Sama seperti halnya menjadi ortu, demikian pula di dalam mengambil keputusan untuk menikah. Boleh setumpuk buku seratus kiat Anda cerna, tak mungkin Anda mampu untuk berkata, "Sekarang saya sudah siap". Pernikahan adalah sesuatu yang harus d i j a l a n i untuk bisa dimengerti, diresapi dan ditekuni. Ya, kata terakhir itu penting sebab banyak pasutri yang setelah lewat masa-masa minggu atau bulan madunya, masuk ke dalam masa berduka, paling tidak syok. Sebelum menikah mereka sedikit banyak berilusi, kasarnya bermimpi bahwa si misoa akan begini begitu, si nyonya akan begono begene. Sang gatotkaca yang dikira si srikandi akan melindunginya dari segala marabahaya ternyata suka ringan tangan terhadap dhewek. Sang permaisuri yang dikira si arjuna akan lemah-lembut ternyata kog judes binti sangar setelah kawin. Itu hanya satu contoh yang sedikit ekstrim sebab banyak lainnya, harapan-harapan ketika belum menikah yang tak pernah terjadi dan lalu si pasangan atau sering kedua-duanya masuk ke dalam bulan-bulan disengat tawon alias madunya habis sudah.
Kalau Anda ngerumpi atau bergaul dengan pasangan yang seperti itu, amit-amit diri dhewek atau sedulurmu, Anda akan melihat bahwa waktu yang mereka pakai untuk "menyirami tanaman" bernama pernikahan tidak seimbang dengan waktu yang lainnya yang mereka pakai. Kalau dahulu mereka hanya bekerja 8 jam seharinya, begitu mereka mulai pusing dengan persoalan rutang, mereka lebih betah di kantor di toko di jalanan dengan akibat sang tanaman semakin layu dan kering. Lah sudah tidak ada sekolahan atau mata kuliah berjudul 'Marriage 101', tiada pula waktu yang dipakai untuk semakin mengerti si pasangan hidup. Disinilah timbul satu hal yang sudah saya singgung di atas sedikit, kompleksitasnya pernikahan membawa runyam. Di satu pihak kita perlu terus saling mendekati, di pihak lain dan tak kalah pentingnya, terutama bagi saya adalah kita perlu memberikan ruang gerak, space istilah bulenya, bagi pasangan kita. Tak mungkin kita dekap dan peluk terus doi, apalagi kita anggap seolah-olah si nyonya sudah menjadi milik kita. Ia manusia serba bebas, apalagi kalau waktu lajang mojang ia cewek sleboran tomboy yang suka manjat tebing :-).
Satu hal yang rada bego memang di dalam "karir" bernama rumah-tangga. Kalau di kantor, apalagi di Amerika Utara ini kita bisa berprestasi hesbat sekhalei, nama kita masuk di jurnal ini jurnal itu, menciptakan sesuatu yang bisa dipatentkan dan gaji kita melejit jadi 6 angka di dalam dollar, menjadi suami apanya yang bisa dibanggakan :-). Siapa yang akan menepuk bahu kita dan minta ditraktir ketika kita "dapet promosi" jadi ayah? Sudah bagus tidak disalami kolega kita yang akan bilang selamat kekurangan waktu tidurmu dan belajar mengganti popok. Ente-ente bokap nyokap di tahun 2004 ini kaga pernah yah ngalamin cuci popok yang penuh dengan gituannya si ujang si eneng :-). Ya, trims berat kepada pampers, apalagi Anda yang mampu pake suster, tidak pernah harus bergumul dengan tinjanya si bayi. Itulah mungkin mengapa pernikahan menjadi semakin tidak langgeng di dunia modern ini. Kita mau enaknya saja!
Berkat keseringan membaca buku dan teori psikologi, saya jadi sering dimintai nasihat per japri oleh pasutri yang pernikahannya bermasalah. Salah satu yang klasik adalah permintaan kiat nasihat bagaimana mengubah si misoa yang gosblok bin begok. Bukannya saya mau 'men bashing', menohok kawan sejenisku sebab pastilah saya pun suka demikian di mata isteriku :-). Tetapi memang sering rutang menjadi gawat, pernikahan bubar, karena kebegoan kita yang bermanuk. Sering saya katakan lalu, adalah 'wishful thinking', mimpilah dikau untuk mengubah suamimu. Perilakunya sudah mentok pas ketika kau nikahi dia. Kalau ada sesuatu yang kau harapkan bisa berubah atau kau ubah, sudahlah terlambat bila di depan namamu ada kata 'nyonya'-nya. Kalau sampai kelanggengan suatu pernikahan bersifat 50-50 dan kata seorang temin saya sudah menuju demikian pula di Betawi, setengah dari populasi manusia begok. Artinya memang tidak mudah lach yauw untuk agar bahtera kehidupan kita yang bernama pernikahan bisa melaju terus tanpa berkendala. Mustahil sebenarnya dan untuk itu akan saya lanjutkan serial baru ini kapan-kapan, insyalah. Salam dari Toronto.