuhkan kepiawaian bila Anda mau menang di dalam game itu, strategi dan kemampuan menghitung kartu sisa seperti main bridge. Sedemikian menariknya game ini sehingga di hari-hari terakhir, para remaja yang ikut trip pun sudah kecanduan bermain truf, dasar calon sintingers :-).

Kalau Anda pernah kemping dan masak nasi di interior, tidak usah lah untuk 18 orang kelaparan, di tengah-tengah angin yang menderu puluhan km, untuk beberapa anak Indo yang tahu nasi mateng seperti apa, baru Anda akan maklum mengapa dua koki utama, Janti dan isteriku memutuskan memakai minute rice azha dah. Kukira itu suatu keputusan atau perencanaan yang brilyan. Nasi kami mateng terus, ya instant rice Uncle Ben yang tinggal disedu. Rasanya juga not-too-bad dibandingkan makan nasi yang masih ada biji atau berasnya. Hanya menu makan malam pertama di awal trip ini sudah membuat Bang Herry jadi alergi dengan telor :-). Kenapa? Karena sambal goreng udang telor yang dihidangkan, tadinya di-freeze dengan akibat telornya Bang Herry jadi masih dingin ketika ia mau santap :-). Benny yang tinggi standard security-nya, menganjurkan masakan itu di-freeze karena dimasak 3 hari sebelumnya, lantaran kita tidak bisa afford 18 orang mencret berats di pendayungan hari pertama. Akibatnya memang masakannya tidak seenak standardnya Janti sehingga ia terus ngegerundel sampai kita teman-temannya Benny, mendukung keputusan tepat itu. Interior camping memang menguji kekompakan suami-isteri, apalagi kalau sampai ente salah bilang "mate lu kemane", ketimbang "are you OK honey" :-) :-).

Seminggu sebelum berangkat, para peserta yang semuanya punya Internet access, sudah memantau ramalan cuaca atau seberapa dinginnya daerah barat cagar alam Killarney itu. Ramalan awal adalah sekitar 10C di malam pertama, semakin lama semakin menghangat. Suhu segitu, tanpa angin yang berarti, tanpa hujan di dalam ramalan seakhir pekan, cukup oke, not bad. Tetapi saya tetap menganjurkan rakyat untuk bersedia tahan dingin, antaranya membawa pakaian hangat yang cukup disamping sleeping bag untuk yang tidak bawa isteri :-). Ya, ada 2 cowok single yang sangat available dan calon suami yang kuanggap oke bila Anda cewek single yang bisa diajak kempingan. Yang satu kuatnya lebih daripada Samson sebab dulu katanya ia mbecak di kampungnya di Kediri :-). Yang satu lagi kemampuan motretnya di atas rata-rata mat kodak yang kukenal. Cocok sekali bila Anda cewek yang mampu menyelam. Kenapa? Ini nanti ceritanya.

Eniwe, setelah selesai menyantap telor dingin :-), mengerek makanan ke atas pohon, mengambil beberapa camilan termasuk kopi 3-in-1 ex Indofood, kami ngobrol di sekeliling api unggun. Malam pertama itu, selain campsite masih gratisan karena di crown island, juga kayu bakar di interior bersifat 'help yourself cut it', dpl gratisan. Kalau Anda tidak mau rugi bayar $ 10 per malam kemping di interior, gergajilah satu pohon mati, so pasti kepulangan modalmu :-). Kayu bakar yang dijual di campground car camping, tidak bisa menang mutunya dengan kayu pinus kering yang umumnya kami peroleh dari hutan. Kalau kayu itu sudah terbakar dan menyala, wanginya harum semerbak, perfume isterimu ex toko kalah banget, kecuali ente pengantin baru :-). Ya, kita yang sudah menikah tentu tahu, biarin si isteri mulutnya bau jigong ketika bangun tidur, ia selalu harum wangi bila usia pernikahanmu baru semingguan. Jangan entar kalu udah 32 tahun kawin, "duh bau lu, gosok gigi gih" :-).

Excited akan melihat lagi Nellie Lake atau paddling di danau dan sungai yang saya tahu berkelak-kelok, asyik kalau belum lelah, jam 4 pagi saya sudah bangun. Tidak mau mengganggu rakyat termasuk orang yang tidur di sebelahku, saya diam-diam saja ngelamunin trip-tripku ke interior yang cukup untuk bahan lamunan berjam-jam. Menjelang jam 6 saya keluar, menikmati mulai terangnya langit di ufuk timur dengan planit Venusnya yang indah sekali. Makanan kuturunkan satu katrolan, yang berisi food-pack saya dengan kopi dan bran hidangan awalku di pagi hari. Pagi itu giliran saya dan nyonya menghidangkan bubur ayamnya yang sudah terkenal sedunia. Tidak percaya google-in azha. Ya, suatu ketika seorang anak Indo di luar batang kirim email ke saya dan minta resep bubur ayam kami yang ia ketemukan ceritanya di Internet. Singkat cerita, menu masakan pagi di hari kedua trip kami ini adalah Bubur Ayam Cecilia, kumplit pake cakwee, bawang goreng, daun bawang dan tongcainya. Bubur sepanci penuh hampir habis digasak dan kami pun bersiap-siap untuk mendayung lagi, masuk ke Kill Me Park :-). Kog, bukannya Killarney?

Trip Plan Routing


...
August 31, Friday
After breaking camp, we will paddle toward our first interior campsite on Murray Lake. This is a very serene and scenic route especially along the Howry Creek. We will pick campsite, if available, closest to the portage to Nellie Lake, which is site number 156 on the map. There is one short portage, P210, from Howry Creek to Murray Lake.
...

