Algonquin Sec Lake, Barron Canyon

Mendengar namanya, kecuali Anda penggemar kemping berat, mestinya Anda tak tahu dimana letaknya bagian dari cagar alam Algonquin di propinsi Ontario ini. Kota terdekat dengan Sec Lake adalah Pembroke 400 km di timur laut Toronto, tak jauh dari Ottawa, ibu kota negeri ini. Dari Pembroke kita masih perlu menuju ke barat, kaga ambil untung, 50-an km lagi dimana sebagiannya sudah jalan kampung kata anak Betawi, gravel road kata si bulek. Why, ngapain kami jauh-jauh kurang kerjaan bermobil sejauh itu, hanya untuk kemping di suhu satu angka. Because, lantaran Barron Canyon, adalah jurang yang terbentuk sekitar 11 ribu tahun lalu, ketika kelima danau besar di Amerika Utara, yakni Ontario, Erie, Michigan, Huron dan Superior masih menjadi satu danau raksasa bernama Algonquin Lake. Air yang mengalir ke laut dari danau sealaihim itu melewati sungai bernama, ya Barron River. Konon, sedemikian dahsyatnya aliran air itu sehingga Niagara River yang sering Anda tsk-tsk-tsk-in mah kaga ada apa-apanya. Seorang geologist memperkirakan debit air di Barron River sekitar 1000 kali Niagara Falls.

Kesanalah kami 'the six sintingers, ogut dan bojo, Herli dan Awi, Bang Herry dan Mpok Fiona, di akhir pekan Thanksgiving 7-11 Oktober 2005 ini. Perjalanan kesana biasa-biasa sahaja, uneventful kata anak Kanada. Pemandangan untuk kami yang sudah lama di Ontario, pohon berwarna-warni disana-sini juga sudah lumrah lumayan bagusnya. Yang sedikit surprise, kaga kelewat heran sebab sudah kami lihat gejalanya sejak beberapa tahun kemping, 2 mobil berisi 6 cungkuo-ren yang memuat kanu di atasnya ikutan ngedaftar kemping ke interior. Menarik perhatian saya sebagai direktur Jeha Outfitter, bagaimana mereka menaruh 2 kanu di atas satu mobil sebesar Honda Civic. Akalannya, mereka memakai dua batang kayu dimana kedua kanu bertengger di atas kayu tersebut, cuma ditaruh demikian saja dan baru di bawah kayu diganjel busa atau 'foam block' menempel ke atap mobil. Jelas bahwa outfitter atau tempat penyewaan kanu mereka sudah memberikan kiat itu. Memang mobil tidak bisa dikebut alias jalannya harus perlahan tetapi yang penting mereka nyampe ke Sandlake Gate. Itulah kantor atau pintu gerbang pendaftaran bagi mereka yang ingin masuk ke cagar Algonquin lewat access point 20 Sec Lake dan beberapa lainnya.

Setelah bermobil non-stop sejak jam 7:30 pagi kecuali untuk makan siang di Pembroke, sekitar jam 1 siang kami tiba di kantor Sandlake Gate. "How many people already registered going to Sec Lake?," tanyaku ke si noni karyawati kantor cagar. "Only one group of people," kata doi. Saya berminat tahu, itu sebabnya kami berangkat Jum'at, karena saya ngara satu tempat di interior Sec Lake yang prima, da best pokoke :-). Berkat ngebut sepanjang jalan dibantu bojoku yang tidak bawel lagi kasih komando kalau ia yang di belakang setir :-) kami berhasil memperolah situs prima itu.

