Salah satu peserta trip yang kukirimi bon berisi angka yang mencerminkan murahnya interior camping, menulis betapa inginnya ia untuk tidak perlu lagi kembali ke "dunia" yang digulatinya saat ini. Ia sangat menikmati suasana jaman dahulu kala katanya (maksudnya di Indo) ketika keadaan masih tenang aman dan damai. Dari suratnya yang sederhana, ia sudah mensyer betapa ia baru saja sempat menikmati suasana surgawi di dunia ini di tengah-tengah alam yang asri.
Salah satu rombongan sempat melihat 'moose' atau kerbau airnya Kanada. Kalau mereka masuk lebih ke dalam lagi, paguyuban moose-nya akan lebih cuekan, tidak seperti di Pen Lake yang kabur melihat manusia, kemungkinan sering diudak-udak para mat kodak. Karena 13 dari total 19 peserta tidak pernah sekalipun kemping ke interior atau hutannya Kanada, sejak 5 hari sebelum cabut saya sudah memantau ramalan suhu. Parah sekali, tidak ada satupun hari tak berhujan dan untuk hari Seninnya, diramalkan curah hujan sampai 25 mm. Itulah sebabnya saya perlu memberikan semangat ekstra antara lain dengan menayangkan-ulang kisah saya sendiri ketika pertama kalinya canoe camping. Syukurlah tidak ada satupun calon peserta ketika itu yang membatalkan niatnya untuk ikut "cari susah" bersama saya di Jeha Outfitter trip yang kesekian kalinya ke Algonquin Pen Lake. Seseorang bukan saja menghitung tinggal berapa hari lagi hari-H-nya tetapi juga jam dan menitnya :-) .
Hari-H yang ditunggu-tunggu sejak kami merencanakan interior trip ini beberapa bulan yang lalu secara secermat mungkin, maklum perbekalan dan lain-lainnya perlu dipikirkan untuk 19 orang dimana 6 adalah anak- anak, tiba. Ya, Jum'at 1 Agustus akan merupakan hari bersejarah bagi ke-13 peserta yang pertama kalinya masuk ke dalam hutan di Kanada. "Tidak seseram yang saya bayangkan semula Oom," kata salah seorang dari mereka di suratnya per japrian. Maklum anak-anak Indo, mendengar kata hutan dan beruang, langsung badannya bergidik, tubuhnya gemetaran sehingga perlu membeli 'bear spray' sebagai perbekalan :-) . Mungkin salahnya saya sebab, meskipun saya taruh di paling akhir, barang itu saya masukkan di dalam daftar perbekalan bersama yang akan saya bawa seperti cooking-set, frying pan, stove, water filter, etc.
Sesuai dengan perencanaan, tepat jam 10:25 Bang Jeha Anda tiba di 'rendezvous location', Hw 400 dan Hw 9 untuk selanjutnya bertiga mobil dulu, kami cabut ke Algonquin melalui Hw 11 alias Yonge Street konon jalan terpanjang di dunia. Setelah melalui beberapa kota kecil alias ndesonya Kanada seperti Orillia, Bracebridge, Gravenhurst, kami tiba di Huntsville untuk kemudian mencari tempat piknik dekat Oxtongue Lake, guna makan siang bersama. Acara yang mestinya 'potluck' ini menjadi luck tanpa pot buat kami berdua sebab pensiunan Anda tadinya mau beli makan siang di Subway tapi melihat yang ngantri ada puluhan orang, jadi mundur teratur :-) .