Satu paragraf di atas adalah bagian dari Nellie Lake Trip Plan Jeha Outfitter dimana tanggal 31 Agustusnya, rencana paddling portaging kami di hari itu. Tepat 27 tahun lalu di hari yang sama, saya mendarat di lapangan terbang Pearson International Airport Toronto, setelah "portaging" dari Jakarta :-). Kalau hati was-was ketika itu meskipun ada senangnya akhirnya berhasil selamat sampai ke tujuan, hari itu hatiku gembira bisa paddling bersama isteri dan man-temin sehati. Meski hari cerah, matahari sering tertutup awan sehingga tubuh kami tidak terbakar. Hampir tiada ombak di danau yang cukup luas itu. Isteriku sibuk mengawasi para bow paddler yang umumnya anak-anak rookies, mendekati kanu mereka dan memperlihatkan contoh, bagaimana teknik yang benar untuk paddling supaya tidak lekas lelah.

Kujadi teringat paddlingku yang pertama, 8 jam nonstop bersama tiga sintinger bule Ottawa, plus satu anak Cyprus yang lagi sekolah di Carleton U., ambil S2 Chemical Engineering. Kami hanya berenam ketika itu, 3 canoe, alias semua mesti mendayung kalau canoe mau maju. Jadi trip untuk rookies anak-anak Indo ini masih belum seberapa dibandingkan bagaimana si bulek mengajar kami :-). Namun, kami memang mendapat guru yang bagus karena berkesempatan atau mereka sengaja bergantian kanu dengan kami supaya mendapat pelajaran dari guru yang berbeda. Misalnya dari Silvana saya belajar paddle recovery, bagaimana posisi kembalinya dayung setelah kita kayuh ke belakang. Teresa mengajarkan saya untuk menghitung jumlah kayuhan lebih banyak di kiri, 80 kali sebelum ganti dengan tangan kanan 60 kali sebab tangan kiri saya lebih sowak. Sedemikian sehingga sekarang kiri kanan saya bisa sama lama ngedayungnya. Craig bukan hanya mengajarkan saya segala teknik mendayung bernama pry, draw, swipe, J-stroke, C-stroke, tetapi juga ilmu kehidupan yang bila Anda ikut JHO trip, akan kuajari juga, misalnya berenang au naturel, ihik ihik :-).

Fast forward dikit, di danau terjernih secagar alam Ontario bernama Nellie Lake, dosa banget dah kalau kita berenangnya pakai pakaian renang. En toh dasar Melayu sok sopan :-), tidak ada satu pun yang mau ikutan ikke berenang bugil. Si bokap rookies yang kupikir udah mulai ikutan sinting, urung alias engga jadi meskipun sudah saya contohkan. Yang lebih mengenaskan, isteriku tergopoh-gopoh mencari handuk untuk suaminya :-). "Engga berani Oom," kata si Angku Hartoni ketika kutanya, kog engga jadi. Ini gunanya pindah ke Kanada mek, supaya bisa berenang bugil dan engga ditangkep polisi, kataku lagi :-). Seriusan, Anda yang pernah membaca dongengan serial Pengalaman Anak Betawiku, tahu bahwa saya belajar berenang a.l. di Kali Ciliwung dan tentu kalau pakai baju, cari perkara ketika pulang berjumpa si enyak di rumah nantinya. Juga berenang au naturel membawa dampak atau perasaan lain, menyatunya kita dengan alam. Anda yang tak pernah atau mau melakukannya tentu tidak akan mengerti sampai ajalmu tiba :-).

Sampai dimana tadi? Oya, pendayungan awal di hari kedua trip kami, menuju campsite di dalam cagar alam Killarney alias bayar mek :-). Seperti saya tulis di atas, pemandangannya ketika sudah mendayung sepanjang Howry Creek lumayan asri dan indahnya. Sayangnya saya tidak sempat mengambil banyak foto. Kanu melenceng sedikit sahaja, si bos di depan sudah akan berkowar judes, "Eh eh eh, kemana nih". Jadi kalau saya mau istirahat atau periksa peta atau minum, saya perlu lapor dulu ke beliau :-). Lain halnya dengan dia, anak Nyonyah Jawa yang memang kuat, paddlingnya tak pernah berhenti semenitpun. Sudah begitu, ia lebih sering mendayung sambil berlutut, suatu teknik paddling yang oke punya dan dilakukan oleh anak-anak Indian di Amerika Utara ini. Saya mah paddling berlutut 15 menit aja, dengkulku udah pada menjerit minta cuti :-), tapi Cecile bisa berjam-jam begitu. Engga salah dah pilihanku menjadikannya isteri beta.

Karena lamanya paddling di creek yang berkelak-kelok, tanpa pemandangan seperti hilir mudiknya cewek-cewek bahenol, ya lama-lama bosen juga mek. Mana perut mulai lapar dan si bos lupa membawa supply 'energy bar' camilan kami, ketinggalan di rumah. Sudah kukatakan, urusan makanan tugasmu yah, dasar nasibku :-). Menjelang jam 12 siang kami sudah masuk daerah cagar alam. Masyalah, papan nama cagar itu sudah diubah dari Killarney Park, menjadi Kill Me Park. Satu dua tangan jail sudah membuang huruf 'a' dan 'y'nya, menyambungkan huruf 'r' ke 'n' menjadi seperti huruf 'm'. Kalau saja yang saya ajak bukan wong gendheng semua, mungkin mereka sudah minta balik karena siapa yang mau dibunuh di cagar alam :-). Portage P210 dengan ecel kami jalani, pengalaman portaging pertama para rookies. Karena jumlah kanu ada 6 dan pack-nya puluhan, kusudah memberikan pita berwarna beda-beda ke para peserta untuk mengidentifikasikan barang mereka ada di kanu yang mana. Akibatnya portagingnya jadi cepet sret sret. Ketambahan, yang lapar pasti bukan saya doang. Setiba di Murray Lake, kami mencari campsite yang: pertama, muat 7 tenda, kedua, banyak kayu bakarnya, ketiga, baru keindahannya :-). Pilihanku diikuti rakyat meskipun pastilah ada yang ngegerundel udah meng-unload pack mereka di campsite sebelumnya.

