Dua puluh tahun lebih tinggal di Kanada, katakan setahun rata-rata 5 kali kemping. Di dalam 100 kali kemping, baru kali inilah suhu alias cuaca gilak bener prens sadayana, menemaniku kemping. Sedemikian menyedihkannya sehingga hatiku memelas melihat nasib kedua 'rookies' alias dua anak bae yang nasibnya kog "sial" ikut kemping bersama Bang Jeha di akhir pekan Thanksgiving kemarin. :-). Karena keduanya tidak ikutan di milis kita ini, namanya kusingkat saja, JF dan FH, yang pertama cowok, yang kedua ceweknya. Mereka menjadi tertarik ikut kemping bersama Bang Jeha karena kepincuk oleh cerita serba aduhai dari si Bebeth. Seperti Anda masih ingat, Elisabeth anak TukTekDung, istilah baru (kudengar) dari InstiTUT TEKnologi BanDUNG memang mujur banget nasibnya ketika pertama kalinya ikut interior camping. Bukan saja selama semingguan itu hujan hanya sekali dan segebrakan, hari hangat dan nyaman jadinya, ia juga disuguhi pagelaran 'Northern Light' alias Aurora Borealis oleh Oom Han-nya :-).
Untuk mengetes keseriusan pasangan JF dan FH, terlebih karena kutahu bahwa kemping di musim rontok cukup membutuhkan ketabahan :-), kuminta kita kumpul bersama sekitar dua minggu lalu. JF yang memang sudah kukenal karena pernah memimpin koor di UKI masih bagus otot-ototnya, lebih menang sedikit dari si Tikno :-). FH cukup lonjong tekadnya untuk ikut, artinya asalkan ijin ortunya dari Melayu turun katanya. Jadi itulah tim kempingan orgil cari susah di akhir pekan lalu, 5-8 Oktober: Bang Jeha dan Empoknya, Ayrin dan Trisna, Bebeth, JF dan FH.
Perencanaan berjalan lancar, mulai dari pembagian tugas memasak maupun perlengkapan yang perlu dipersiapkan dan dibawa. Menjelang saat-saat terakhir yang kami tahu bakal "kurang lancar" adalah ramalan cuaca. Namun, yang cukup membesarkan hati, kami tahu bahwa pemandangan musim rontok di Algonquin mencapai puncaknya di saat itu. Ramalan cuaca kali ini akurat banget dan luar binasa. Betapa tidak. Hujan air di hari pertama, hujan es di hari kedua dan hujan salju di hari ketiga :-). Di hari Jum'at hari keberangkatan kami, dari mulai pagi-pagi buta ketika saya dan Cecilia mulai memuat perlengkapan kemping ke dalam mobil dan menaikkan kanu ke atasnya, hujan sudah turun, terkadang cukup deras. Sepanjang perjalanan sejauh 325 km dari Scarborough ke Algonquin Rock Lake entry point, matahari tidak pernah bersinar, hujan hampir tak pernah berhenti. Hujan terus menemani kami ketika mendayung sepanjang dua jam-an dari Rock Lake ke Pen Lake. Hujan sepanjang malam sampai dengan keesokan paginya di hari Sabtu :-(. Bagus sekali memang untuk menguji seberapa hesbatnya tenda yang baru dibeli oleh JF yang empunya Canadian Tire :-). Hanya satu hiburanku kepada para peserta. "Kalau hari hujan, artinya hangat," dan mereka sudah hapal alias manggut-manggut mestinya sekarang akan "kalimat bijak" Bang Jeha itu :-).
