Marilah kita berterima-kasih terlebih dahulu kepada Bung JD yang konon, kata doi, sudah mengeritik habis-habisan mengenai subyek ini. Karena tayangan komentarnya saya ingin memberi kesempatan kepada Anda semua nanti untuk juga mengomentari apakah terapi yang dikembangkan oleh Dr. William Glasser ini hanya untuk orang Barat atau universiil sifatnya. Dongengan ini akan kutulis dalam beberapa bagian dan mulai sekarang Reality Therapy kusingkat RT supaya ogut tidak cape menulisnya. Sedikit bio dari Dr. Glasser, doi lahir di Amrik tahun 1925. Lulus sepikologi (clinical psychology) dari Case University di Cleveland, Ohio pada tahun '48 tidak lama setelah daku lahir. Ia meneruskan jadi dukun dan gelar MD diperolehnya pada tahun '53 dari UCLA. Ia mengambil spesialisai psikiatri, selesai pada tahun 1957 dan mendapat sertifikat untuk berpraktek sebagai sepikiater di tahun '61.
Mengapa Bang Jeha menekuni RT? Karena aku ikut paguyuban Parent Support Group dimana mantan pendiri dan beberapa tokohnya adalah lulusan Glasser Institute. Selama beberapa tahun mereka ikut kursus tersebut, dengan biaya beberapa ribu $ sebelum mereka diberikan sertifikat sebagai 'reality therapist Glasser'. Karena tidak mempunyai waktu tahunan dan modal beberapa ribu $ itu, saya hanya ikut kursus pengantar atau 'Intro to RT'. Mereka berikan dalam beberapa 'session', di beberapa akhir pekan dan ongkosnya juga cuma ratusan $ :-). Tetapi saya sudah ikut "praktek" puluhan kalau bukan ratusan kali bersama mereka, memakai teori RT dalam membantu para ortu di paguyuban kami. Di dalam kesempatan yang lain mungkin akan saya dongengkan mengenai Parent Support Group, tapi mereka yang sudah kenal lama dengan saya tahu mengenai salah satu "kesibukan karena kurang kerjaan daku" itu. Intinya, PSG tempat ngerumpi para ortu yang anaknya 'toxic', umumnya dalam usia remaja.
Inti dari RT-nya Dr. Glasser beliau kembangkan dari Control Theory yang diajarkan oleh William Powers. Ia mengembangkan teori itu selama 20 tahun di awal karirnya dan sekitar 2 tahun yang lalu ia namakan Choice Theory, CT. Jadi Choice Theory-lah yang dipakai sebagai falsafah RT, bahwa manusia yang sedang dalam keadaan amblas, merasa doi tidak mempunyai pilihan lain. Oleh karena itu, bantuan yang utama adalah dalam memberikan pencerahan kepada si malang atau orang yang berkasus, untuk melihat pilihan-pilihan yang dapat dilakukannya. Mari saya dongengkan sedikit mengenai CT.
Di dalam buku berjudul yang sama, Dr. Glasser secara panjang lebar menerangkan
kebolehan CT dibandingkan dengan teori era dinosaurus, Stimulus-Response (SR)
Theory. Katanya a.l., "We have made technical progress because we are willing
to change theory. We have not made human progress because we are not willing
to change theory. All human problems stem from our unwillingness to give up
an ancient theory" (SR theory itu). Ia mengatakan, semua problem manusiawi
yang berkelanjutan atau "abadi" disebabkan masalah relasi dan SR Theory
menghancurkan relasi. SR Theory menghadapi permasalahan karena:
1.Saya ingin kamu melakukan sesuatu yang kamu tidak mau.
2.Kamu ingin saya melakukan sesuatu yang saya tidak mau.
3.Kita ingin satu sama lain melakukan sesuatu yang yang kita sendiri tak mau.
4.Saya berusaha melakukan sesuatu yang sebetulnya saya enggan tetapi saya
melakukannya untuk menyenangkan orang lain.
Psikologi SR didasarkan kepada sesuatu yang salah, bahwa kita adalah kelompok
yang 'externally motivated' dan ia membantah mitos sbb.
1.Stimulus mekanis membuat saya mengangkat pesawat telepon yang berbunyi
atau stop ketika lampu lalulintas menjadi merah. Meski itu anggapan yang
salah tetapi ia tidak menimbulkan permasalahan.
2.Saya dapat membuatmu melakukan sesuatu tak peduli kamu mau atau tidak.
3.Adalah benar dan baik, malahan kewajiban morilku, untuk memaksa kamu
melakukan sesuatu, baik melalui ancaman, hukuman, atau ganjaran (reward).
SR Theory perlu diganti dengan Choice Theory karena menurut Glasser, kita
semua 'intrinsically motivated' dengan kenyamanan yang terjadi bila salah
satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasar kita tercapai. Sebaliknya, bila salah
satu dari kebutuhan itu tidak tercapai, kita menjadi penderita.