Bila Anda tinggal di propinsi ini cukup lama dan memiliki petanya atau sudah pernah bepergian ke utara, tak bisa tidak Anda akan melihat suatu daerah cukup luas bernama Algonquin Park. Cagar seluas 7700 km persegi ini, dengan total canoe route sepanjang 2000 km, seumur hidup tak mungkin kita samperin satu persatu ribuan danaunya. Namun, jelas bahwa untuk Ontario bagian selatan cagar ini merupakan tempat kunjungan utama wisatawan luar negeri, terutama dari negara-negara Eropa, yang ingin merasakan keheningan dan keasrian alam raya, tempat untuk menyegarkan kembali jiwa raga yang letih lesu. En toh kita anak-anak Toruntung, mungkin sudah mengabaikannya, padahal kalau kita baru keluar dari aiport dan menyusuri Highway 401 ke timur, satu-satunya papan petunjuk ke luar kota bertuliskan "Algonquin Park 250 km". Jelaslah sudah bahwa papan itu dimaksudkan buat turis dari mancanegara untuk woro-woro ke mereka, salah satu kahyangan di dunia ini hanyalah sejauh itu. :-)

"The Barron Canyon is Algonquin Park's most spectacular scenic wonder," tulis brosur petunjuk ke cagar alam itu. Itu sebabnya saya membuat trip JHO ini sebagai trip terakhir kami untuk tahun 2005. Melihat keajaiban alam sekaligus menikmati warna-warni pepohonan sepanjang jalan, kembali sebagian dari 300 ribu pengunjungnya per tahun, berasal dari luar batang. Hanya sayang sedikit Benso yang sudah mendaftar untuk trip ini, berkat sayang anak, tidak jadi ikutan. Salah seorang puterinya lebih suka ikut trip sekolah ke cottage kepunyaan Tim Hortons. Mana mungkin JHO bisa menyaingi kehebatan Oom Timmy:-). Namun, karena ia tak jadi ikut, ramalan cuaca yang tadinya bakal sekitar 0C tidak terjadi. Suhunya lumayan "hangat", cuma sekitar 5C di malam hari alias biasa-biasa azha untuk kami yang senang kemping di musim rontok. Tak perlu diulang sebetulnya, keasyikan kemping tanpa ditemani cem-macem serangga yang sudah menghilang sejak akhir September.

Suhu yang dingin mudah ditanggulangi sebab kemping di interior berarti kami bisa memasang api unggun saenak-udele dengan kayu 'all you can saw'. Kalau saja Bang Herry dan Mpok Fiona tidak menyajikan Bakmi BM yang tak kalah enaknya dengan Bakmi GM di Jakarta dengan porsi seabrek-abrek, so pasti kami akan memanfaatkan bara api unggun itu. Barulah di malam kedua dan ketiga kami membakar jagung dan ubi serta singkong sebagai 'late snack'. Dapat hamba laporkan ke Bang Roli yang sedang tetirah di Finlandia :-), roti bakar a la Edu di Killarney masih tetap lebih asyik Bang. Soalnya demand melebihi supply, biasa dah.

Seperti sudah saya syer di tayangan pertama, campsite tujuan kami adalah yang paling oke dari semua interior Sec Lake campsite. Setiap pagi kami disuguhi pemandangan danau yang tenang airnya bak kaca. Dari permukaannya muncul uap air berbentuk kabut yang naik ke atas menyajikan suasana seperti di kahyangan. Mungkin mirip seperti saat Joko Tingkir didatangi 7 bidadari bahenol, cuma sayangnya di Sec Lake mah ada bini aye doang :-). Seriusan, bangun pagi, nyerudut kopi sendirian azha sambil duduk di atas kursi lipat dan di meja tersedia kue semprong coklat, sungguh hidup menjadi nikmat. Oya ampir lupa, yang membuat hamba tercengang ketika kami selesai portaging dan sampai di campsite pilihan itu adalah ... tersedianya meja yang besar sekali ... buat bermain kartu :-).