Perjalanan cukup tepat jamnya sesuai rencana, hanya karena gara-gara isteriku, kami jadi ketinggalan 40 menit dari Trisna, Ayrin, JF dan FH yang semobil. Sepatu boot-nya maupun sepatu cadangannya (hiking shoes juga) tidak dibawanya tetapi ketika semenit menjelang Port Union, kusadar akan kata "SEPATU" dan kulirik sepatu isteriku di sebelahku, ia bersandal. :-( Ya, kata itu mendadak melintasi benakku karena kalau Anda masih ingat, di kempinganku yang terakhir ke Killarney, saya hanya bersandal jepit akibat membawa sebelah sepatu doang. Gantian begonya pasutri Anda. Daftar barang di checklist kami memang lebih dari 200 macam sehingga meski sudah di-check, terkadang ada azha yang ketinggalan kalau kami kemping tetapi tidak sepenting seperti SEPATU. Akibatnya di Port Union exit sahaya langsung mengebut balik ke 401 West lagi menuju rumah kami. Akibatnya, Bebeth yang menjadi penumpang tunggal kami karena 'seat' satu lagi untuk si Cak Indratmo tidak diambilnya :-), mungkin berdoa terus sepanjang perjalanan ketika ogut ngebut 130-140 km untuk mencapai Rock Lake dengan target jam 1 siang, paling lambat jam 2. Soalnya, ku-estimate antaran kanu dari tukang sewa kanu, proses registrasi di kantor cagar Algonquin serta 'canoe loading' akan memakan waktu sedikitnya 1 jam. Dengan 2 jam mendayung dan portage 375 meter yang harus ditempuh sedikitnya 2 balik karena banyaknya barang bawaan Melayus ini, kami akan mendekati saat matahari terbenam pada saat menjumpai campsite. Pada akhirnya memang timing kami cukup oke karena ketika hari gelap di Jum'at itu, semua tenda sudah terpasang di campsite di suatu pulau yang kami sempat pilih.
Tentu saja dongengan ini akan bersambung seperti biasanya dongengan kemping Bang Jeha. Ketika Bebeth kutanya akan berapa seri kisahnya kali ini, apakah sampai 10 seri, ia menjawab "Ya, hujan, hujan, hujan." Jadi kupakai ucapannya sebagai subjudul tayangan pertama karena kami memang diberkahi-Nya :-). boleh merasakan godogan a la kawah Candradimuka. Kalau Anda sekarang bertemu dengan ke 7 pendekar pendekir yang baru pulang kemping kemarin, Anda pasti akan percaya setelah memegang otot kawat dan tulang besi kita semua :-).
Seperti sudah kusinggung di tayangan kemarin, karena harus "menjemput" sepatu isteriku, saya menjadi ketinggalan sekitar sejam dari rombongan Ayrin, Trisna, JF dan FH. Untunglah Bang Jeha sudah mempunyai firasat harus ngebut 130-140 km per jam di jalanan berhujan sehingga ban bo'ilku baru kuganti lagi dengan Michelin MX4 Rainforce. Cita-citaku adalah begitu kami sampai di Rock Lake, Trisna sudah selesai mengurus anteran kanu dan pendaftaran di kantor cagar sesuai instruksiku. Weladalah, ketika saya memarkir mobil untuk kami makan siang di warung roti 'Subway' di kota Minden, kulihat mobil di sebelahku. Apa-apaan nih, van biru Mercury dengan kanu hijau bertengger di atasnya. Tidak salah lagi, si Akang ada di dalam sedang antri juga sehingga sempat kujitak sayang :-). Alasan ban mobilnya sudah jelek padahal lebih tepat kalau dikatakan ia sudah tambah gaek alias menjadi slowpoke.
Seusai makan siang, beriringanlah kami lalu berdua mobil menyusuri jalan sepanjang Highway 35 dari Minden ke Dorset. Bila Anda baru tinggal di Toronto atau di Kanada, salah satu pemandangan musim rontok terindah di negeri ini adalah di route yang kami tempuh itu. Tak heran kalau Bebeth yang rasanya sih engga menangis kali ini berkata, "It is like the garden of God." Mungkin perlu ditambahkan, 'in the rain' :-). Tapi memang tanpa matahari bersinar pun pemandangan pohon warna-warni yang sempat kami nikmati, serba aduhai. Guna menghemat waktu, begitu kami melintasi Dwight, kota terakhir sebelum gerbang barat cagar Algonquin kami masuki, kutelepon sang penyewaan kanu, Opeongo Outfitter. Lumayan akal tukang kanu itu. Mereka sudah mendrop kanu 17 feet 3 seater bersama 3 dayung dan 3 PFD-nya di Rock Lake canoe launch. Sahaya tinggal menandatangani formulir di kantor cagar sambil mendaftar karena toh mereka sudah memiliki nomor kartu kreditku. Karena tidak pernah kutemui radar trap sepanjang Highway 60 di dalam cagar Algonquin, mobil tetap kupacu sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, tibalah rombongan 7 pendekar pendekir di Algonquin Rock Lake entry point. Karena kutelah minta tolong Bebeth menuliskan semua nama-nama kami yang untuk wong bule "aneh-aneh", dalam waktu sekejap pula, selesailah proses pendaftaran.