Menu makan siang dengan Melayu tentu cocok di perut sebab suguhan utamanya adalah nasi yang buat orang kaya si Bebeth, adalah kebutuhan hidup :-) . Tidak lama setelah selesai makan, kami nyeberang tak jauh ke Algonquin Outfitter tempat salah satu persewaan kanu di cagar tersebut. Harganya sebetulnya tidak yang paling murah dan saya pilih karena 'canoe fleet'-nya saya suka, yakni merk Swift seperti kepunyaan si saya. Mereka mencoba membanggakan bahwa servis mereka lebih bagus dari Opeongo Outfitter, saingannya tetapi di dalam beberapa email, saya dapat mengetengahkan, dari di atas kertas, servis mereka biasa biasa saja. Namun, setelah berhadapan muka dengan muka, memang mereka menjadi fleksibel atau hal-hal yang tadinya mereka ngotot, menjadi oke beres lah. Untungnya, terima kasih kepada pengalaman pahit Santoso dan Linda dengan musibah U-Haulnya, saya masih teringat untuk minta apa-apa dicatat "hitam di atas putih". Ketika kami datang, baru jam 2:30 sore dan menurut email atau komunikasi dengan si bos di toko tersebut, semua barang yang disewa sebelum jam 5 dihitung alias terkena extra-charge. Saya sudah katakan, saya hanya mau mulai menyewa PFD untuk anak-anak saja supaya ukurannya pas. Si Richard yang melayani bilang, "don't worry" dengan maksud kami bisa mengambil semua PFD yang akan kami sewa dan tidak dihitung untuk hari itu. Saya lalu minta ia memparap dan menulis bahwa sewa kami memang untuk 3 hari saja, 2 s/d 4 Agustus dan ia mau melakukannya. Alhasil, ketika kami kembalikan semua barang sewaan kemarin sore dan saya mau di-charge 3.5 hari, tulisan tangan si Richard sudah menyelamatkan kami dari biaya tambahan puluhan dollar. Moral of the lesson for the day: good documentation saves your day :- ).
Algonquin Pen Lake ideal untuk dipakai bagi mereka yang pertama kalinya canoe camping sebab selain ada satu danau besar yang harus kami lalui, Rock Lake, juga ada portaging jenis sedang, P375. Artinya ada jalanan trail sepanjang 375 meter yang harus kita tempuh untuk memindahkan barang dan memanggul kanu ke pinggir danau berikutnya. Rutenya juga mudah, dari Rock Lake ke arah selatan dan susuri pantai barat asal jangan melenceng masuk ke teluk. Sudah saya wejangkan seingat saya kepada mereka yang mulai duluan, kanu saya yang terakhir soalnya, bahwa hindari teluk. En toh, ketika saya mendekati sang teluk, semua kanu sedang macet kebingungan di mulut teluk dan sebagian sudah mau masuk :-) . Jadi pelajaran pertama di Sabtu pagi itu, penting sekali untuk membiasakan membaca peta kalau tidak mau nyasar, disamping kemahiran memperkirakan kita ada dimana di peta tersebut.
Kembali ke selesainya proses penyewaan kanu di Algonquin Outfitter, setelah PFDs dan dayung yang pas dengan ukuran kita anak-anak Asia kami peroleh, langsung tujuan terakhir Rock Lake kami kebut. Kami mau memanfaatkan sudah tersedianya sang kanu disana untuk dipakai lagi bagi latihan terakhir, terutama bagi Awi yang sedang keranjingan ... ngedayung :-) . Karena agak sedikit terlambatnya Jeha Outfitter Anda melakukan pemesanan campground di Rock Lake, kami hanya kebagian campsite berlistrik alias mahal mek, $ 28 per malamnya padahal kami tidak butuh-butuh banget listrikan, bosen dong :-) . Tetapi ternyata situs disitu membawa manfaat karena letaknya menjadi tidak jauh dari dimana kanu sewaan kami terhampar alias mudah untuk bolak-balik kesitu. Situs berlistrik selain lebih mahal, tidak menarik saya sama sekali kalau kemping. Soalnya para tetangga ada dimana-mana di samping kiri kanan depan belakang kita dan apa yang kita omongin mereka dengar. Bagusnya cuma kalau ada suara-suara aneh dari dalam tenda mereka, kita bisa mendengarnya juga :-) . Untunglah kami cuma semalaman doang di campground Rock Lake karena memang kami atur sebagai tempat rendezvous terakhir sebelum ke Pen Lake.