Lantaran adanya 7 tenda kurawa di trip kali ini, meskipun lapar, kami selalu keliling dulu mencari lahan untuk tenda kami. Selesai kira-kira nge-spot mau mendirikan tenda dimana ataupun selesai memasangnya, barulah kami menyantap hidangan lunch a la Herli Awi. Yakni cem-macem tortilla dengan berbagai sayur-mayur dan isi dagingnya. Makanan yang disantap di outdoor, seberapa sederhananya pun, selalu nikmat dan kalau perkiraannya bagus seperti yang biasa dilakukan oleh yang pengalaman kemping, menjadi tidak kebanyakan engga kedikitan. Itulah yang terjadi di menu lunch Herli Awi. Bravo rek, lain kali pakai isi bulgogi dong, ihik ihik :-). Tunggu ceritanya kenapa.

Sehabis makan siang, barulah tampak betapa energetiknya para kawula muda kita di Kanada ini. Ada yang solo canoeing sambil bernyanyi sendirian kaya wong gendheng :-). Ada yang keliling kota naik delman, maksudnya mengayuh berleha-leha mengelilingi danau yang ternyata banyak ikannya. Sedemikian sehingga mancing dari pantai saja, setiap menit kail kita bisa menggaet ikan jenis yellow perch. Apalagi Awi yang mancing ke daerah strategis, belajar dari satu pasutri bule yang sengaja ke Murray Lake untuk mancing. Ia mendapat ikan sebesar pahanya, bojoku yang punya fishing license bilang northern pike, tapi kucheck engga ada giginya. Kata bosku, masih bayi :-). Kalau bayi aja udah segede pahanya Awi, gimana dewasanya. Jadi kesimpulanku entu pike udah tuwek, pikun dan lupa pakai gigi palsunya :-).

Dasar bule memang banyak yang bae, melihat kita membawa anak-anak (yang sering kelaperan :-)) entu pasutri tukang mancing memberikan satu ikan jenis large mouth bass yang sedikit lebih gendut dari paha, eh ikannya Awi. Koki koki dengan sigap memesiangi ikan tersebut dan lalu digoreng asem garam oleh Janti. Wuiihhh sedapnya ikan yang baru ditangkap tersebut. Tak bau amis sama sekali dan dagingnya seperti ikan kakap. Jadi untuk dinner malam itu tersedia pilihan, babi kecapnya Bang Herry atau ikan goreng.

Sehabis makan malam, isteriku seperti biasa main kartu truf :-) dan saya mensyer pengalaman pertama portaging ke Nellie Lake. Panjangnya portage dan kecuramannya membuat banyak yang mikir, terutama Bang Herry. Seperti apa yang kami dulu lakukan, tidak semua canoe dan makanan dibawa, tetapi hanya untuk yang 2 malam doang di Nellie, ia juga setuju demikian. Saya katakan, dulu canoe ditinggalin sebab kita masih canoeing lebih ke dalam lagi sehabis dari Nellie Lake, ke beberapa danau lainnya. Kali ini dari Nellie kita langsung cabut pulang dan juga semua canoe dibutuhkan karena kita muati 3 orang plus barang-barang. Artinya kalau kita pakai caraku dulu, kita akan buang waktu bolak-balik ambil penumpang dan barang. Karena dukungan Benny yang tidak mau sampai di Toronto jam 12 malam lantaran anak-anaknya perlu sekolah besoknya, maka 2 lawan 1 Bang Herry kalah suara. Kukira itu keputusan yang tepat sebab portaging ke dan dari Nellie Lake menurutku sudah membuat para ABG kita lebih mengapresiasi kehidupan ini. It built character, kata si bule.

Di atas saya mengatakan adanya 2 cowok single yang masih available dan ikut di trip ini. Cewek yang cocok untuk mat kodak HD, inisialnya, adalah yang bisa menyelam, kukatakan. Soalnya begini. Di hari pertama ketika kita sampai di Horseshoe Island, satu kameranya kecebur. Baru beberapa menit kemudian ia engah alias kamera itu sudah penuh air. Weladalah, di hari kedua, ketika ia mau pergi mandi, canoeing ke daerah yang jernih airnya di Murray Lake, ia kecebur dan kamera satunya lagi, "mandi" duluan. Kasian banget dah sebab jauh-jauh ia datang dari Halifax, kota tempat tinggalnya, hanya untuk ikut canoeing ke Nellie Lake dan motret! Bukan itu saja, ia menjadi sasaran banyolan dari banyak peserta yang ja'il dan ja'ul. Begitulah nasib bujangan. Kameranya sebetulnya lebih dari dua tetapi cuma segitu yang dibawanya ke interior. Masih untung (meskipun ia bukan Jawa tapi anak Puntien :-)) sebab kamera Nikonnya yang ribuan dollar tidak dibawanya ke interior. Kebetulan belum lama ini saya beli kamera baru, Canon point-and-shoot murahan, $ 250. Sebelumnya saya sempat lama menganalisis apakah mau beli kamera yang waterproof dan harganya 500-an $. Karena probability untuk kecebur maupun kupakai di dalam air (ada feature itu) cukup kecil berhubung sekarang saya kerja penuh lagi, kuputuskan beli yang biasa aja. Juga menurut analisis, kamera waterproof tersebut hasil gambarnya tidak sebagus kamera biasa yang seharga dengannya, dpl kamera murahanku sama saja mutunya. Eniwe, moral of the story above, kalau tujuanmu ke interior motret, bawalah jumlah kamera sebanyak jumlah total harimu di trip, ihik ihik :-), sori HD.