Karena JF dan FH sudah pernah mendayung kanu, tak perlu diadakan "crash course" seperti kami buat untuk Tikno dan Eddy di dermaga Rock Lake terakhir kemping bersama mereka. Tidak berapa lama mendayung menyusuri air dari Lake of Two Rivers (dua aliran sungai Madawaska), kami mulai mengayuh di Rock Lake ditengah-tengah pemandangan yang mempunyai daya penyembuhan :-). Ya, kalau si pendayung ga sedang THP banget-banget, cuma senteres dikit sehabis mempersiapkan segala macam tektek-bengek sehubungan dengan trip, dalam sekejap ia menjadi oke kembali. Saking sudah seringnya ogut memasuki selat menuju portage 375 meter itu, tanpa pake nyasar kanu langsung menuju kesana, terkadang di bawah siraman air hujan yang terus setia menemani kami.
Berkat JF yang kukatakan lebih hesbats dari presiden Canadian Tire, perjalanan kami kali ini diperlengkapi dengan FRS, Family Radio System yang jaman dulu disebut walkie-talkie. Alat ini memang sangat dapat membantu komunikasi di antara beberapa kanu. Waktu terakhir kami ke Rock Lake, kami harus menunggu J yang melakukan scouting untuk mendayung kembali melaporkan apakah campsite yang di-survey- nya ideal atau kira-kira oke engga. Waktu tahun lalu saya kemping berkanu ke West Killarney, kedua temanku sempat berkelahi di awal trip soal cukup tidaknya persediaan minyak. Yang satu ngotot ingin bertanya dulu kepada saya sebelum ia masuk ke air, apakah minyak cukup, padahal ogut sudah 2-3 km di suatu pulau, kemping semalaman menunggu kedatangan rombongan Ottawa itu. Yang satu lagi kukuh dengan pendapatnya bahwa minyak oke, ga perlu buang waktu meminta si use-knee bolak balik. Coba ada FRS, tidak bakalan ada 2 THP di dalam trip itu.
Nah, sejak dari portaging sampai kemudian pencarian campsite, kami memanfaatkan ketiga FRS kami untuk saling berkomunikasi, misal masih ada berapa potong barang yang tertinggal di awal portage. Isteriku dengan setia menggotong kanunya dan Trisna bolak balik menggotong kedua kanu, sambil memberikan "contoh soal" untuk JF. Bunyi aliran air terjun kecil di sisi kiri di ujung portage trail sempat membuatku tersenyum. Soalnya terakhir kali kemping ke Pen Lake, sahaya memimpin acara 'au naturel'-an disitu. Sekarang, jangankan telanjang, pake jaket pun ogah masuk ke dalam air sedingin es itu :-). Sudah tidak ramai lalulintas di portage trail alias hanya mereka yang rada-rada miring otaknya memang yang memilih berkanu di akhir pekan kemarin padahal ramalan cuaca tidak oke.
Kanu kami muati lagi dan tidak sampai 15 menit mendayung, dua buah pulau dengan 2 calon campsite kami dekati. Saya menghampiri yang terkecil, turun sendirian dan melaporkan keadaan medannya. Terlalu kecil untuk menampung kami dan box-nya ngejogrok di tengah pulau tanpa terlindung pohon, tidak cocok untuk manusia berbudaya :-). Setelah proses halo-halo pakai FRS selesai, giliran Trisna yang lalu naik ke atas pulau satu lagi. Oke katanya, cukup lahannya untuk 4 tenda dan pulaunya cukup besar disamping pantainya lumayan untuk menikmati pemandangan bintang-bintang di waktu malam, cita-cita :-).