Tak lama setelah makan malam berupa nasi dengan daging balado yang untuk Bang Jeha khusus tidak ber-lado :-) kami santap, datang rombongan kedua dbp Bang Roli. Kedatangan satu anak Betawi asli lagi, Bang Herry membuat campground di sekitar situ bergelegar karena kami ketawa mulu :-) . Ya, Bang Herry orangnya memang lucu dan karena pernah tinggal di Surabaya, jadi ngertos Jawi juga kaya Bang Jeha Anda yang bininya anak Jawa :-) . Kalau saja keesokan paginya kami semua tidak harus bangun jam 6, dijamin satpam Rock Lake akan datang mengunjungi situs kami yang ribut terus. Ya, terakhir kemping di Grundy Lake maupun di Rock Point, kami ditegur karena suara kami katanya kedengaran sampai ke kantor padahal sudah menjelang jam 11 malam :-) . Itu juga bagusnya kalau Melayus kemping, mendingan di interior sebab selain keributan diperlukan untuk mengusir beruang, tidak akan ada tetangga di samping kiri kanan depan belakang. Campsite terdekat bangsanya sekilometer jauhnya dan itu juga sebabnya.
Meskipun saya diminta untuk membangunkan rakyat jam 6 pagi, karena kita targetkan cabut mulai jam 8, menjelang subuh sudah kedengaran lagi suara- suara melayu yang ribut. Makanan pagi adalah bubur Mpok Suzy yang sudah terkenal ke seantero Toronto :-) . Habis ludas sebab selain jumlahnya sudah dihitung cermat, tidak ada seorangpun yang mau kelaparan ketika mendayung, suatu pelajaran atau kiat berharga nantinya. Udara memang mendung ketika keenam kanu kami luncurkan dari pantai di dekat campground, bukan dari 'put in' yang resmi. Itu adalah istilah untuk tempat menaruh mobil yang kami tinggalkan dan lalu barang kami muati ke dalam canoe. Ternyata, udara seperti itu, mendung tapi tak hujan merupakan dambaan seorang peserta yang suka alergi bila terkena sorotan matahari. Kebutuhan manusia memang lain- lain :-) . Eniwe, siang malam doa saya sebelum berangkat adalah agar ombak di Rock Lake jangan terlalu besar, dikabulkan Oom Han. Pendayungan diawali dengan mulus, berkat beberapa kali latihan yang sudah kami lakukan sebelum trip. Kecuali kebingungan di muka teluk yang saya sebut di atas, sekitar 1.5 jam kemudian kami sudah mendarat di awal portage trail ke Pen Lake.
Sembilan belas peserta ke interior memang rekornya sahaya di Kanada, di Melayu pernah bersama 50 orang mendaki Pangrango :-) . Akibatnya kami sadar bahwa jumlah barang yang akan kami bawa berpotong-potong sehingga semuanya diberi pita warna-warni dan disesuaikan dengan tempatnya di kanu. Praktek yang bagus karena memang ketika melakukan portaging, kami tidak hitung-hitungan barang ini gue punya yang itu barang elu. Semua beban menjadi milik bersama dan kita panggul bersama, yang lebih kuat membawa lebih banyak, kalau perlu 2-3 kanu :- ). Di trip kali ini saya menjadi bak cowok Bali alias bini gue yang kerja jadi kuli :-) . Bojoku yang butuh testing apakah ia masih tetap awet muda, 2 kali melakukan portaging canoe kami, di awal dan di akhir perjalanan. Memang, kecuali cewek bulek yang kekar-kekar, jarang saya melihat cewek Asia kuat menggotong kanu. Kanu sewaan pun dengan gesit di-portage oleh para 'rookies' yang mau merasakan berapa berat dan susahnya sih memanggul kanu, kalu si bule bisa masa gue engga. Perilaku seperti itu memang diperlukan oleh kita anak Melayu di negeri ini, terutama bila kitanya baru landed dan PD masih rada jongkok. Akibatnya, dalam waktu sekejap kita sudah mulai berkanu lagi di Pen Lake menuju mencari campsite yang oke untuk menampung para "kurawa" Anda.
