Thermometer memang tidak ngibul. Angka 5C yang ditunjukkannya di pagi hari ini setengah kutak-percayai. Masa sih sudah mau bulan Juni, the best month of all the year :-), masih sedingin itu. Ngenjot juga ceritanya daku pakai celana pendek dan bener dingin prens. Tigabelas km kemudian sampai di kantor tetap saja betis dan pahaku masih dingin meskipun tubuhku sudah hangat karena "heater" tubuh ada di dada.
Lamunan dimulai dengan nasib para perokok yang tidak bisa seenaknya lagi untuk menyulut di seluruh restoran di kota Toronto mulai esok hari. Sebagai misua penderita asthma yang kalau mencium bau atau asap rokok sedikit saja ia menjadi sesak, saya bisa bernapas lega kalau ke restoran. Tak perlu lagi minta di non-smoking area. Terakhir kami ke restoran di Ely, Minnesota, kehabisan ruangan tak-berperokok itu. Karena melihat tidak ada seorangpun yang ngudut di daerah smoking, kami setuju untuk duduk disitu. Tak berapa lama, datang pasangan masih muda dan kinyis hanya si perempuan langsung menyulut rokoknya selesai memesan makanan. Karena pas di sebelah kami, langsung bojoku menutup hidungnya. Ga lucu banget kan makan sambil tutup hidung. Jadi langsung kuminta kami dipindahkan ke daerah yang non-smoking yang sudah ada lowongan kursi. Terberkatilah para pejuang anti-rokok di kota ini, karena restoran merupakan tempat umum yang suka kami kunjungi dimana orang masih boleh merokok sampai esok.
Kecepatan sepedaku kutambahkan hanya tidak kuketahui berapa persisnya. Ya, bike computer-ku atau speedometer canggih berfungsi cem-macem di stang sepedaku sudah wafat di tahun ini. Usianya memang sudah uzur. Dengan setia ia menemaniku selama beberapa ribu km. Melaluinya daku tahu sudah berapa jauh kubersepeda, masih berapa lama lagi sebelum tujuan dicapai, berapa kecepatan rata-rataku, kecepatan maksimum deeste. Tanpa dia, terasa sesuatu menghilang, "hidup" di atas sepeda bak kurang lengkap :-). Itulah kita. Sering kita ditemani sesuatu, seseorang, dan karena kebiasaan, tak kita hargai lagi keberadaannya. Sekali ia menghilang, barulah terasa.
Majalah Media edisi Juni sudah tiba di rumahku. Tak perlu diterka siapa yang menghiasi gambar kulit muka. Kedatangan Romo Sandyawan memang membawa angin hesbats di kotaku ini, maupun di Los Angeles dan San Francisco. Kemarin seorang spionku melaporkan. Ada warga milis Anda yang berani dan bijak sekali di dalam berbicara. Istilahku: assertive. Ketika semalam ia disuruh untuk sering-sering datang ke suatu pertemuan paguyuban orang beriman di kota ini, ia balas berkata, "Situ dong dateng ke Serviam." :-) :-) Keberanian Mo Sandy sudah ditularkan kepada doi rupanya. Jelas si penganjur ga bisa ngomong sepatah-kata pun prens. Kata anak Betawi, "kena telek". Semoga ia terus dipenuhi kebijakan dan keberanian seperti itu, sesuatu yang tidak sesuai dengan "orde hati-nurani", pinjam istilah Mo Sandy, akan ditentangnya.
Sedikit pegel karena belum ba'al, pantatku kugeserkan dari sadel sepedaku. Ya, Bang Jeha Anda baru beberapa kali mengenjot sepedanya di jalan raya kota ini. padahal hari Minggu esok mau ngenjot 50 km non-stop. Bojoku lebih nekad lagi karena ia sejak beberapa tahun ini ikut gacoannya ngenjot 50 km dari Lakeshore Blvd sampai ke York Mills Rd p.p. Baru sekali ia bersepeda dan itupun cuma 20 km-an. Alamat ia akan geser-geserin pantat dari waktu ke waktu. Namun, satu teman secomberanku lebih gilak lagi. J namanya dan ia salah seorang guru bersepedaku di kota ini. Ya, bersepeda dengan persnelling 21 gigi tentu lain dengan sepeda merk Philips-ku yang cuma segigi di Betawi. J yang tinggalnya di Markham, kota di timur lautnya Toronto, selalu ikut Ride for Heart dan ia mulai dari rumahnya. Selama 2 jam ia bersepeda dari rumah ke downtown ke tempat starting block. Ngenjot 50 km. Lalu balik pulang lagi dari downtown ke rumahnya. Total admiral (engga sreg pake jendral karena lagi pada bengkelai mulu :-)) 150 km sebab dari rumahnya ke downtown 50 km. Kataku, "You will surely have a sore bum J." Setengah meringis ia manggut dan mungkin si J akan menggeser pantatnya setiap menit esok lusa :-). Itulah, kalau kita menganggap kita sinting, ada lagi yang lebih gila. Kalau kita merasa kita yang paling apes nasibnya punya kenalan si Abin anak THP warga P-Sby :-), ada lagi yang lebih sial :-). Masalahnya, kita kebanyakan naik mobil sehingga kurang oke dalam menghadapi stress :-). Lamunan kuhentikan karena harus mampir di toko sepeda Burl's Cycle di Sheppard dan Pharmacy, membeli bike computer yang baru buat modal ngenjot beberapa ribu km mendatang. Sampai berjumpa di lamunan yang ke 105, bai bai lam lekom.