Algonquin Rock Lake

Algonquin Rock Lake di access point nomor 9 dari cagar alam Kanada yang sudah terkenal kemana-mana adalah salah satu favorit saya dan nyonya. Ia merupakan salah satu "persimpangan" utama para canoeist yang suka menjelajahi Algonquin. Ada 4 cabang dari Rock Lake, tiga di antaranya sudah pernah kami tempuh, yakni yang ke Pen Lake dst, yang ke Lake Louisa dst serta yang ke Galeairy Lake yang terus bisa sampai ke kota Whitney, kalau kurang kerjaan. Itulah yang menjadi pilihan tujuan kami berdua pada saat kami cabut dari Toronto, di pagi hari yang cerah, Selasa 26 September. Sebetulnya bersama beberapa prens anak Toruntung, kami sudah merencanakan pergi ke Algonquin lewat access point 6 Smoke Lake ke Ragged Lake di akhir pekan minggu depan, Thanksgiving Day di Kanada. Namun ramalan pepohonan rontok di Algonquin konon mencapai puncaknya akhir pekan kemarin sehingga kami ubah rencana minggu depan dan lantaran sahaya sedang jadi pengangguran, pensiun lagi setelah nyangkul sekitar 2 tahun-an, kami berangkat di hari biasa.

Tiada yang lebih asyik lagi berangkat ke luar kota untuk tetirah, interior canoeing sih, di hari biasa. Sudah begitu, musim "perbaikan jalan" di Ontario ini sudah lewat sehingga jalanan mulus bukan main. Ya, sebetulnya cuma ada 2 musim di propinsi ini, musim dingin dan musim perbaikan jalan :-). Rasanya engga rugi banget punya mobil, biarin itu di-lease alias bukan mobil dhewek, kalau jalanannya mulus dan pemandangannya serba aduhai. Kalau Anda baru saja landed di Kanada dan menclok ke propinsi Ontario, salah satu dalih atau alasan untuk betah adalah pemandangan musim rontoknya yang tiada duanya. Kalau Anda bisa kenyang cuma dengan melihat daun-daun yang berwarna-warni, mungkin cukup satu alasan itu sahaja :-). Nah, hampir setiap musim rontok saya dan isteri bepergian keliling propinsi ini. Dapat saya laporkan, menurut beta sih, route di antara kota Minden dan Dorset di Hw 35, adalah salah satu yang paling indah, kalau bukan yang ter, pemandangan musim rontoknya. Jalannya berkelak-kelok turun naik dan disana-sini terbentang danau, terkadang danau yang luas dilatar-belakangi pemandangan daun berwarna-warni. Tidaklah kita akan menyesal telah meninggalkan tanah air kita padahal disana kemungkinan kita sudah menjadi presdir atau dirut dengan harta M-M-an rupiah :-), kalau saja kita tak pindah ke Kanada.

Tiada yang dapat menggantikan kenikmatan seperti itu, meskipun kami cuma makan siang di pinggiran danau setelah Minden, di tepi Hall Lake yang permai. Makannya juga cuma salad bikinan lokal alias si bos, ditambah sangu tanda kasih seorang warga milis Anda, sosisbrot bikinan doi yang segede gajah :-). Sehabis Dorset menjelang kota Dwight di tepi Hw 60 yang melintasi Algonquin, pemandangan masih oke. Weladalah pas kita udah di Hw 60, barulah terlihat dampak dari badai hujan di hari Minggu lalu yang melanda daerah tersebut. Daun-daunnya sudah pada rontok alias bukit-bukitnya banyak yang gundul. Untung banget dah kami lewat Minden dan Dorset, kalau engga kuciwa banget. Sesampai di Rock Lake, daerah perbukitan disitu yang biasanya juga cemerlang, boleh dikatakan sudah passe, not worth driving 4 hours to see that kind of scenery. Hanya saja, karena memang kami senang camping dan canoeing, setelah selesai ngeload kanu, berangkatlah kami menuju salah satu pulau di ujung Rock Lake, bernama Rose Island.