Isengin si HD, saya jadi lupa cerita yang paling seru dan menegangkan untuk semua peserta, karena kecuali saya dan Cecilia, seumur hidup mereka belum pernah portaging di trail dari Murray ke Nellie Lake. Kecuraman 70 derajat oke-oke saja asal otot kaki kita masih kuat untuk manggul beban kanu dan mendaki. Jangan ketika kita harus turun di kecuraman sedemikian. Ujung belakang kanu, seperti layaknya orang yang portaging, akan menyentuh tanah. Jadi kanu mesti kita miringkan ke depan hingga menambah beban maupun terutama, menghilangkan keseimbangan. Disitu seninya portaging sambil memilih batu mana yang akan kita injak, bagian tanah mana yang akan kita pijak. Terkadang trailnya serba sempit dan penuh pohon alias tidak ada ruangan untuk canoe manoevering. Kalau sudah begini kita hanya bisa nyebut minta bantuanNya. Mungkin ada yang shat-shit kaya Bang Roli kalau lagi main truf :-), atau menyumpahi Bang Jeha yang sudah mengajak mereka ke trail seperti itu. zha :-). Eniwe, kesimpulanku adalah Melayu yang kuajak, tidak ada satupun yang memalukan nama bangsa mereka, baik yang paspornya sudah bukan bergambar garuda maupun yang masih WNI. They all passed with flying kolor, maksudnya kaga sampe ada yang terkencing-kencing atau berak di celana di portage trail.

Si bapak rookie kita begitu mulai paddling, kudengar langsung menyebut "Oh my God, ooohhh", maklum norak :-). Jelas tak pernah ia melihat air danau sejernih di Nellie Lake maupun pemandangan alam sekelilingnya. Kata Janti, "Die belon liat OSA Lake," (danau indah lainnya di Killarney Park). Memang. Sampai pernah suatu ketika pasutri bule yang saja ajak ke OSA, berkali-kali mengucapkan terima kasih dan apresiasinya diajak di-guide ke OSA Lake. Itu suatu kepuasan hati yang tak bisa dibayar, kita anak ex Indo bisa memperkenalkan keindahan negeri si bule kepada mereka. Makanya sekali lagi kukatakan, makan telor Bang Herry banget :-), kalau Anda pindah ke negeri ini dan tak pernah mencoba camping canoeing di danau-danaunya.

Tidak susah mencari campsite di Nellie lantaran cuma 3. Yang pertama selain posisinya kurang afdol, terlalu dekat ke portage dan pemandangannya sempit, kemungkinan besar tak akan bisa menampung 7 tenda. Campsite yang kuidamkan karena kutahu luas, ternyata sudah ditutup, ada tanda no camping disitu. Jadi kami lalu menempati campsite yang di tengah-tengah yang kedua sebab rakyat sudah habis enersinya untuk check yang ketiga dan terjauh. Not bad karena muat 7 tenda plus masih ada lahan untuk main truf :-) dan ngerumpi di seputar api unggun. Nah, acara makan siang setelah sampai di campsite Nellie Lake ini membawa kehebohan. Why?

Masakan siang di hari Sabtu itu adalah tugas si SK, yakni pita dengan bulgogi Korea yang memang enak punya setelah daku kebagian mencicipinya. Ketika kami selama beberapa hari terakhir ngerek makanan, tas berisi bulgogi dan pita itu adalah yang paling berat, sekitar 10 kg katanya. Bulgoginya saja sudah 2 kilo, kata SK berkali-kali ke saya. Namun, apa yang terjadi ketika ia sudah mendarat dengan tugas mulia menyiapkan makan siang? Ia membagi-bagikan bulgogi itu lupa lautan alias sejibunan kepada mereka-mereka yang sudah tiba bersamanya. Ia tak ingat bahwa daging 2 kilo itu perlu dibagi 18 orang. Akibatnya ketika saya dan lainnya tiba di angkatan terakhir, jumlah bulgogi sudah mengenaskan. Sedemikian sehingga Bang Roli konon cuma kebagian kuahnya, padahal ia yang paling semangat ngerek tas makanannya SK. Nasib nasib Bang:-). Tapi maklum dah prens, begitulah kalau yang namanya bujangan, tidak punya isteri yang bisa disalahin :-), eh yang bisa dimintakan bantu bagiin. Next time better SK, maksudnya kalau kau udah punya bini. :-)

