Reality Therapy III

Semoga lewat satu contoh soal bo'ong-bo'ongan si Tom Didi anak Betawi, Anda semua sedikit mulai memahami apa itu RT. Untuk mengerti ataupun mempraktekkan RT, kita perlu paham akan CT, Choice Theory. Para terapis RT Glasser maklum bahwa inti permasalahan kasus per kasus adalah manusia sedang berada di dalam hubungan yang tidak membahagiakan, tidak oke, tidak hepi. Terapis yang oke punya harus mampu mencerahkan sang client, membimbingnya ke arah relasi yang oke lagi, yakni dengan berperilaku yang BERBEDA dari sebelumnya. Sesuatu yang selama ini tidak mereka mampu lakukan, atau tidak mau. Tentu saja sukar karena mereka sedang kelelep atau berada di dalam jurang yang kelam. Mereka mungkin sedang senteres tetapi tidak jarang sedang mengalami depresi berat. Satu hal yang patut Anda ingat, bila Anda bukan seorang konselor profesionil dan merasa "client" Anda sedang depresi berat, anjurkan ia pergi ke mereka yang memang sehari-hari menangani depresi karena Anda bisa mencelakakannya.

Para terapis RT Glasser akan selalu memakai kata atau kalimat yang dimulai dengan "You choose ...." Istilah mereka, "The client is choosing his/her behaviour in an attempt to deal with the frustration caused by the unsatisfying relationship." Jadi mereka akan mengajarkan bagaimana melakukan pilihan lain yang lebih efektif di dalam hubungan si client dengan orang lain. Mengapa seseorang berperilaku tertentu tidak terlalu penting sebetulnya. Si terapis akan lebih memfokuskan bagaimana sang client dapat memperbaiki hubungan di masa depan. Saya ambil satu contoh kasus dari tayangan 'Mama Boy' kemarin, yakni perilaku ibu si Kasep. Tante K. sohibnya ibuku kabur mengungsi ke rokum nyokapku karena tidak tahan di-abuse oleh si Kasep. Di kasus terakhir, si Kasep mengamuk karena doi tidak mau memberikannya uang sebab akan dipakai foya-foya, main perempuan.

Tante K. memilih untuk menjadi senteres, kabur, depressed. Kalau saja ibuku yang mengerti RT dan menasihatinya, kemungkinan sukses akan besar sebab ia sangat percaya kepada ibuku. Jadi nomor satu di dalam suatu RT session adalah membina hubungan dengan client sehingga ia merasa oke, percaya bahwa kita akan membantu menolongnya. Anggap azha ibuku terapis Glasser dan makan sekolahannya :-). Ia akan berkata, "K. how would you like things to be?" Tante K. akan mengeluarkan litani keinginannya, yang terpenting agar si Kasep tidak kurang ajar lagi atau abusive. Lalu nyokapku akan bertanya lagi, "What have you done so far to achieve it?" Apa saja yang kau lakukan sehingga si Kasep tidak kurang ajar lagi. Jawabnya hampir nol alias tidak ada, hanya menangis, kalau tidak tahan uang diberikan juga, kalau sampai eneg-mbleneg, kabur ke rokum sohibnya. Lalu enyakku akan berkata, "Would you like to do something else then?" Hampir pasti doi akan manggut dan itulah awal suatu RT session, kesediaan si client untuk mengubah perilakunya. Sadar bahwa selama ini perilaku atau perbuatannya tidak membuahkan hasil yang oke kalau tidak semakin nyungsep kelelep atau amblas lebih dalam ke jurang. Itulah sebabnya terapis RT banyak memakai kata 'choose', Anda telah memilih sebab bila Anda sadar bahwa apa yang Anda lakukan hanyalah satu pilihan, Anda dapat dicerahkan bahwa ada pilihan yang lainnya.

Menurut Oom Glasser, untuk menjadi terapis RT yang sukses, seorang harus mempunyai suatu relasi yang sukses di dalam hidup doi sendiri. Masuk di akal yach pren, gimana kita bisa mengajari orang atau jadi guru kalau kita sendiri ancur-ancuran hubungannya dengan orang lain? Oleh karena itu, bila Anda sudah mampu menjawab pertanyaan "Apa itu suatu hidup yang sukses?" Anda sudah mempunyai sedikit modal. Kembali kepada kebutuhan manusia, berarti di dalam relasi Anda dengan manusia lainnya atau di pergaulan sosial, Anda hepi dan merasa oke. CT mengajarkan bahwa sepikologi manusia yang umum, yang membuat kita cenderung mengatur orang lain, agar hidup di dalam 'quality world' kita, adalah sesuatu yang destruktif. Kita harus meninggalkan budaya seperti itu, budaya ngatur dan belajar memahami CT. Hanyalah melalui CT, kita dapat memperbaiki kembali relasi yang begok di dalam pernikahan misalnya, mempunyai hubungan dengan sedulur maupun antara sesama kita yang oke punya.

Home Next Previous