Pulau ini pernah kami inapi suatu kali sehingga kira-kira tahu bagusnya. Kami pilih satu campsite yang pantai bertebing karangnya paling luas. Entah itu pilihan yang benar atau salah, nanti akan kami ceritakan kenapanya. Hari itu matahari bersinar cerah meski sesekali tertutup awan. Suhu memang agak dingin, sekitar single digit di malam hari. Jadi kami hanya memanaskan diri di depan api unggun dengan supply kayu yang cukup berkelimpahan, gratis kalau kita camping di interior. Langit sebetulnya cerah, jutaan bintang bisa terlihat. Eh bohong, yang namanya 'million of stars on the sky' itu cuma angan-angan pengarang sebab sebetulnya kalau kita mau menghitung jumlah bintang yang bisa kita lihat dengan mata telanjang, paling ratusan, paling banter seribu 2 ribu dah kalau mata Anda masih jeli dan Anda bukan calon dioperasi katarak :-).

Nah, hari pertama Selasa dan sepagian di hari Rabu, kami benar-benar menikmati interior camping kami dimana paginya kami hiking mengelilingi pulau yang lumejen luasnya. Jalan cepat 45 menit, selesai kami telusuri seluruh pulau dan bertemu dengan 3 kelompok sintingers lainnya yang juga kemping di pulau tersebut, kebetulan cowoks semuanya. Mulai sorenya, ramalan cuaca akan terjadi thunderstorm, benar-benar terlaksana. Hujan bak dituang-tuang, halilintar dan bunyi guruh menggelegar dari waktu ke waktu. Kalau canoeing di Moraine Lake bulan lalu kami bisa menyanyikan bait kedua dari lagu How Great Thou Art, di malam kemarin kami benar-benar bisa menyanyikan bait pertamanya karena rolling thundernya memang serba stereophonic, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan. Itulah seninya kemping di interior, kita bisa mengagumi Sang Pencipta baik dari jumlah bintang yang bilyunan di galaksi-galaksi yang juga bilyunan jumlahnya, konon, sambil menikmati gelegar bunyi geledekNya.

Karena tidak menyangka angin yang menerpa kami akan sedemikian kencangnya, maka canoe kami yang ringan banget sebab terbuat dari carbon kevlar, cuma saya tengkurepkan di pantai dan saya tambati ke pohon. Untung juga. Sebab ketika hujan sedang deras-derasnya dan angin menderu-deru, canoe tersebut diterbangkan digulingkan beberapa kali oleh angin, hampir kecemplung ke danau kalau saja tidak ada tali penambatnya. Karena dihantamkan ke tebing karang, belakangan kami lihat bagian yang disebut 'air chamber', yakni yang membuat suatu kanu tidak bisa tenggelam, sudah porak-poranda alias jebol. Nasib dah. Moga-moga saja, bila saya kirim ke pabriknya bulan depan seusai musim canoeing kami di Ontario ini, mereka akan mau memperbaiki dalam masa jaminan garansi.

Eniwe, sebagaimana layaknya punya isteri Jowo :-), Bang Jeha merasa beruntung biarin kanu udah jebol, kami masih punya kanu untuk dipakai pulang ke darat. Bayangin kalau kanu ketiup angin kebawa ke tengah danau. Mau berenang tentu saya akan kalah cepat dari hanyutnya sang kanu dan bisa dipastikan kalau saya nyemplung ke air yang dingin itu, bang jeha Anda pulang tinggal namanya doang alias ko'it dah gue :-). Moral of the story, hidup adalah seperti sedang sekolah di universitas kehidupan yang terkadang mahal bo uang kuliahnya :-). Namun, itulah yang namanya 'live your life to the fullest'. Iya engga prens?, terutama ente-ente yang akan ikut canoeing bersama kami ke Frontenac Park minggu depan. Sampai berjumpa di kisah yang akan datang. Lam lekom bai bai.

Rock Lake, 28 Oktober 2006
Home