Acara sesiangan sesorean di Nellie Lake tidak banyak variasinya kecuali bersemangat menunggu dinner yang kami tahu menunya pasti uenak, nasi dengan dendeng balado a la Janti yang juga sudah terkenal sedunia. Engga percaya? Google-in Balado Janti dan pasti keluar di halaman pertama. Bagusnya kemping untuk sahaya yang makannya dikit, meski kebagian jatah setengah bulgogi :-), saya mah ga lapar lapar banget ketika kami main truf menunggu dinner. Ketiga prenku lainnya sebetulnya sudah lapar tetapi mereka gengsi alias tunggu dipanggil makan. Kog ga dipanggil-panggil nih, padahal sudah jam 6 sore dan sebagian sudah pada mulai makan. Bang Herry lalu ngajarin, kalau sampai dipanggil kita akan tanya "menunya apaan sih?", pura-pura engga semangat :-). Eh tidak lama isteriku nongol di tempat permainan kami yang letaknya memang sedikit jauh dari "dining room". Ia tahu gengsian kami dan berkata, "Engga bakalan kalian dipanggil" (sebab ia buka rahasia ke Janti setelah mendengar strategi Bang Herry). Terpaksalah, dengan nyengir-nyengir bukan kuda, kami samperin Janti sambil membawa omprengan kami dan minta jatah makan. Kali ini so pasti rakyat kebagian jumlah dendeng yang cukup sebab potongannya gede-gede sehingga saya cuma perlu ambil 3 potong padahal dapat jatah 4. Esok harinya, sisa dendengku itu maupun dari orang yang lain dipakai dijadikan nasi goreng a la Nellie yang uenak tenan, kata para penggasaknya.

Salah satu acara yang tadinya kurencanakan di Sabtu siang itu adalah belajar canoe rescue, yakni kalau sampai kanu kita terbalik, bagaimana cara menyelamatkan diri maupun terutama, si kanu :-). Pan manusia Indonesia tiada harganya lantaran masih ada 220 juta lainnya. Tetapi air di Nellie keburu dingin, rakyat demenan main truf, sehingga hanya guru Awi dan murid Adhi yang semangat mengajari dan belajar canoe rescue. Ga pa pa, yang penting mereka sudah melihat bagaimana caranya, tinggal praktek doang. Pada prinsipnya kanu yang terbalik kita kosongkan airnya dengan bantuan satu kanu lainnya, yakni dinaikkan ke kanu itu. Setelah air kosong, kanu dibalikkan lagi untuk ditumpaki oleh dua orang yang tadinya kecebur ke danau. As simple as that, hanya kalau sampai terjadi benaran, moga-moga si tercebur tidak panik dan mampu melakukannya, Tuhan atau dewa pelindung canoeist bersamanya.

Hari Sabtu malam Minggu itu adalah hari yang rileks sebab esoknya kita cuma akan hiking 4 km total pp tanpa beban ke Grace Lake. Jadi sampai malam anak-anak bermain api unggun dan kita ibu bapak bercengkerama sambil tiduran di atas batu quartz. Sesekali tampak satelit lewat di atas kepala kita, jarang-jarang meteor yang turun menghunjam ke bumi. Jawaban bapak rookies atas pertanyaan Bang Herry, menarik kita semua menyimaknya. Inilah interior campingnya yang pertama sejak ia pindah ke Kanada bersama keluarganya. Ia merasa selama ini hidupnya sudah kurang belens, maksudnya bekerja dan bekerja terus, lupa akan rekreasi yang intensitasnya tinggi seperti trip ke Nellie Lake kami ini. Ia memang mujur, ketiga anaknya mendapat teman 4 anak remaja lainnya alias mereka engga boring-boring banget. Tetapi itu bukan hal yang utama. Kemampuannya menyediakan waktunya bagi anak-anaknya dan terus berada bersama-sama, mengalami susah dan senang 5 hari 4 malam, adalah suatu karunia. Tidak semua bapak mau atau pun bisa demikian, jangan dibilang ibu-ibu Indo yang umumnya lebih demenan syoping :-). Menggaungi komentar Benny, way to go Angku Hartoni :-).

Seperti sudah kukatakan, hari ke empat di interior trip kami adalah hari istirahat, Minggu, hari rileks. Artinya kita cuma akan day-trip hiking 2 km di trail yang relatif mudah selama kita tak membawa beban atau kanu dengan tujuan Grace Lake. Dari pengalaman melihat bagaimana canoe Souris River sewaan kami mampu menampung beban, kuputuskan kita hanya akan memakai 4 canoe saja kesana. Lima orang di yang 18.5 feet, 6 orang di canoe-ku yang 17 feet dan sisanya di kedua canoe Souris River yang 16 feet. Paddling menuju awal portage ke Grace Lake, uneventful, danau tenang, matahari cerah. Keempat canoe kami tinggal di pantai dan seperti biasanya, semua dayung kami taruh di kolong kanu. PFD kuanjurkan dibawa untuk alas duduk dan tiduran, terutama untuk yang suka siesta seperti Bang Jeha :-). Trail 2 km itu juga not too bad, kembali karena kami lenggang-kangkung, paling bawa daypack kecuali si SK yang punya giliran bawa makanan lunch. Kali ini ia yakin chicken salad di pitanya akan cukup untuk semua sebab rakyat akan memantau ketat bagaimana pembagiannya :-). Memang ia benar, sampai kami semua makan cukup kenyang, masih tersisa sang chicken salad. Itulah bedanya bulgogi makanan Asia dengan makanan bule salad-salad-an bagi perut Melayu :-).

