Melanggengkan Pernikahan VII

Dipicu oleh peristiwa kelebu atau tenggelamnya kanu seorang sahabat saya B dari milis serviamTO kemarin ketika kami berkanu-ria di Danau Ontario, persisnya di Cherry Beach, saya teruskan dongengan ini. Bukan karena saya promosikan bahwa kalau Anda mau latihan kecebur di air, berkanulah bersama doi tetapi memang satu kesalahan fatal terjadi. Yakni, karena besarnya ombak dan dua pendayung besertanya adalah novice canoeist, serta tiada yang membantu mereka pada saat 'launching' atau awal peluncuran, kanu mereka masuknya miring alias dengan mudah dihantam ombak yang besar. Air masuk, mereka rupanya panik dan terbaliklah sang kanu, as simple as that. Memakai peristiwa itu sebagai metafora kehidupan pernikahan, hal yang sama suka terjadi di dalam pernikahan yang kelebu padahal baru seumur jagung. Yakni tiadanya bantuan, dukungan, support dari keluarga sobat-sobit si pasutri ketika mengalami "ombak tinggi angin kencang" di kehidupan awal pernikahan mereka, dengan akibat ya mereka bubar atau berpisah sahaja.

Bukan saja diperlukan semangat dan keberanian untuk memasuki hidup pernikahan, sama seperti beberapa pemula yang kemarin tidak gentar untuk berkanu, juga dukungan dari masyarakat tak kalah pentingnya. Satu metafora lainnya di dalam berkanu di ombak yang mencapai sekitar 2 feet kemarin. Saya dan Cecilia tahu bahwa kalau kami hanya berdua saja mendayungnya, kanu kami akan dengan mudahnya dihantam ombak sehingga sejak awal, kami sudah membebaninya dengan orang ketiga, keempat sampai kelima di satu saat :-). Berkat muatan ke dalam kanu kami yang memang sudah di-design tahan menampung beban sampai 700 lbs, kami tidak mudah lagi dipermainkan ombak. Di dalam hidup pernikahan, muatan yang menyebabkan kanu menjadi stabil itu adalah usaha kita pasutri di dalam melengkapi diri kita masing-masing, untuk lebih muanteb di dalam menjadi suami atau isteri. Sebagai pasangan, kemantepan itu bisa diperoleh melalui berbagai perumpian dan aktifitas yang membina terus kehidupan pernikahan kita, misalnya dengan piknik dan canoeing :-) sehingga jadi lebih langgeng.

Masih terpengaruh oleh suasana piknik bersama beberapa puluh prens saya kemarin di kota ini, meskipun saya tidak terlalu banyak ngobrol tetapi saya teringat satu hal. Kebiasaan berikut ini bisa melanggengkan pernikahan, tetapi bila dilakukan secara negatif, merusak hubungan su-is. Yang saya maksudkan adalah menokohkan suami atau isteri kita di dalam syering kita. Saya mempunyai sahabat di Indo, dimana setiap kali saya pulang kampung, saya berusaha untuk bertemu dengannya dan selama ini, meskipun dia eksekutip orbek, selalu ketemu. Soalnya orangnya lucu banget dan kebetulan anak Betawi eks Tapanuli. Nah, sering kami ngerumpi bersama isterinya yang bukan saja pengagum suaminya, juga tukang kasih umpan, feeder dari joke-joke suaminya. Kalau si A pren saya itu sudah kehabisan joke, isterinya H akan lalu mengatakan, "Itu Pa, masih ingat kaga ceritanya bla-bla-bla?" Sehingga lalu teman saya yang memang menikmati banget ngebodor ke prennya, akan mengulangi cerita itu, yang mesti terkadang sudah kita dengar 10 kali, kita masih akan tertawa karena lucu banget. Nah, hal seperti di atas itu bisa jadi negatif, kalau kita di dalam perumpian yang umum, apalagi kalau secara sadar, suka mengemukakan keburukan isteri atau suami kita. Misalnya yang terpikir olehku saat ini adalah menilai pasangan kita sebagai tidak punya selera, baik di dalam memilih buku, pilem, lagu, sampai ke makanan dan pakaian. Ngapain ngeritik bojo kite di muka umum kecuali untuk mempertontonkan kesok-jagoan si kita yang lagi butuh power. Kekecualian tentu ada, yakni bila dilakukan di dalam perumpian yang intim alias bersama prens kempingan kita :-) dan di tengah suasana yang jenaka.

Perumpian su-is, apalagi di dalam suatu format atau program teratur seperti Marriage Encounter bisa dijadikan model melanggengkan pernikahan. Dari pengalaman saya ngerumpi selama ini, ada beberapa hal dimana kita bisa melibatkan isteri atau suami kita yang pendiam. Misalnya membawakan subyek dimana kita tahu bahwa doi akan tertarik untuk ngobrol, misalnya programming. Contoh bego ya sebab jarang kan su-is dua-duanya programmer :-). Atau gini deh, kalau bojo kita mengucapkan sesuatu dimana pendengar rada menahan napas sebab isinya sedikit melenceng, kita bisa membantu meluruskan atau menambahkan hal dimana pernyataan itu tidak akan kontroversil akibatnya. Bisa juga terjadi orang lain mengemukakan topik yang kita tahu si bojo tidak akan comfortable, untuk anak-anak Indo topik SARA, suku agama ras. Tergantung seberapa eratnya teman-temin perumpian tersebut, kita bisa menyemprit stop atau kita alihkan dengan topik lebih menarik, misalnya kog tim sepakbola Belanda sampai bisa dikalahkan oleh Cekoslovakia :-). Sedemikian sehingga fans Belanda sudah menngirimkan tiket gratis kepada si coach Meneer Advocaat untuk kaga usah pulang ke kampungnya lagi tetapi ke Belgia azha :-). Sebelum topik ini jadi melenceng berat ke pertandingan Piala Eropa, saya sudahi saja, sampai seri berikutnya, bai bai lam lekom.

Home Next Previous