Arloji saya baru menunjukkan jam 11 ketika kita mendekati pulau pertama disitu. Instruksi saya bagi canoe yang pertama di muka, untuk menanyakan penghuni campsite di pulau itu apakah mereka akan menginap terus atau akan cabut di hari tersebut, tidak digubris. Juga permintaan saya melalui walkie- talkie. Akibatnya dibayar rada mahal karena selama 2 jam berikutnya, kelima canoe di muka saya keleleran sepanjang Pen Lake mencari situs yang bisa menampug 6 tenda. Canoe saya yang terakhir dan saya dekati penghuni campsite di pulau tersebut. "Are you guys staying tonight or are you leaving?", tanya saya ketika selesai basa-basi 'hi, how are you'. "We will leave in about half-an-hour," kata si cewek dan saya lalu minta ijin menaruh satu pack kami di atas karang di tepi pantai pulau itu, sebagai tanda bahwa kami sudah tapin sang situs. Mulailah Empok Suzy, pendayung di haluan saya berhalo-halo kepada rombongan di muka mencoba meyakinkan bahwa pulau lebih aman dan asyik. Sudah saya duga, tak mudah mencari campsite yang dapat menamppung 6 tenda alias ada lapangannya. Bagusnya pulau tersebut, ada pantai berbatu karang yang luas dan juga dekat untuk perjalanan kembalinya karena ramalan cuaca untuk hari Senin, hari pulangnya kami adalah hujan lebat. Laporan terakhir dari tim 'scouting' hanya mengatakan cuma campsite "Tikno" yang bisa menampung 6 tenda dan kendalanya, tidak ada situs lain di dekatnya sebab seharusnya kami perlu memakai 2 campsite. Oya, campsite tersebut dinamakan Tikno karena tokoh legendaris ServiamTO bernama tersebut pernah kesana :-) . Seperti saya katakan, proses keleleran mencari situs memakan waktu 2 jam dan sialnya saya serta Mpok Suzy tidak membawa sepotongpun makanan karena daypack kami yang berisi makanan atau foodpack kami ada di kanu di muka. Alhasil baru jam 1 siang mereka kapok mencari dan kembali lagi menuju pulaunya saya dan Mpok Suzy. Alalhasil jam 2 baru kami mulai makan siang di hari itu, suatu pelajaran bahwa di interior siap-siap untuk kelaperan kalau kita tidak membawa makanan di kantong.
Tidak lama setelah makan kami mulai mencari kapling masing-masing dan untunglah si saya masih kebagian lahan relatif rata yang agak jauhan ke dalam hutan. Lumayan sedikit bau pesing karena rupanya kalau malam hari, para campers yang malas ke box kencingnya di sekitar lahan yang kami pilih. Pantes banyak banget jamur yang tumbuh di sekelilingnya :- ). Mong-ngomong box, salah satu hal yang mengerikan dari kemping ber- 19-an adalah kalau sekaligus semuanya harus boker. Kalau sih sungai di Indo dimana kita bisa bererotan sebaris, sambil boker sambil becanda kaya empok-empok di pinggir kali Ciliwung jaman dulu :-) . Akibatnya saya membawa satu portable toilet yang sempat memberikan jasanya satu kali. Yang juga lebih penting, menu makanan kami sensor ketat agar tidak termasuk jenis provokatur buat perut kita. Jatah empoknya ogut adalah nasi uduk dan pepperoni pasta, bakmie Medan Janti/Benso dan sandwich luncheon Awi-Herli dengan akibat pemakaian box berjalan cukup mulus. Mumpung cerita mengenai box yang buat interior camper sama kaya lencana wing di dada paratroopers :-) , sudah berhasil memakai box, trip kali ini lain dari yang lain buat si saya. Anda mungkin sama tahunya bahwa kalau kita tinggal di Amerika Utara dan lagi kebelet di jalanan, carilah resto McDonald karena WC- nya yang paling bersih, jauh lebih bagus dibandingkan WC di pompa bensin. Nah, setiap pagi di campsite kami di Pen Lake, box kami ada yang bersihin sampai semengkilap WC di McD karena dikuras pakai air bagian atasnya. Itu sebabnya acara ke box menjadi salah satu atraksi menyenangkan dan para peserta semangat semuanya mau ikutan lagi :-) .