Seperti pernah saya syer di milis serviamTO, emak saya dari pihak ayah, setiap hari bermain kartu ceki bersama prennya sesama manula. Engkong saya dari pihak ibu, jagoan main per, poker kata si bule. Tak salah lagi warisan genetik untuk berjudi mengalir di dalam darahku :-). Weladalah, tak kusangka gen ini bisa 'cross species' kaya flu burung azha, isteriku ketularan. Anda yang sering ikut trip JHO tentu kenal akan Queen Latifa Mpok S. Kalau ia berkanu, duduknya di tengah-tengah doang dan kerjanya cuma baca buku, pake kacamata rayban alias sunglasses :-). Itu sebabnya ia dijuluki Queen Latifa oleh para prennya. Isteriku yang jadi gila bermain kartu, sudah dijuluki Queen Latupok oleh peserta trip. Salahnya sendiri. Dua kali kami 'day trip', dua-duanya ia minta pulang lebih cepat sebab kepengen main kartu katanya. Alamak memang sebab di saat canoeing di Grand Lake, saya masih mau ngedayung di Stratton Lake yang asri, serene, menenangkan kalbu. Walah ogah katanya, main kartu azha. Apalah tujuan hidup seorang suami kalau sudah begini ini, kecuali menyenangkan isterinya agar ia selalu hepi, baik di ranjang maupun di meja tupok, ihik ihik :-).

Permainan kartu bernama truf yang digandrunginya memang mengandung filsafat kehidupan. Bila Anda bisa bermain bridge, aturan dasarnya mirip, yakni kita harus nge-bid. Beda dengan bridge, kita mainnya dhewek-dhewek alias tidak berpasangan dan kalau kita bid 3, kita cukup makan 3 kali. Begonya, total bidding ke empat pemain tidak boleh mencapai 13, harus lebih atau kurang sehingga so pasti akan ada yang kalah. Mirip jadinya dengan kehidupan ente kalau ente suka bandingin ama si tetangga yang "menang" mulu. Keblo'onan kedua atau aturan yang lebih sinting, kalau Anda sudah ngitung misal bisa menang 6 spade (sekop), Anda harus ngebidnya pake kartu ya 6 spade itu. Gimana kalu engga punya, katakan kartu Anda A K Q J 10 dan 4 spade? Ya ente cuma bisa ngebid 4 spade dengan kemungkinan over, dapet kebanyakan kalau mainnya lalu di kartu sekop entu. Pokoknya cuma orang sinting tapi semart yang bisa menang. Mirip kan dengan kehidupan, terkadang kita tahu mesti ngapain tetapi tak berdaya karena kaga punya "kartunya" bernama resources yang dibutuhkan.

Kita tinggalkan kisah Queen Latupok dan menuju ke tujuan utama trip kali ini. Highlight dari canoeing trip terjadi ketika kami mendayung sepanjang sungai menyusuri Barron Canyon tersebut. Pendayungannya mudah sebab downstream menuju ke hilir. Air dari Barron River akan bersatu dengan aliran Petawawa River untuk selanjutnya menjadi Ottawa River yang mengalir ke laut melalui St. Lawrence River. Hanya ada 3 portage di day trip menyusuri Barron River, yakni 100, 400 dan 420 meter. Bojoku melakukan portage kanu kami yang pertama dan kedua ketiganya dilakukan Awi yang tidak rela membiarkan sahaya yang masih muda ini untuk portage 800-an meter.

Karena canoeing downstream dimana mobil kami tinggalkan tentunya di awal pendayungan di Brigham Lake, kami punya 2 pilihan. Dayung balik lagi upstream plus tentu portagingnya atau sediain mobil buat balik ambil mobil yang satu lagi di Brigham Lake. Ketika saya pertama kali melakukannya, saya tinggalkan sepeda saya di ujung rute, sekitar 12 km dari Brigham Lake. Selesai paddling, saya cemplak sepeda dan ngenjot menuju Brigham Lake untuk ambil mobil disitu. Karena kali ini kami males bawa sepeda ratusan km untuk hanya dipakai demikian maka Bang Herry dan saya bolak-balik bawa mobil ke ujung route di dekat tempat bernama Squirrel Rapids.