Setelah tenda selesai kami pasang dimana JF tak berkeberatan tendanya disisi tenda Trisna karena iapun berseni bila sedang tidur :-), Bebeth menyiapkan makanan malam dan ogut masuk ke dalam. Bersama Trisna kami mencari pohon untuk mengatrol makanan ke atasnya. Karena selama ini J selalu ikut kemping dimana makanan yang dinaikkan seton maka saya sudah tidak ingat lagi bagaimana memasang tali makanan bersistim dua pulley. Akibatnya, ketika selesai makan dan 6 kantong makanan sekwintal kami naikkan ke atas, dahannya akhirnya patah karena disamping berat makanan, sistim satu katrol mengakibatkan beban tambahan saat dikerek. Kami pindahkan sang tali ke dahan yang lebih besar dan kami coba lagi untuk mengangkat makanan itu dengan satu pulley, tetap 'no way jose'. Untunglah isteriku yang memory-nya terkadang bagus :-) tak lama datang dan memberikan kiat bagaimana membuat sang sistim menjadi 2 pulley. Beres ceritanya di malam pertama itu, makanan sudah tergantung, perut sudah kenyang, ketika diiringi hujan yang masih turun, kami masuk ke peraduan, eh sleeping bag masing-masing :-).
Sambil mendengarkan tes-tes-tes bunyi hujan di atas flysheet tendaku, saya merenung-renung apakah tenda si Bebeth dan JF/FH akan kuat disirami air terus. Akang Trisna yang lebih berpengalaman sudah membawa terpal plastik menaungi tendanya jadi ia sih sip. Karena tidak ada gunanya berkwatiran dan paling-paling mereka tidak bisa tidur :-) kalau sampai tenda bocor, tak lama kemudian ogut berlayar ke pulau impian. Sampai dengan kubangun keesokan paginya, acara hujan masih terus berlangsung sehingga kumemohon kepada Oom Han agar mbok ya disetop :-). Soalnya tugasku menyiapkan makanan pagi dan kurang afdol memasak di tengah-tengah siraman hujan. Ga percuma kita ikut Misa sebelum cabut ya Beth, doa didengar Si Oom dan keran air langit distopnya. Sahaya keluar dari tenda, menurunkan makanan dan melihat bahwa langit akan cukup cerah sebentar lagi. Apa iya? :-)
Sabtu, 6 Oktober 2001 adalah hari yang memberikan banyak harapan, apalagi setelah ke 7 peserta selesai menghabek bihun (3 macam) bakso bokchoy a la the hilwans. Rencana adalah 'day trip' ke Welcome Lake melalui 3 portage dengan total sekitar 2200 km. Matahari muncul sih muncul tetapi dari waktu ke waktu tertutup awan alias 'sunny with cloudy period' menurut istilah tukang ngeramal cuaca Kanada. Hanya, temperaturnya sekitar satu digit doang prens. Setelah selesai mengerek makanan kembali agar para satwa tidak berpesta makanan kami selama kami pergi, pasukan bersiap-siap melakukan penjelajahan hari itu.
Pen Lake adalah danau yang relatif kecil dan memang memanjang seperti pena, paling 7-8 km jauhnya. Setelah mendayung sekitar satu jam kami mulai mendekati muara Galipo River di awal portage trail. Tidak begitu panjang aliran sungai yang harus kami tempuh sampai mencapai daratan tetapi cukup asyik. Bagi saya, pendayungan paling asyik adalah di suatu sungai. Selain dekat ke pemandangan di tepian, terkadang pengemudiannya 'challenging' karena berliku-liku, belum menghadapi arus sungai yang terkadang deras. Oleh karena itu barulah ketika kami sudah bosan dengan 'excitement' mendayung di sungai kami teringat bahwa JF dan FH belum diajari stroke untuk mengemudi di haluan. Sempat juga sih kami memperagakan 'pry' dan 'draw strokes' kepada FH yang duduk dimuka waktu itu. Nasihat para guru kanu kepada pengemudi berpasangan, yakni suami isteri jangan mendayung sekanu kecuali senang berkelahi :-), tidak berlaku untuk yang masih pacaran. Ga mungkin si JF akan berkata, "Aduh, mata lu kemane sih," ke ceweknya bila kanu sampai menghantam batu :-).