Menjelang sampai di ujung portage, saya dihalo-haloin oleh Hartoni yang sudah sampai di ujung katanya dan tidak menemukan alternatif untuk naik ke atas bukit seperti kami cita-citakan. Alamak. Ternyata kami sampai di suatu teluk dimana pemandangan tertutup dan tak bisa melihat Grace Lake yang katanya indah sehingga dijadikan tempat favorit dari pelukis kenamaan Kanada bernama A.Y. Jackson. Apa mau dikata, kanu semuanya kami tinggalkan di awal portage trail. Mereka yang masih penasaran, Awi, Benny dan Hartoni mencoba mencari jalan apakah ada yang menuju ke atas bukit. Hasilnya nihil sehingga mereka memutuskan bergabung aja dengan kami yang sedang menyantap chicken salad with pita. Apalagi Benny sudah dijeriti berkali-kali oleh bininya yang sayang banget ke dia, "Ben ..., makan Ben, nanti ga kuat :-)." Kidding pren, ga mungkin di kempingan kali ini kita berperilaku macem-macem di dalam tenda. Jangankan suara ngorok yang berisik sehingga si SK tak tahan dan memutuskan tidurnya di luar tenda di hammock Jeha Outfitter, suara plastik bergesek saja dari tenda di sebelah kita kedengaran, apalagi gesekan tubuh :-). Maklum tenda kami benar-benar saling bersebelahan karena terbatasnya lahan. Isteriku kuajak masuk lebih ke dalam hutan pasang tendanya, jauh dari keramaian. Ia ogah, nanti jauh kalau mau main truf katanya. Begitulah ceritanya nasib pengantin tua rek.

Akibatnya hiking ke Grace Lake yah cuma sampai ke ujungnya dan tidak bisa ngeliat si Grace yang cantik. Lain kali dah :-). Iya, Melayu pada kapok habis trip meski saya tantangin, 10 taon lagi kita ke Nellie :-). Seriusan, dengkulku juga sudah kopong alias di umur 70, jangankan kanu, bisa-bisa daypack pun mesti dibawain bojoku wedhok Jawi kuat punya. Itulah sebabnya, jangan sia-siakan masa mudamu dan saya sungguh tidak menyesal pensiun di usia 54, tidak menunggu pesangon dipecat IBM dengan imbalan sedikitnya gaji setahun. Buat apa yah duit puluhan ribu $ bila hiking saja sudah tidak bisa bawa daypack. Saya suka kasian kalau melihat kolega peserta cruise, manula yang sudah jompo dan beberapa bukan saja di kursi roda, tapi pakai tabung oksigen. Semoga ketika mereka masih muda, mereka pernah portaging ke Nellie Lake dan bawa backpacknya sambil berlari seperti si SK Bulgogi :-).

Perjalanan pulang dari Grace Lake juga uneventful, biasa-biasa aja, trailnya ecel, pemandangannya engga ada yang aneh atau istimewa. Entah kenapa, di trip kali ini kami jarang melihat cem-macem satwa. Boro-boro beruang yang sudah ketakutan sebab banyak sekali yang bawa bear spray termasuk saya yang beli ekstra satu lagi :-). Moose atau kerbau airnya Kanada pun engga nongol. Tapi memang moose jarang kelihatan di Killarney, kalau di interiornya Algonquin hampir pasti ketemu moose, paling tidak gituannya beliauw :-). Seperti saya katakan, burung penyanyinya juga engga ada, paling burung gagak yang cuma bekaok-kaok saja bisanya, mirip anggota DPR RI, ihik ihik :-).

Puas bermain truf di hari Minggu sore 2 September tersebut, saya bersiap-siap membantu Hartoni membuat pasta. Ia membawa lebih dari 2 kilogram tortelini yang ex toko, artinya kemasannya bagus. Kalau saya atau Cecilia yang beli pasta, kami cari yang murah dan belinya di toko bulk food aja. Engga apa apa, rookies perlu kita dukung :-). Menurut teori atau di kemasan, katanya 70 gr pasta per orang sudah akan cukup dan kami cuma ber-18, artinya 2 kiloan akan cukup-kup-kup. Mulailah kami membagi 6 pak pasta a 350 gram menjadi 3 batch sebab kami akan masak 3 kali mengingat sukar memasak semuanya sekaligus. Lagipula ada 2 kelompok pemain truf yang akan gengsi kalau dipanggil disuruh makan. Hartoni sudah mempersiapkan freeze-dried pepperoni yang dipotongnya kecil-kecil sesuai petunjukku. Ia juga sudah membeli bumbunya, khusus merek Knorr jenis sundried tomato satu rupa dan roasted garlic serupa lagi.

Air kami didihkan sesuai instruksi di kemasan pasta, ini bagusnya beli ex toko sebab koki-koki asli lagi pada main kartu. Air mendidih, pasta batch pertama kami masukkan. Setelah sekitar 5 menit, sepertiga jatah pepperoni dimasukkan juga dan ditunggu 5 menit lagi sampai pastanya empuk. Al dente kata Hartoni yang rupanya ngerti cara masak pasta a la italiano :-). Pasta plus pepperoni lalu kami bawa ke fireplace dan airnya kami tiriskan disitu. Air ditinggalkan sedikit saja secukupnya, untuk lalu kami masukkan saos di atas. Dikasih minyak zaitun satu dua sendok dan diaduk-aduk, masih di atas api. Ditunggu satu dua bentar dan kami pindahkan ke panci yang gedean supaya panci kecilnya bisa dipakai untuk batch berikutnya. Karena pengalaman dengan bulgogi pita a la SK :-), kuanjurkan Hartoni untuk hanya memberikan 2 scoop doang dulu per orang (gede sih, saya sudah kenyang segitu). Batch pertama ini diembat 6 remaja dan masih ada kesempatan untuk mereka nambah sering 1 scoop lagi. Pasta sudah menipis hampir habis en toh wajah-wajah mereka masih lapar :-). Kami tahu selain pastanya enak, mereka memang kelaparan. Satu dua anak kebagian lagi satu dua scoop dan habis entek tandaslah sepanci pasta. Sebagian yang keenakan banget langsung bilang ke ayah mereka, "Can we make this at home?". Hartoni manggut dalam dan die belon tau aje, kaga mungkin lach yauw bisa bikin pasta seenak di interior camping :-). Satu dua yang tahu rahasianya bilang, "Anak elo mesti disuruh portage dulu turun naik tangga rumah 1000 kali, baru pastanya akan seenak ini."

