"Kasih orang miskin aja ya," kata saya bergurau ke isteriku ketika saya minta ijin doi untuk membuang toge yang sudah lebih dari seminggu dibelinya. Ya, semua barang di rumah ini yang mau saya buang, harus lewat BPS, badan penelitian sensor 'da boss' dulu. Kalau belum rusak, hampir dipastikan bahwa perlu saya simpan di 'transit lounge' untuk dihibahkan ke orang miskin. Jadi kebayang deh mereka punya rice cooker, hair dryer, battery charger, alat-alat masak termasuk piring mangkuk, eks si jeha dan bininya. Tidak usah dibilang yang namanya pakaian bekas yang semua tidak pernah dibuang tetapi dihibahkan dan terkadang saya ngenes juga kalau membayangkan orang miskin mesti memakai jaket saya yang lusuh dan sudah belepotan oli lantaran dulu saya pakai ketika montirin mobil saya. Itulah gaya hidup kami yang hemat dan sudah melanggengkan pernikahan kami :-).
Maksud paragraf pembukaan di atas adalah, Anda su-is perlu memperhatikan keuangan keluarga, pemasukan dan pengeluaran secara seksama, bila Anda tidak ingin terjadi "kebakaran" di rutang karena faktor ekonomi. Waktu saya sudah bekerja tetapi belum menikah, hidup saya boleh dikatakan boros, 'enjoy life'. Teman-teman saya yang ikut training 3 bulan bersama saya ke Hong Kong, mengenyam pendidikan dasar ketika saya mulai nyangkul bisa bersaksi bahwa di kamar hotel Bang Jeha selalu tersedia biskuit Mark and Spencer, untuk kapan saja mereka mampir, mencicipinya. Kalau akhir pekan, saya kelilingan syoping ke toko barang kemping dan 'diving shop' membeli alat-alat kemping dan diving sehingga ketika saya pulang, bukan saja koper saya penuh dengan tenda deeste, juga saya membawa 'spear gun' buat nembak ikan yang jahat :-). Nah, ketika berumah-tangga terjadi perubahan 180 derajat, a.l. karena setahun setelah menikah, kami perlu mencicil hutang rumah. Meskipun isteri saya bukan pemboros tetapi ia tidak hemat banget, tidak pelit dah istilahnya :-). Namun, bertahun-tahun ia hidup dengan saya yang jadi hemat, ia ikutan hemat rek. Sekarang ia juga yang mengenyamnya kan (dan perutnya ikutan buncit kaya sahaya), ketika kami jalan-jalan mulu sejak saya pensiun di usia 54 tahun. Jadi prens sadayana menurut saya rumah-tangga yang kokoh atau mau langgeng, perlu dilengkapi dengan apa yang namanya budgeting. Apa-apa yang direncanakan untuk dibeli atau dikeluarkan (bila misalnya ada tamu, sedulur datang) dianggarkan sehingga tidak terjadi korslit, pertikaian hanya karena masalah duit. Sampai ketika anak-anak belum bekerja alias masih banyak sekali pengeluaran kami, kami mempunyai anggaran rumah-tangga yang setiap saya buat, saya diskusikan atau perlihatkan ke Cecilia. Lalu ia komentari ditambah dikurangi seperlunya. Dengan demikian, di dalam urusan duit atau ekonomi rutang, hampir tidak pernah kami berkelahi karena ini mesti dibeli, itu perlu diduitin sebab sudah disetujui pengeluarannya. Bagi Anda yang masih lajang, percaya deh bahwa disamping sek-esek atau ML, urusan ekonomi rutang penting untuk di-manage.
Anda para pemerhati tayangan saya, terutama di milis Psiko tahu bahwa saya suka sok kasih nasihat/kiat ya :-). Sebagian dari Anda pindah ke japri dan berkomunikasi dengan saya mengetengahkan permasalahan Anda, agar ke-GR-an saya tidak tampak di umum dan saya berterima-kasih untuk itu :-). Nah, salah satu masalah yang sering muncul di diri 'client' saya itu, selain urusan seks adalah k e t a k u t a n atau kekuatiran. Takut suami marah, takut isteri tidak suka, jangan dibilang problem dengan mertua atau para ipar. Tidak heran kalau salah satu penyakit jaman modern ini bernama 'anxiety attack' karena pengidapnya sering dilanda ketakutan, mikirinnya yang jelek-jelek mulu. Untungnya saya, sering saya bermodal nekad atau istilah populernya sinting. Jadi kalau sesekali Cecilia takut atau kuatir, saya tidak "menyiramkan bensin" ke api ketakutannya itu, tetapi saya tutup dengan selimut lusuh yang tadinya buat orang miskin, sehingga apinya bisa mati kekurangan oksigen. Metafora itu berarti, 'do not feed your spouse's fear'. Tidak terbayang oleh saya kalau isteri kuatir lalu ditimpali oleh suami yang sama takutnya, akan menjadi seperti apa anak-anak mereka nantinya.
Oya, mumpung keinget. Salah satu ketakutan su-is di jaman modern abad 21 ini adalah .... punya anak! Apalagi kalau selama ini Anda mengikuti dongengan serial saya 'Psikologi Kriminil' dan lalu membayangkan gimana kalau sampai anak Anda (amit-amit tok tok tok) menjadi korbannya atau lebih gawat lagi, menjadi seorang bandit. Itulah sebabnya bisnis alat-alat KB bilyunan dollar setahunnya, entah berapa puluh atau ratus bilyun. Ambil mudahnya saja sarkon yang dipakai oleh katakan sebilyun cowok setiap minggunya, 52 bilyun dollar setahun, belum alat-alat dan obat-obat lain untuk mencegah si isteri hamil. Oom Han cukup menyayangi beta sebab saya dikaruniai dua putera dan ... kedua- duanya difficult atau problem child. Kalau saya bisa memiliki arloji seperti kepunyaan si Hermione di pilem Harry Potter, yang bisa ia puter mundur sehingga hidupnya dimulai lagi dari awal, saya tetap memilih punya kedua anak saya tersebut :-). Melalui merekalah saya menjadi seperti saya, antara lain jadi lebih menggeluti buku-buku dan teori psikologi. Jadi kalau Anda sudah pernah dicerahkan oleh salah satu dongengan saya, Anda perlu berterima-kasih kepada kedua putera saya, sekaligus jangan lupa mendoakan mereka. Maksud saya mengemukakan semuanya ini adalah hidup itu memang berisiko, kita tidak tahu sebelum menjalaninya dan ada satu dua peribahasa bulek yang bisa dipakai untuk tabah menghadapi kesukarannya. There is a rainbow after the rain adalah salah satunya. every cloud has a silver lining adalah yang keduanya. Kalau Anda pencinta alam seperti sahaya dan terpesona bila melihat bianglala atau pelangi, niscaya Anda akan lebih berani menghadapi ketakutan atau kekuatiran Anda di dalam hidup berumah-tangga. Sampai tayangan berikutnya, bai bai lam lekom.