Melanggengkan Pernikahan XI

Seorang warga milis Anda yang semoga bentar lagi menggondol S2 psikologinya curhat dan syer ke saya di japri. Katanya a.l. ia di-test MBTI oleh salah seorang prennya sebelum diberikan suatu jabatan. Rupanya sang kolega selain percaya akan test kepribadian kreasi Isabel Myers dan enyaknya Katharine Briggs (makanya bernama Myers Briggs Type Indicator), juga menganggap hasil testnya mutu sehingga pren saya dirangkulnya :-). Seperti sudah saya kemukakan di tayangan lalu, kecocokan teoritis boleh Anda mangguti tetapi jangan dijadikan satu-satunya pedoman cocok tidaknya Anda dengan si pacar, apalagi kalau sudah kepalang kawin rek :-). Buktinya saya dah. Menurut self-test MBTI saya paling dekat dengan type ISTJ, singkatan dari kepribadian yang lebih bersifat introvert, senser, thinker dan judger ketimbang Cecilia yang sama sekali berlawanan denganku alias ia ENFP, artinya lebih extrovert, iNtuitor, feeler dan perceiver. Sama sekali berlawanan en toh kata sementara orang kami bak mimi lan mintuno. Baru setelah menikah dengannya saya tahu tentang kedua binatang Tanah Jawi itu, yakni tukang nempel satu sama lain dan saya memang suka kalau begitu :-).

On the other hand, walah gaya pake bahasa Inggris deh saya :-), mungkin sebagian dari Anda mengatakan, itulah sebabnya karena magnit kami berlainan bertolak-belakang sekali sehingga begitu ketemu, blek nempel satu sama lain kaya dua magnit batangan positif dan negatif yang didekatkan satu sama lainnya. Mungkin juga. Oleh karena itu sekali lagi saya katakan, perbedaan banget, terkadang kebangetan antara dikau dan calonmu, antara ente dan si bojo, tidak perlu menyebabkan rutang menjadi medan kurusetra atau lapangan perang Kurawa lawan Pandawa di dongengan Bharata Yudha. Apa intinya kedua perbedaan menjadi oke, menurut saya adalah 'respect for one another', saling menghargai dan syukur-syukur mengagumi. Kembali di tayangan lalu saya mengatakan pasangan yang bisa memuji bojonya, seperti dengan indahnya dipertunjukkan oleh Mbak Y warga milis Psiko dengan litani puji-pujian kepada kakang masnya, mempunyai suatu modal utama dalam menjembatani perbedaan. Tentu saja saya kagum kepada seorang ENFP yang menurut definisi adalah orang yang 'open-minded, imaginative, caring, outgoing.' dan mestinya bojoku juga kepada Bang Jeha Anda.

Ada satu penyesalan hidup ibu saya ketika ia masih remaja, tidak pernah sama sekali diperbolehkan oleh almarhum kakek saya untuk pergi ikut 'school trip', acara bepergian sekolah maupun bersama teman-teminnya. Satu kalimat kakek saya yang semula tidak dimengertinya adalah "Nanti elu diperkosa", merupakan satu-satunya alasan pelarangan tersebut. Akibatnya ibu saya bertekad bersumpah tidak akan pernah melarang anaknya mau bepergian kemana saja, untungnya saya dan adikku :-). Nah, satu fenomena yang mirip adalah ketika saya dan ayah saya sering bepergian berdua saja, kesana-kesini. Ia lah yang mengajarkan saya bersepeda di Lapangan Banteng yang ketika itu masih taman beralas rumput yang cukup tebal sehingga jatuh berkali-kalipun saya tak merasa sakit, tidak jera. Karena sejak kecil sampai saya remaja kami suka pergi berdua, adik saya berbeda 8 tahun umurnya dengan saya, maka saya menjadi saksi bahwa ia sering minta saya kongkalikong (sori Be :-)) yakni di dalam berdusta kepada ibu saya. Dusta yang utama adalah di dalam memberitahukan harga barang yang dibelikannya untuk saya. Sering harganya jadi tidak masuk akal di si jeha kecil karena kog murah banget :-). Sebabnya tak lain karena ayah saya orangnya royal, ibu saya hemat binti pelit :-). Berkat pengalaman masa kanak-kanak sampai dengan remaja itu, saya jadi bertekad, mungkin suatu psycho reactance di dalam diri saya, untuk tidak pernah mengikuti jejak ayah saya, berdusta kepada isteriku. Karena saya pernah syer juga bahwa Cecilia tidak bisa menyimpan rahasia, menurutku itulah hal yang bisa membuat langgeng suatu pernikahan, adanya kejujuran dan keterbukaan di antara suami-isteri. Malahan, kejujuran seorang suami dan isteri boleh dibilang merupakan jangkar kapal bila sampai diolang-olengkan oleh ombak dan badai. Lewat kejujuran dan keterbukaan, terbentuklah saling percaya-mempercayai, suatu modal utama lainnya di pernikahan yang langgeng. Faktor itu menjadi sangat penting di era keterbukaan seksuil di jaman kini, ketika punya WIL dan PIL adalah suatu kebanggaan, ketika di paguyuban anak Indo banyak pasutri yang masuk 'swinger club', ganti-gantian ML esek-esek dengan isteri suami yang lainnya. Semoga Anda semua bisa bersifat jujur bukan karena psycho reactance setelah melihat banyak tokoh politik dan pemimpin negeri Anda penipu dan pembual, tetapi karena Anda percaya bahwa kejujuran mengalahkan semuanya. Sampai tayangan berikutnya, bai bai lam lekom.

Home Next Previous