Di ujung trail Galipo River itu terletak dua air terjun kecil yang lumayan lah pemandangannya untuk dijadikan tempat ngerumpi makan siang kami. Lunch specialist Ayrin tidak lama mempersiapkan makanannya, roti berembol kata anak Betawi, 'bagel' kata anak bule. Cuaca tidak oke kembali seusai makan tapi ogut sempat memotong beberapa batang kayu untuk api unggun di malam harinya. Hujan turun dan tak lama kemudian berubah menjadi butir-butir es atau 'hail'. Jadi kita balik azha deh, kataku kepada para peserta yang manis-manis dan penurut semuanya :-). Engga lucu portaging 2 km kehujanan kedinginan dimana tempat tujuan tidak menjanjikan kehangatan. JF yang kelihatannya pakar mancing, kurang mujur nasibnya ketika mencoba casting di muara Galipo River padahal anak-anak Kanada banyak yang suwer ikannya berjubelan disitu. Engga lucu juga mancing di suhu yang dingin ditambah angin yang cukup kencang dan hujan yang turun dari saat ke saat di tengah-tengah danau.
Ayrin memang tidak salah, kemping bersama Jeha Outfitter santai banget :-). Setiap hari ada kesempatan tidur siang dan itulah yang kami lakukan sepulang dari perjalanan muhibah ke Galipo River. Bangun-bangun, tugasku dan nyonya memasak makanan malam sudah menunggu. Kuturunkan makanan lagi dan mulai memasak nasi ditemani paduan "suara orkes simfoni" dari dua tenda :-). Malam itu memang oke punya sebab kami sempat memasang api unggun, hujan berhenti dan langit terang gemintang. Kami sempat ke "planetarium gratis"nya Oom Han alias selama 1 jam memandangi bintang-bintang di langit utara. Berhubung Bang Jeha dan Empoknya sedang mulai belajar nama-nama konstelasi di langit saat-saat ini, kami sempat "menurunkan ilmu" kepada pendekar pendekir lainnya. Ursa Major, Ursa Minor dengan Polarisnya, Draco, Cygnus dengan bintang alpha-nya Deneb, Lyra dengan bintang terterangnya Vega, Andromeda, Cepheus, deeste deesbe.
Bang Jeha dibantu JF menaikkan makanan yang sudah lebih enteng di malam hari kedua itu. Sedemikian banyaknya prens makanan yang dibawa orang Melayu kalau kemping sebab di malam terakhir pun, masih ada TIGA bag yang perlu dinaikkan, padahal tinggal memasak untuk BREAKFAST doang. Saking entengnya, saya melakukan blunder alias makanan itu kutarik sampai menyentuh dahan. Disaster keesokan paginya ketika Trisna yang menurunkan makanan melapor bahwa sebagian makanan amblas disikat binatang. Baru kemudian Ayrin menemukan sang maling ketika ia sedang di box dan sempat menikmati pemandangan di sekitarnya. Sejenis tupai atau 'ferret' kata Ayrin yang sudah menikmati sunpia ogut :-), muffin dan popcorn si JF/FH, serta entah apa lagi yang digasaknya sebab karena tidak bisa claim asuransi maka para tercolong tidak ngelapor :-). Seperti sudah kukatakan, jatah makanan serba berlebihan, sedemikian sehingga rendang daging isteriku yang uenak sekhalei tetap tidak habis disikat di malam itu alias masih tersisa.
Mong-ngomong box prens, engga ada dongeng kemping yang engga menyinggung soal box yach, baru pertama kalinya ini ogut mesti jongkok. Dasar Melayu semua, ada deh yang mulai be'ol atau pipisnya jongkok dengan akibat tanah dari sepatu berlepotan sekitar lubang. Kalau belum kebelet dan mau rajin sih memang bisa azha sebelum menunaikan panggilan alam, kita bersihin dulu. Tapi siapa yang kerajinan, jadi kuikut azha rombongan tukang jongkok dan untungnya Bang Jeha masih bisa atau biasa stijl "ngebom" gaya Melayu ini :-).
