CT atau Control Theory berprinsip bahwa semua perilaku kita, dengan hanya sedikit penyimpangan, misalnya perilaku homoseks, merupakan pilihan. Perilaku ini sifatnya lebih luas dari yang biasa kita kenal sehingga Glasser memakai istilah 'total behaviour'. Tidak ada seorangpun yang memilih menjadi sakit atau menderita, tetapi secara tidak langsung komponen-komponennya Anda pilih dan itulah yang dimaksudkan dengan 'total behaviour'. Apa itu komponennya? Sudah kusinggung sedikit di tayangan pertama, bertindak: acting, berpikir: thinking, merasa: feeling dan fisiologis yang menemani ketiga komponen itu.
Dr. Glasser memberikan suatu metafora untuk menjelaskan hal itu. Katakanlah bahwa pilihan kita untuk berperilaku adalah suatu mobil. Mesin mobil merupakan kebutuhan dasar kita. Kemudinya memberikan kita kesempatan untuk menyetir sang mobil menuju quality world kita. Keempat komponen itu adalah roda- rodanya. Bertindak dan berpikir, jelas suatu pilihan, merupakan roda depan sang bo'il. Mereka yang menentukan kemana mobil itu menujunya. Perasaan dan fisiologis adalah roda belakang yang ikutan wae. Oom Glasser memang tidak memiliki bo'il dobel gardan ataupun yang roda belakangnya independen :-), jadi katanya, feeling dan physiology tidak dapat kita pilih secara langsung. Secara tidak langsung kita tetap dapat memilihnya. Misal kalau kita memilih membenturkan kepala kita ke layar displei komputer kita, "roda belakang" atau perasaan kita akan sakit, yang satunya, ubun-ubun kita mungkin akan bor-boran darah, istilah anak Betawi untuk luka parah. Kalau kita telah tidak membuat pilihan gosblok itu, kita tidak akan sakit kepala dan berdarah.
Bila seorang datang ke terapis, pada umumnya orang itu sedang mengalami masalah dalam hubungannya dengan orang lain. Mungkin ia berkata, "Saya sedang depresi." Tetapi apa yang ia keluhkan sebetulnya perasaan sakitnya, yakni komponen feeling dari total behaviour yang dipilihnya. CT menjelaskan, meski depresi sesuatu yang gaswats, si pasien tidak memilih untuk sakit secara langsung. Apa yang ia pilih adalah ia berhenti untuk secara aktif berusaha memperbaiki hubungannya. Ia memilih untuk berpikir dan berkwatir dan berangan-angan untuk dapat dekat (lagi) ke orang yang bersangkutan. Mungkin Anda belum pernah berjumpa dengan seorang ibu yang sedang depresi karena anak perempuan remajanya kabur dari rumah. Wuih prens, segala macam KEMUNGKINAN yang ngeri-ngeri dan serem-serem ia bayangkan dan ceritakan.
Di dalam suatu session RT, bila client mampu memilih tindakan dan pikiran yang lebih efektif, ia akan keluar dari depresinya dan merasa oke lagi. Sang terapis akan mencuekkan kedua "roda belakang", feeling dan fisiologis. Ia akan memfokuskan kepada komponen acting dan thinking karena keduanya dapat "dikemudikan". Oleh karena itu Glasser berpendapat penyakit mental tidak disebabkan oleh ketidak-seimbangan kimiawi di otak. Depresi dan segudang sakit mental disebabkan oleh suatu pilihan. Ketidak-seimbangan kimiawi bukan penyebab tetapi akibat dari acting dan thinking yang kita pilih. Berkeringat bukan disebabkan kita lari di hari yang panas. Itu adalah akibat yang normal, fisiologisnya karena kita memilih untuk lari di siang bolong. Bila kita tidak memilih untuk berlari kita tidak akan bergerak dan berkeringat.
Itulah sebabnya para terapis RT Glasser akan mengarahkan konseling kepada pemakaian kata kerja, bukan kata sifat yang dialami clientnya. "Bang Jeha, ente udah kemakan teori bule ah, udah jelas-jelas ogut lagi amblas begini, eh ente bilang itu pilihan." Oke, coba saya terangkan lagi mengapa mungkin Anda perlu merubah gaya bahasa Anda sehingga RT dapat bermanfaat bagi Anda. Pertama, bila Anda sedang frustasi, sebetulnya normal untuk menjadi marah. Melalui menjadi marah, lebih mudah untuk Anda mengembat balik dan melukai hati orang yang bersangkutan. Tetapi, memilih untuk berdepresi memungkinkan Anda mampu untuk meredam sang kemarahan. Hal itu sangat efektif bagi sementara orang sehingga mereka tidak merasa marah, tetapi semakin marah mereka menjadi semakin depresi. Karena dibutuhkan enersi untuk berdepresi, itu sebabnya mereka lalu menjadi sangat lelah. Nah, dengan memilih untuk tidak melakukan hal yang mudah itu, berdepresi, kita dapat mengubah hidup kita.
Kalau Anda sudah berpengalaman menjadi konselor, amatir atau profesional, mestinya Anda maklum, berdepresi itu adalah salah satu cara yang sangat mudah sehingga orang membantu kita. Orang yang melihat kita seperti itu, akan tergopoh-gopoh datang membantu, ya engga? Kebutuhan kita akan power terkadang membuat kita sungkan kan untuk mengemis minta tolong. Berdepresi jadinya oke bagi orang yang seperti itu. Masih ingat akan si Kasep? Kuberani taruhan, waktu ia kecil, ia mendapat banyak perhatian dari ortunya ketika ia ngambek, membanting-banting cem-macem barang dan segala ulah 'mama boy' lainnya. Kuyakin anak milis Sepikologi ini, apalagi Paroki-Sby, tidak ada yang seperti itu, memakai depresi untuk mendapatkan perhatian.
Ketiga, dengan berdepresi, Anda menjadi tidak perlu melakukan PR :-). Sesuatu yang Anda tunda-tunda sampai saat terakhir atau bila gurunya begok, Anda tidak pernah mau membuat PR. Dari waktu ke waktu saya suka membantu mencarikan pekerjaan bagi temanku yang di-PHK. Ada 2 kubu. Yang satu mengatakan, mereka hepi dengan pesangon yang diterimanya dan kalau toh bekerja lagi, 50% dari gaji perlu disetor ke Oom Chretien, PM Kanada. Yang lainnya memilih berdepresi dan setiap menelepon mengeluh mengapa dunia tidak adil. Kedua warga kubu itu tidak mau membuat resume, melamar, dengan kemungkinan ditolak! Manusia mana yang tahan setiap hari ditolak lamarannya? Jadi prens sadayana, itulah sebabnya terkadang kita memilih menderita saja, berdepresi agar dengan demikian, kita dapat terhindar dari hal-hal yang kita tidak sukai. Bila Anda sejauh ini mulai paham akan teori RT, atau Anda akan dapat menyelesaikan masalah Anda sendiri dengan lebih mudah, atau dapat membantu orang lain yang sedang bermasalah untuk melakukan pilihan yang lainnya.