Squirrel Rapids adalah tempat untuk kami keluar dari sungai sebelum sampai ke arung jeram yang tidak masuk acara. Selain type kanu JHO bukan untuk berarung-jeram (whitewater canoeing istilahnya) juga Queen Latupok Anda sudah tak sabar mau tupok :-). Selesai mengangkat kanu dari sungai ke daratan ke dekat parkir mobil, saya dan Bang Herry perlu balik ke Brigham Lake untuk mengambil mobil kami yang satunya lagi. Terbayang ketika saya pertama canoeing dan langsung nyemplak sepeda ngenjot 12 km untuk menjemput boilku. Dua mobil sudah ada lagi di Squirrel Rapids, dua kanu kami naikkan ke atas mobil dan cabutlah kami pulang ke campsite di Sec Lake.

Barusan per email, saya mendapat foto-foto kiriman hasil jepretan Bang Herry sekitar 8 Meg dimana satunya sekitar 150 KB alias ada 50-an foto yang perlu kuseleksi nanti. Memang inilah so pasti canoeing trip dimana istirahat dan potret-potretnya lebih lama dari ngedayungnya. Kalau nanti Anda melihat foto-foto yang dibuat oleh tiga "mat kodak" serviamTO, kuyakin Anda bisa memakluminya. Sebetulnya, yang membuat lebih tsk-tsk-tsk adalah ketika mereka kami ajak ke Barron Canyon Trail, melihat sang jurang dan sungai dari atas tebing 100-an meter. "Setua ini umurku," kata Bang Herry, "belum pernah aku melihat pemandangan semencekam semenakjubkan sehebat dari atas Barron Canyon ini," katanya lagi. Itulah akibatnya kalau hidup ente di rumah mulu :-). Becande, Bang Herry di Indo suka bertualang 'offroad' jadi kata-katanya bisa dijadikan pegangan alias kaga salah wong Kanada menyebut Barron Canyon pemandangan paling spektakuler di bagian dunia sini.

Hidangan di Sabtu malam itu adalah giliran kedua anak Betawi, Herry-Fiona yang mempersembahkan nasi uduk kumplit. Seperti sering saya katakan, tak perduli Anda sudah 100 kali kemping seperti Bang Jeha, di dalam setiap camping canoeing trip, akan selalu ada yang bisa dipelajari. Kali ini adalah teknik memasak nasi pake tanggok buat si saya yang diperagakan mereka :-). Ya, tanggok plastik itu mereka masukkan ke dalam panci dimana di atasnya mereka taro aronannya dan lalu tanggok mereka ganjel di atas batu. Panci diisi air secukupnya untuk ngukus dan bereksyenlah kompor MSR yang baru mereka beli dan demoin di camping trip ini. Teknik pakai batu itu saya tahu dan suka lakukan kalau saya bawa kukusan, tetapi umumnya dari logam, ga pernah pake tanggok plastik. Anak Betawi emang banyak akalnya ye :-).

Bang Herry langganan JHO memang sudah menyelami seninya interior camping yang oke punya sampai ia bersumpah-palapa kaga mau kalau cuma car camping :-). Salah satunya adalah memasak membawa makanan yang enak-enak ke interior. Akur pren. Dengan menikmati hidup seperti itu, makan enak di kempingan, taro kata kite dimakan beruang juga ye Bang, mati pan kaga nyesel :-). Apelagi bisa masup koran, syukur-syukur Kompas, "Tiga anak Betawi dan tiga anak Jawi mati dimakan beruang setelah menyantap nasi uduk di Algonquin Park lantaran beruang kepengen tetapi kaga kebagian." :-) Masih di dalam rangka sajian makanan enak, keesokan malamnya bojoku tampil dengan spesialisasinya, ayam isi atau istilah lebih populer, ayam opor kodok. Kaga salah dah para peserta untuk di akhir pekan Thanksgiving, diberi kesempatan khusus lewat makanan maupun cem-macem pengalaman menggumbirahkan oleh Sang Pencipta, untuk kami bisa mengucapkan tararengkiyu Oom Han bagi semua-semuanya.