Seperti kujuduli tayangan ketiga di atas, hari Sabtu adalah hari yang cukup oke. Tunggu dongengan di hari Minggu ketika sepertinya seluruh propinsi Ontario dilanda angin kencang yang dingin sedemikian sehingga prenku yang bermaksud ikut boat cruise di Georgian Bay di hari itu pulang dengan "tangan hampa" karena ombak yang tinggi dan cruise dibatalkan. Setelah saling menukar ucapan 'good night sleep tight' (yes inside our sleeping bag), suasana menjadi hening kembali dan tak lama terisi oleh suara "jangkrik" dari dua buah tenda. :-)
"Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota," bunyi nyanyian di masa kanak-kanakku. Pada hari Minggu itu, ketika bangun pagi dan terkadang angin mulai menderu, kusudah berfirasat 'we are stuck', boro-boro pergi ke kota. :-) Akang Trisna yang bertugas memasak makanan pagi masih disayang Oom Han sehingga hujan salju, snow flurries, yang selalu "diiming-iminginya" belum tiba. Kukatakan kepada para peserta seusai kemping, ketika saya dan Cecilia pertama kali menjadi 'rookie' kami dilarang keras mengucapkan 'four letter word' yang dimulai dengan R. Ya 'rain' sebab kami kemping dengan para bulek. Nah, si Trisna, setiap saat bilang "flurries (lagi)," dengan akibat ya sang flurries tidak pernah meninggalkan kami sepanjang kempingan.
Ingat "pepatah" Bang Jeha, bahwa di setiap perkempingan kita selalu bisa belajar atau mendapat pelajaran baru? Pak JF dengan bersemangat sekali mau membawa telur atau memasak makanan dengan menu telur. Soalnya ia baru saja membeli tempat telur yang dari plastik itu. Jadi kugembrengin azha untuk silahkan membawa telur sebanyak-banyaknya karena yang kepunyaan sendiri engga bisa dimasak :-) kecuali kalah melawan banteng di pertandingan matador. :-) Untuk yang engga ngerti kisah matador tanya si Mia anak Sanbima. :-) Nah, kalau Anda juga masih ingat runtuhnya dahan generasi pertama ketika makanan baru kami kerek, sang telur si JF rupanya ikut pontang-panting ke bawah dan hampir semuanya pecah. Akan halnya telor bawaan si Empokku, tidak ada satupun yang berantakan karena ia memakai tempat telur yang dari kardus tetapi DIDOBEL. Itu rahasianya sehingga telur bawaan kami tahan banting.
Tidak lama setelah kami semua menyantap makanan pagi, hujan salju mulai turun dibarengi angin yang untuk ukuran tikus angin puyuh. Seekor tikus nyingnying memang masuk ke tenda si JF/FH di malam pertama :-). Mereka lupa kali bahwa makanan tabu sekali untuk ditaruh di dalam tenda, karena mengundang tikus maupun beruang bila makanannya setenda :-). Untunglah JF orangnya gesit dan tabah sehingga dengan satu jurus pencak Sopeng yang pernah dipelajarinya :-) sang tikus langsung diraup dengan sebelah tangan dan dilemparkannya ke luar tenda sampai masuk ke air danau, plung :-). Tamat riwayat sang tikus kurang ajar itu :-) sebab tak ada SD tikus di Pen Lake rupanya. Trisna yang bijak tidak lama kemudian membuat api unggun sebab itulah cara satu-satunya untuk kami 'survive' di udara luar di suhu yang pasti sudah menjadi negatif dengan faktor angin puluhan km per jamnya.