Batch pasta kedua diperuntukkan kami para bapak-bapak dan bujangan. Masih ada sisa beberapa scoop dan diembat satu dua ABG yang masih belum kenyang. Demikian pula di batch ketiga terakhir, ada yang bak vulture terus memantau isi panci pasta dan si "gagak" dibagi juga oleh Hartoni yang tidak sampai hati. Dua kilo lebih pasta, tidaklah cukup prens sadayana kalau kita bawa 7 remaja. Pasta with freeze dried pepperoni selain mudah memasaknya, enak punya, selalu disenangi anak-anak kita. Juga jenis makanan itu bisa dihidangkan di hari-hari terakhir, meskipun kita kemping di musim panas karena tidak butuh pendinginan. Pengetahuan akan jenis masakan seperti ini, enak, tahan lama, relatif ringan, penting sekali bila Anda akan canoe camping berhari-hari masuk hutan. Interior camping yang ideal adalah sebenarnya looping atau kita tidak melewati danau yang sama lagi, tetapi akan kembali ke awal perjalanan. Hanya dibutuhkan peserta yang gendhengnya sudah muanteb alias jarang Melayu yang pernah melakukannya kecuali hamba dan nyonya. Karena keesokan harinya kami harus bangun pagi-pagi, rapat para pemegang saham Nellie Lake trip memutuskan jam 5 untuk bisa start paddling jam 7, kami tidak berlama-lama ngerumpi di muka api unggun. Jam 10 semua sudah masuk ke dalam tenda dan tidak lama sudah terdengar suara dengkuran. Patut dicatat bahwa ke 7 anak remaja kami masih tetap anak Indo alias nurutan ke babe enyaknya sehingga memudahkan daku mengatur segalanya di trip ini.

Jam 4 pagi saya sudah bangun tetapi menunggu sampai weker atau alarm arloji Timexku berbunyi. Tit tit tit tit tit tit, kulangsung bangun, eh doa dulu sebentar, mohon agar penderitaan hari ini bisa kuatasi :-). Saya dan Cecilia yang kebagian tugas masak makanan pagi, sengaja sebab rakyat tahu saya engga soal bangun jam berapa aja. Menunya sederhana supaya sebagian besar perbekalan masak sudah bisa dibereskan semalam sebelumnya. Yakni oatmeal atau anak Indo bilangnya hapermot ex Quaker yang pastilah Anda semua kenal. Ada beberapa jenis rasa, silahkan dipilih 2 sachet, ambil kismis dan mangga kering yang kami beli ekstra untuk tambah penyedap, minta air panasnya dari saya. Aduk-aduk sendiri dan itulah menu makanan pagi terakhir. Menyesal juga saya belakangan cuma dibagi 1.5 sachet oleh isteriku yang menyiapkan bagian kami. Why? Tunggu kisah pendayungan terakhir kami di Charleton Lake nanti.

Keputusanku yang didukung Benny untuk membawa semua penumpang dan barang ke Nellie membuat lebih cepatnya perjalanan kembali ke peradaban. Sekitar jam 7 pagi, canoe pertama sudah mulai meninggalkan campsite Nellie Lake kami dan saya yang terakhir bersama Cecile dan Clarisa, berangkat jam 7:30. GPS-ku kureset maximum dan average speed-nya. Kucari waypoint # 1 yang sudah kuset waktu kami masih di Widgawa loading dock, yakni titik awal trip kami. Kupilih GOTO ke titik tersebut. Tertera angka 23 km. Tidak mungkin lach yauw alias memang isteriku benar, GPS ini sudah perlu dibuang ke danau :-). Gile banget paddling portaging sejauh Toronto-Mississauga :-), naik mobil saja sudah cape, naik sepeda kalau tanjakan turunan 70 derajat so pasti teler. Jadi karena masih kusayang GPS itu, kukantongi dan kumatikan, lagian portage maut di Kill Me Park sudah menunggu di hadapanku :-). Kanu mulai kupanggul, saya yang terakhir, kasih voor ceritanya kepada para pemuda-pemudi. Satu dua veteran portaging seperti Janti dan Herli, tak lama kulihat balik kembali untuk membawa beberapa barang yang masih ketinggalan, selain mereka memang rajin. Dari pengalaman sejauh ini, saya tahu perlu beristirahat sekitar 2 kali di portage 1500m, alias kalau sudah sepertiga jalan kira-kira, cari dua batang pohon yang berdekatan yang idealnya berbentuk v atau miring dimana kita bisa taruh kanu kita di antaranya. Kalau tidak ketemu dua pohon berdekatan begitu, cari dahan pohon yang menjorok keluar yang horisontal dan tingginya pas untuk kita senderkan ujung depan kanu kita. Itulah seninya portaging, tahu saatnya untuk istirahat, minum secukupnya, habek energy bar kalau tidak ketinggalan di rumah :-).