Para peserta sudah melaporkan kepada saya mengenai rekor jumlah bentolan hasil gigitan nyamuk dan lalat di cagar Algonquin. Ada yang di satu sisi kaki dan tangannya 20-an ada yang 30-an. Rupanya rekor digigit nyamuk/laler selama hidup mereka en toh mereka tidak kapok. Mereka sudah menemukan sesuatu yang tidak ada satu propesor di dunia, baik dari ilmu kedokteran apalagi dari ilmu entomologi, yang bisa menjelaskannya. Ya, kenikmatan tubuh ketika bentol-bentol yang puluhan itu kita garuki :-) . Kita tahu kenapa jadi bentol dan gatel dan sang pakar sudah mengetahui persis susunan kimiawinya. Namun ilmu mereka belum bisa menjelaskan kenapa menggaruk gatal itu membawa nikmat sedemikian sehingga sementara peserta sudah mau pergi lagi ke interior :-) .
Camping di interior memang exciting, dari mulai pagi-pagi ketika harus ke box dan menjerit "ada orang engga" sampai ke malam hari. Salah satu sumber keasyikan adalah membuat sistim tali-temali untuk mengerek makanan ke atas pohon, tepatnya di antara 2 pohon. Sebelum kita bisa memasangnya, kita harus mencari pohon bercabang yang cukup tinggi dan sang cabang akan kuat untuk dipakai menahan beban makanan 100-an kg. Lalu kita lempar tali yang lebih ringan untuk dipakai sebagai 'leader' menarik tali yang kuatan dan mengikatnya ke dahan pohon. Nah, upaya lempar-lemparan batu ini bagai perlombaan menimpuk mangga tetangga :-) . Bang Herry yang rupanya waktu kecilnya jago kalau soal mangga tetangga, berhasil melemparkan batu ke antara 2 dahan tinggi di salah satu pohon yang kupilih. Itulah kegunaannya hobi melempari mangga tetangga waktu kecil, terpakainya di cagar Algonquin. Prosedur selanjutnya relatif mudah, yakni memasang katrolnya sehingga dengan 2 pulley tersebut, makanan dapat kita turun naikkan dengan oke termasuk kalau kita melakukan day trip. Sudah cukup sering saya ke interior, puluhan kali so pasti, termasuk yang berkanu. Tetapi baru sekali ini saya merasa betapa tidak ruginya ongkos sewa yang jatuhnya sekitar $ 10 per orang per hari. Kanu-kanu itu hampir tidak ada istirahatnya, dari mulai pagi sampai malam hari. Kalau tidak dipakai latihan mendayung dan sight-seeing berburu pemandangan, dipakai mancing dan masih belum cukup puas, juga latihan tebalik-tebalikan. Kalau saja kanu itu bisa menjerit mungkin doi akan bilang "gue cape mek" :-) . Ya, guna membina PD seorang canoeist, yang bersangkutan harus sudah pernah merasakan kecebur baik tak sengaja, moga-moga di air yang tidak terlalu bau :-) , ataupun yang sengaja ketika latihan. Dengan demikian ia bisa mendapat 'feeling' di posisi mana kanunya yang miring sudah pasti akan terbalik. Ia juga perlu melakukan latihan 'canoe to canoe rescue', bagaimana mengosongkan air dari kanunya yang sudah tenggelam dengan bantuan kanu lainnya, membalikkannya ke posisi celentang, memerosotinya, untuk lalu menaiki kembali sang kanu berdua dengan partner-nya. Itulah yang kami lakukan, para canoeist yang tinggi semangatnya yang bercita-cita untuk seperti Pierre Trudeau terus berkanu sampai berusia 80 tahun :- ).