Pelajaran kedua di hari itu adalah, siapkan acara rohani yang bisa membuat para campers lebih tabah menghadapi "cobaan hidup" :-) bila kita tahu akan kemping di suhu yang begok. Jadi berkat ide Bebeth, sudah kusiapkan acara syering perjalanan iman kehidupan kami yang di Serviam disebut BCC. Jadi sambil menikmati hangatnya sang api di pagi hari itu, kami melakukan refleksi sendiri-sendiri dulu dan kemudian mensyer apa-apa yang kami rasakan maupun alami sesuai dengan bacaan untuk Misa 7 Oktober tersebut. Isi syering BCC tentu 'off the record' dan tidak akan disinggung sehurufpun di dalam tayangan ini :-). Yang penting, mental para peserta terlihat semakin tabah sebab selama sisa hari Minggu itu sampai dengan keesokan paginya, flurries kesayangan Trisna terus numpang lewat.
Ingat bahwa kemping ini adalah program Jeha Outfitter alias tak lama setelah kami selesai makan siang, kesempatan untuk bersiesta alias tidur siang :-). Berkat doa-doa Anda, terutama si Tikno :-), menjelang jam makan malam angin mereda meskipun tak ada satupun kanu yang lewat di hari itu. Cukup waktu untuk Cecilia mulai menyiapkan hidangan nasi uduknya, lengkap dengan terik tempe patent :-) ditambah abon, ketimun dan daun salada, dendeng, sunpia, plus tak lupa telur dadarnya. Saking uenaknya rendang sisa kemarin, meskipun rakyat sudah kenyang makan nasi uduk, mereka meminta kami untuk memanaskan kembali sang rendang agar dapat digasak habis. Jadi kemping bersama Jeha Outfitter kumplit sekhalei, makanan rohani disediakan, jasmani tak kekurangan serta suasananya santai, penuh dengan tawa dan canda. Sebetulnya inilah yang paling membuatku hepi dan kesengsem dengan semangat SEMUA peserta. Diberikan cuaca segilak itu, tidak ada satupun yang manyun dan menggerutu termasuk Akang Trisna pencinta flurries :-). Dari waktu ke waktu kami saling ngeledekin dan ga ada yang THP kaya sementara warga milis ini yang suka sensitif :-) padahal di dalam rumah yang hangat dan nyaman tinggalnya :-). Seriusan prens, kalau kita sudah mampu 'count our blessings' di dalam suasana iklim yang gila-gilaan, adanya teman sehati sepikiran, syukur-syukur si jantung hati :-), makan masih 3 kali sehari dan enak-enak lagi, gimana kita tidak tetap berterima kasih kepada Oom Han. Ketambahan, boleh dikata setiap malam kami dapat menikmati api unggun berkat persediaan kayu bakar yang berjibunan. Jadi meski judul tayangan ini tidak oke, namun bagi kita semua para anak-Nya, tiada hari yang bego dan buktinya akan kita baca bersama di tayangan ogut terakhir atau yang kelima esok hari. Bai bai lam lekom.
Kepada temanku yang sudah bisa pensiun di comberan, aku suka syer bahwa yang membuatku semakin mantap untuk cabut tahun depan adalah agar lebih banyak lagi kesempatanku untuk pergi kemping. Soalnya sering sekali terjadi seperti apa yang kami alami di akhir pekan lalu. Tiga hari tiga malam suhu sangat tidak ideal untuk kemping berkanu, yang paling parah di hari Minggunya. Eh eh eh, weladalah hari Seninnya bukan main indahnya. Padahal kami harus pulang meninggalkan Pen Lake karena keesokan harinya harus mencangkul lagi di comberan :-(. Coba terbuka kesempatan untuk sangat flexible karena ogut sudah menjadi 'retiree'. Artinya kita bisa cabut hanya di hari-hari yang ideal. Ga pa pa lach yauw sebab dengan pengalaman luar binasa yang kami alami, seluruh peserta berseri-seri menyambut hari Senin yang indah. Benar, itulah Thanksgiving Day, hari bersyukur kepada-Nya yang dirayakan di seluruh Kanada.