Untungnya portage trail ke Nellie ini, saking susahnya, hampir tidak ada orang lain yang berpapasan dengan kami. Ada bagusnya sehingga kami yang bawa kanu tak perlu minggir-minggir ketika berpapasan. Tak lama kemudian kususul beberapa slowpoker yang sudah kehabisan enersi lantaran di pagi hari cuma makan oatmeal dan bukan nasi goreng pake kerupuk :-). Ketika sudah sekitar setengahan jalan, aku menjadi pe-relay walkie-talkie antara yang sudah sampai ke ujung dengan yang masih di belakangku, akan berapa banyak "sherpa" lagi kami butuhkan. SK Bulgogi yang paling kuat, paling rajin bolak balik dan rasanya ia kebagian bawa 3 kanu :-). Salahnya punya paha dan betis sekuat tukang becak. Seperti di perjalanan ke Nellie, saya hanya sekali jalan bawa canoe doang. Equipment pack dan daypack-ku dibawakan pemuda-pemuda harapan bangsa sebab kalau saya harus balik lagi, buang waktu, aku dah cape mek :-). Menjelang jam 9 pagi portaging sudah selesai dan rakyat bertepuk-sorak setiap mereka-mereka yang datang terakhir nongol di ujung trail serta masih hidup. Sebagaimana kebiasaan Melayu, kami tak lupa foto-foto lagi, foto keluarga katanya. Mampus aku kalau punya 7 anak remaja yang selalu kelaparan seperti peserta Nellie Lake trip ini :-). Selesai berpose satu persatu kanu mulai di-load dan dinaiki para penumpangnya. Kembali saya dan nyonya yang terakhir setelah sebelumnya keliling sebentar memeriksa apakah ada barang yang ketinggalan, suatu rutinitas kami para canoeist kalau kemping di interior.

Tak lama kemudian kami mulai mendayung di creek eceng gondok tanaman lily. Mula-mula ketika masih seger sih memang asyik. Lama-lama bosen juga, mana GPS-ku masih menunjukkan belasan kilometer. Yang bikin gondok selain banyaknya si eceng, angka di GPS kaga nurun banyak biarin kita udah ngedayung berjam-jam. Masalahnya angka dari GOTO itu adalah jarak lurus padahal dayungan kita berkelak-kelok ga karu-karuan. Masalah lainnya, canoe-ku adalah jenis flatwater tripping canoe yang di-design stabil banget, tahan ombak 2-3 feet alias alasnya tepos. Akibatnya ketika harus melewati tanaman di Howry Creek itu, dasar kanu jadi lebih banyak kena gesekannya. Memang beginilah kalau sudah tua masih sok ikutan yang muda, canoeing ke interior sehingga segala macam alasan dicari-cari :-).

Setelah berjam-jam canoeing di purgatory itu, akhirnya sampai juga kami ke Charleton Lake, danau luas sebelum Widgawa Outfitter. Perutku sudah keroncongan sejak setadi dan dengan alasan Clarisa (juga) kelaparan kami minta bokap nyokapnya yang masih punya energy bar untuk menunggu kami. Itulah penyesalan saya kenapa sarapan pagi cuma makan 1.5 sachet oatmeal. Tak lama sampai dekat kanu mereka, ngaso sebentar sambil menikmati granola bar dari Benny untuk paddle lagi. Aujubilah, angin bertiup semakin kencang dari arah barat atau buritan canoe. Tiada kesempatan untuk ngaso lama-lama alias kami meneruskan perjuangan melawan angin dan ombak di Charleton Lake. Satu-satunya penyemangat kami adalah hidangan Chinese all-you-can-eat di Golden Dragon Restaurant di Espanola yang sudah kumasukkan ke dalam trip plan routing. Menjelang jam 1:30 siang, canoe kami mulai masuk ke Whitefish River dan Widgawa kami tahu sudah tak jauh lagi.

Meskipun portaging dan pendayungan di hari terakhir itu cukup berat tetapi karena rakyat sudah tahu sebelumnya, mereka siap dan terus bersemangat untuk ketawa-ketiwi lebar ketika canoeing sudah selesai. Saya yakin mereka semua hepi sebab selain hormon endorphine berlebihan yang diproduksi tubuh mereka, juga selama 5 hari 4 malam mereka sudah membuat hidup menjadi balance. Untuk yang sudah bekerja, bisa melewati waktu di lingkungan alam yang jauh dari beton dan semen yang mereka lihat sehari-harinya. Untuk para remaja yang masih bersekolah, meninggalkan semua benda-benda listrik dari mulai cellphone sampai ke iPod yang toh tidak akan bekerja atau mubazir. Bisa sering tertawa baik selama main truf maupun di perumpian obrolan lainnya adalah suatu terapi oke punya untuk kita orang dewasa yang ketawanya kalah banyak dari anak-anak.

Sayangnya atau penyesalan saya, meski ongkos ikut trip Jeha Outfitter sepersekiannya outfitter bule, en toh jumlah langganan kami itu-itu juga, Melayu sintingan :-) alias kurang laku mek. Padahal ongkos ikut Canadian outfitter paling engga $ 80 per orang per harinya dimana segitu umumnya cukup untuk ongkos seorang selama trip bersama Jeha Outfitter seakhir-pekan. Sebagai seorang individu, kita perlu untuk kalau perlu meninggalkan isteri, suami atau anak-anak dan melakukan retret alami ini bersama-sama teman-temin sehobi. Intinya adalah, kalau "sumurmu" sendiri kering, tak mungkin kau bisa memberikan "air minum" kepada si dahaga. Arti kiasan itu adalah: be good to yourself first before you can be good to others including your family. Sekian saja kisah beta dan nyonya mengajak 16 Melayu dan beberapa rookies ke Nellie Lake di akhir pekan Labour Day yang lalu. Terima kasih kepada Anda-anda para peserta atas kerjasama dan gotong-royongnya. To all the rookies, we are proud of you and thar perfect weather must be your blessing. So long adieu, sampai berjumpa di trip canoe camping Bang Jeha yang akan datang dan kisahnya di majalah Media Indonesia. Bai bai lam lekom.

Toronto, 3 September, 2007
Home