Di awal tayangan sudah saya singgung bahwa ramalan cuaca untuk week- end lalu buruk nian. Setiap hari probabilita terjadinya hujan lebih dari 30% dan 80% di hari Senin. Namun, berkat doa restu Anda yang menyertai kami, di malam Minggu saya sempat sekitar sejam tidur di atas batu karang memandangi langit yang lumayan berbintang. Target saya sederhana, cukup melihat beberapa biji meteor yang lewat sebelum tidur. Soalnya semingguan lagi, akan terjadi puncak hujan meteor dari komet Swift-Tuttle, lebih dikenal dengan sebutan Perseid meteor shower. Cita-cita saya tercapai dan kepada "dewi meteor" saya sudah 'make a wish', beberapa malahan, agar apa yang saya dambakan tercapai. Ya, di tengah alam raya kita menjadi anak-anak kecil lagi yang bila melihat meteor atau bintang jato kata anak Betawi, disuruh 'make a wish' oleh bokap nyokapnya. Puncak menjadi anak kecil lagi terjadi keesokan siangnya ketika bojoku yang seharusnya sudah menjadi oma-oma bermain ciprat-cipratan lawan anak-anak kecil. Kasian ya, waktu kecil ia kurang banyak bermain sepertinya.
Trip kami di Minggu siang kami lakukan ke suatu tempat favorit orang sinting yang selalu kami ajak bila ke Pen Lake. Air terjun alami dengan kolam bak di kahyangan. Hanya kalau disana, konon, bidadari yang jelita sudah menanti untuk kita jadikan permaisuri, di Pen Lake masih mesti kita cari :-) . Kidding aside, anak-anak termasuk yang tuwek dan sudah berumur 50-an menikmati banget bermain perosotan di air terjun alami itu. Selain airnya jernih dan menyegarkan, tiada orang gila lainnya yang ada di sekitar kami sehingga seolah- olah "kahyangan" itu kami yang punya. Itu sebabnya pelukis kita, Bang Roli menjadi sangat produktif. Satu lukisan Bang Roli yang ia buat ketika masih di campsite bukan main indahnya, lebih indah dari aslinya. Tak heran kalau pelukis kondang jadi kaya raya karenanya. Entah lukisan Bang Roli di Pen Lake itu akan ia jual berapa dollar, maksudnya berapa juta dollar :-) .
Hari Minggu 3 Agustus memang hari terpadat acaranya dan tersibuk juga. Dari mulai pagi s/d malam ke 19 sintingers bercengkerama bercanda-ria dan dilengkapi dengan makan nasi uduk all-you-can-eat. Baru pertama kali ini saya dan nyonya mesti memasak nasi untuk 19 orang di interior, Melayu lagi alias doyan banget kan jatah nasinya. Api kompor kubuat sekecil-kecilnya dan juga panci segede alaihim buat masak sudah kutinggikan sehingga memang tak ada sebutirpun yang hangus. Hanya ketika saat testing tiba, bagian atasnya belum sempurna matangnya. Untunglah aku mempunyai seorang asisten yang selama kemping menjadi konselor urusan permasakan karena memang doi gape banget. Ya, Janti-nya Benso mengajariku ilmu baru, melubang-lubangi nasi dengan gaya Inul alias dibikin bolong-bolong gede pake sumpit yang dikodek-kodek hingga membuat bentuk kerucut-kerucut. Akibatnya memang nasi uduk menjadi oke punya dan ditambah dengan cem-macem temannya seperti dendeng asli sumbangan Silvi, kripik tempe si bojo, telur dadar, ketimun, bawang goreng dan tak lupa sambal kacangnya, jelas tak ada yang akan menegur kalau mertuanya lewat pada saat makan. Makan nasi uduk belum lengkap kalau tidak disusul kemudian dengan dessert anak Indo juga, kue agar-agar segar pakai santan gula jawa. Gimana tidak pada hepi ke 19 sintingers di atas :-) .