Meskipun jatah muffin JF dan FH untuk makan pagi yang menjadi tugas mereka sudah amblas dimakan tupai, mereka tidak kekurangan akal untuk menciptakan menu baru. Telur yang dibawa Cecilia sebanyak 6 butir masih tersedia lengkap. Supermi pun masih ada. Jadi mereka lalu membuat martabak berisi bakmi. Meski porsinya serba mini :-), yang penting cukup enak martabak Pen Lake tersebut. Sambil menunggu selesainya breakfast, semua peserta sibuk membereskan perlengkapan kemping maupun membersihkan tenda. Mungkin hanya saya seorang yang merasa sayang sekali kami harus keluar dari hutan, bukannya masuk lebih ke dalam lagi :-). Entah berapa orang yang merindukan dapat memeluk guling mereka lagi di malam harinya, berapa yang kangen bisa mandi di bawah pancuran air hangat kembali, berapa yang ga perlu lagi jongkok di atas box :-).
Kemping di musim panas memang asyik. Meskipun jam 5 sore baru berangkat atau masih mendayung, kita tahu bahwa masih ada matahari selama beberapa jam. Taruh kata basah oleh hujan atau kecemplung, dengan lekas kita bisa menjadi kering dan hangat kembali oleh matahari yang kencang tidak peyot seperti di musim rontok. Tidak perlu kita mengenakan pakaian berlapis-lapis atau jaket 'down' maupun memakai sarung tangan. Hanya ... kemping di musim panas ada "teroris" bernama nyamuk, black fly, deer fly, horse fly yang dapat membuat Anda 'fly' ke dalam tendamu. Bagiku sendiri, kecuali di musim dingin, setiap musim membawa hikmah dan keasyikannya sendiri-sendiri. Seperti juga tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, tidak ada kemping yang serba ideal seperti nanti di "Tanah Terjanji" :-).
Sekitar jam 10-an, para peserta boleh dikata sudah siap semua untuk melakukan 'canoe loading'. Sebagai biasanya wong Melayu yang senang akan kenang-kenangan alias difoto, acara potret memotret memakan waktu hampir setengah jam, termasuk eksyen di atas kanu sambil mendayung, dilatar-belakangi pemandangan pohon yang masih cukup berwarna-warni. Selain suhu yang sejuk, angin hampir tidak ada alias permukaan danau relatif tenang. Bayangkan bila kami harus pulang di hari Minggu kemarin :-). Tuhan Mahakasih :-). Sambil hati tersenyum, saya mulai mendayung di buritan, tugas rutinku sekarang ini menjadi pengemudi mengimbangi kecepatan dayung isteriku di haluan. Sepuluh dua-puluh lima-puluh terkadang 100 dayungan sebelum ia minta pindah dari satu sisi ke lainnya. Otot mendayung di sebelah kirinya sudah semakin kuat, hampir menyamai bagian kanannya. Seperti sering kukatakan, mengulangi salah seorang guru kanuku, kalau bagian kirimu lemah, dayunglah lebih lama disitu dan akibatnya nanti dikau menjadi 'balance' atau sama kekuatannya. Karena ia anak penurut seperti semua peserta kemping kali ini :-), maka sekarang ia mampu untuk mendayung lama di sisi mana saja. Itulah esensi kehidupan, latihlah kelemahanmu dan engkau akan menjadi kuat. Hilangi kekwatiranmu dan engkau akan menjadi pemberani. Kita selalu belajar dari setiap camping trip dan semoga keenam peserta lainnya di trip Jeha Outfitter kali ini demikian pula halnya. Terima kasih atas persahabatan Anda semua, sampai berjumpa di pendayungan tahun depan. Selamat memasuki musim dingin yang pasti tidak akan sedingin di Pen Lake di muka api unggun :-). Sebagai tanda terima kasih kepada Anda sekalian dan semua temanku yang lainnya yang sudah menemaniku di dalam kempingan di Y2K+1 ini, kunyanyikan lagu di bawah ini untukmu semua. Bai bai lam lekom.
Starry starry night
Paint your palette blue and gray
Look out on the summer's day
With eyes smiling and gay
Shadows on the hills
Sketch the trees and the daffodils
Kept the breeze and the winter chills
Flaming trees that brightly blaze
Swirling clouds in violet haze
Goodbye to you spring and summer
We will meet you again next year
Adieu, farewell, good night sleep tight.