"Bang murah amat tagihannye, kaga salah Bang?," tanya Bang Herry ke ogut setelah ia kukirimi invoice Jeha Outfitter. Mestinya kaga Bang, udah ogut itung dan memang termasuk makan-makan kita di restoran. Bang Herry rupanya belum meresapi bahwa camping canoeing JHO dijamin yang termurah di seluruh Ontario. Kalau biaya naik cruise 200 $ per harinya biaya trip JHO tidak sampai setengahnya ditambah produksi hormon hepi endorphine seabrek-abrek :-). Itu sebabnya ia selalu mau menggotong kanunya sebab ia sudah merasakan keasyikannya, apalagi ketika tiba di ujung portage dan bisa ngaso, katanya.

"Mas, kenapa nama jurang atau sungai itu Barron Canyon, pan biasanya nama tempat danau di Kanada kalu kaga nama Indian nama bule?," demikian ada yang bertanya. Lantaran disitu dulu para cukong alias baron kayu Kanada bercokol, salah satunya adalah Charles Brigham yang namanya diabadikan di danau tempat kami start. Kayu pinus merah dan putih, red pine white pine Kanada yang bagus-bagus, sampai sekarang masih berasal dari daerah situ. Buktinya ketika kami mulai masuk Algonquin kami berpapasan dengan 2 truk yang ngangkut kayu pinus gelondongan. Tak jauh dari campsite kami, tergeletak puluhan batang kayu lainnya yang sudah ditebang tinggal diangkut. Baidewe 100 tahun lalu kayu diangkut kaga pake truk tetapi dianyutin di atas air kali dimana puluhan ribu memenuhi Barron River. Terkadang kayu itu stuck dan sampai hari ini masih bisa dilihat dari satu tempat ke tempat lainnya, kayu yang macet menghunjam ke dalam dasar sungai sehingga kami harus awas di dalam berkanu.

"Bang Herry, ente mau liat tempat si Tom Thompson (pelukis termashur, satu dari The Group Seven Painters) ngelukis 'The Jack Pine'nya?", tanyaku ke doi. Sudah bisa diduga jawabnya. Itulah tujuan utama kami di hari Minggunya, mengelilingi Grand Lake sampai ke teluk bernama Carcajou Bay untuk mengambil posisi yang sama seperti ketika Oom Tom melukis lukisan termashurnya itu. Ini salah satu gambar 'The Jack Pine' hasil nge-Google: http://cybermuse.gallery.ca/cybermuse/search/artwork_zoom_e.jsp?mkey=11056 Pohon cemaranya sudah tidak ada tetapi kami mendarat di pulau kecil dimana menurut pelukis Anda, Bang Herry, mestilah disitu tumbuhnya sang pohon. Sayangnya, mungkin karena pelukis tidak sehebring tokoh orbek lainnya, tidak ada tulisan di pulau itu, inilah bekas batang pohon cemaranya Tom Thompson.

Wong bulek pencinta alam memang banyak yang rajin dan salah satu hasilnya sudah Anda lihat ketika saya syer bahwa ada meja makan plus buat main kartu di campsite kami :-). Anda mungkin sudah melihat dua meja dapurnya yang serba tinggi di foto tetapi ada satu karya mereka yang membuat kami kagum. Idenya sederhana, yakni di atas suatu batang pohon yang menjorok sampai ke danau, mereka ikatkan tali dengan pegangan kayunya. Semacam swing jadinya dimana orang atau lebih oke anak-anak yang mau 'have fun', berpegangan kayu dari darat dan mengayunkan diri ke tengah danau untuk lalu nyebur. Sayang air sudah dingin alias pasti kami akan kedederan kalau coba-coba bermain ayunan primitif itu. Itu sebabnya Bang Herry ngajakin balik ke Barron Canyon di musim panas tahun depan. Oke-oke azha Bang. Kita pindah nginepnya di Stratton Lake yang menawan kalbu untuk dari situ all the way portaging canoeing ke Squirrel Rapids menyusuri Barron Canyon. Ada banyak atraksi lainnya sepanjang perjalanan dari Stratton Lake, percaya dah. Sekian dulu dongengan kali ini, sampai berjumpa tahun depan, bai bai lam lekom prens sadayana.

Barron Canyon, 10 Oktober 2005
Home