Minggu malam sayangnya udara mendung sehingga kami cuma ngobrol ngerumpi di dekat api unggun. Kalau urusan bermain api, anak-anaklah yang paling hepi sebab bukan saja emak bapaknya engga ada yang bilang "awas jangan main api" seperti kalau sedang di rumah, tetapi malah membantu mencarikan kayu- kayu dan ranting-rantingnya. Entah mengapa anak-anak senang bermain api, mungkin itu salah satu faktor genetik bawaan kita dari nenek kakek moyang kita ketika masih tinggal di gua dan heaternya api unggun. Selama kami kemping di pulau di Pen Lake itu, boleh dikata api unggun ada terus, bayangkan supply atau harga kayunya kalau harus beli seperti bila kita car camping. Hiburan anak-anak lainnya adalah memancing dan di hari Senin siang, mereka beruntung menemukan fishing hole dimana tinggal cemplungin pancingan, ikan langsung menggigit meskipun tak ada umpannya. Selain merupakan kelompok paling hepi bila di interior, anak-anak yang masih lugu alias belum mengenal bedanya naik kanu dan naik Mercy/BMW :-) , malah mungkin kanu lebih asyik karena "per" alamnya membuai-buai, lebih rileks. Kalau sudah kecapaian mereka akan bles tidur dan bangun- bangun lagi di pagi hari. Tidak ada yang memikirkan mbesok akan di- PHK atau gimana membuat resume yang bagus dan handal di dalam job interview. Kita bisa belajar banyak dari anak-anak di dalam interior camping.
Kemarin saya ke eks cangkulanku untuk rapat dengan teman-temanku yang akan interior camping bersamaku di dalam dua trip. Baru kutahu bahwa eks juraganku yang sudah 2 kali melanggar janji untuk makan siang bersama, benar-benar sedang sakit dan sudah sebulan lebih engga ngantor. Ternyata ia sedang ditest cem-macem karena sendi-sendinya, lututnya dan betisnya sakit serta bengkak. Sudah 20 kali ia ke dokter selama sebulan ini dan mereka masih terus melakukan test. Vonisnya katanya akan didengarnya semingguan lagi. Semoga ia oke sebab ia sangat kuatir. Ia masih perlu bekerja sedikitnya 10 tahun lagi karena anak-anaknya masih kecil, katanya. Ya, itulah contoh khas seorang yang karirnya di bidang IT dan penuh dengan cem-macem stressor sehingga lupa rileks dan 'take the time off'. Kata anak bule yang hidupnya seimbang, "There is life outside the office".
Bersama-sama kami Melayus di Toruntung ini sudah menikmati kehidupan di alam asri yang menyegarkan, jauh dari ketegangan duniawi dan bikin- bikinan maupun kebegoan oleh karena ulah manusia. Seperti sering saya katakan, di setiap canoeing camping trip saya selalu belajar. Saya yakin para rookies alias pemula di trip kali ini belajar banyak dan semoga mereka tidak rugi harus membayar "uang kuliahnya". Semoga mereka mampu mengimbangi kehidupan mereka agar jiwa raganya sama sehatnya seperti kantongnya. Uang yang berkelimpahan, rumah baru yang bagus seperti dimiliki oleh eks juraganku yang baru pindah, menurun sekali nilainya bila kesehatan kita menjadi amblas karena kita lupa berekreasi dan berileks. Itulah gunanya Jeha Outfitter di Toronto ini :-) , mengingatkan sekali lagi kepada Anda semua, your time in this planet called earth is not forever and you better take advantage while you still can enjoy it. Sekian dulu, sampai berjumpa di dongengan Bang Jeha berikutnya, bai bai lam lekom.