Tanggal 20 Juli. Pertama kali bersepeda di pagi hari di tahun ini dimana saya hanya perlu memakai 'cycling shirt'-ku dan tentu pake celana bersepeda juga. "It's mid summer," kata anak Kanada. Jadi tidak heran di pagi hari suhunya pun sudah lumayan hangatnya, sekitar 15C dan untuk ukuran Kanada ya panas :-). Tidak berapa lama mengenjot, setelah melalui pendakian di jembatan di atas highway 404, barulah terasa panasnya suhu segitu. Matahari belum terlalu terik, masih rendah di langit timur. Masih belum banyak penunggu bis tetapi seorang noni manis tersenyum melihatku. Kuduga ia pengendara sepeda juga hanya terpaksa harus naik bis karena mungkin kantornya terlalu jauh untuk ditempuh dengan sepeda. Memang, salah satu pemandangan yang oke adalah melihat orang yang tersenyum, apalagi bila ia berlawanan jenis dengan kita.
Bila Anda KTP-nya sama denganku dulu, ada tulisan Katoliknya, semestinya Anda sadar bahwa bacaan Misa untuk hari Minggu mendatang, menyangkut keramah-tamahan, hospitality. Itulah yang menjadi bahan awal lamunanku. Dari mulai Abraham yang menjamu tiga muzafir asing (malaikat yang menyamar) yang melewati "campsite"-nya, sampai ke Martha yang repot di dapur mengurusi makan untuk Sang Guru, kita diingatkan akan perlunya ber-hospitality. Hanya, apakah hospitality selalu berurusan dengan melayani tamu? Saya lalu merenung akan keinginan berat isteriku, sampai ia penasaran menyurati suaminya. Kalau Cecilia sampai menulis surat untukku, artinya ia serius banget :-). Ia ingin menjadi nyonya rumah bagi peserta World Youth Day di bulan Juli tahun 2002 nanti. Padahal suaminya ingin menjadi tamu Anda-anda di Melayu di saat itu. Bukan karena ia ingin hamil seperti Sarah yang diberkahi anak oleh salah satu malaikat pengunjung, tetapi karena ia ingin menunjukkan keramah-tamahan anak Kanada sekalian memamerkan bubur ayamnya :-).
Banyak sekali cara untuk ber-hospitality, bukan hanya menyediakan rumah kita sebagai tempat penampungan :-). Saya teringat kepada Oom Gun SSSS di batang, yang setiap minggu mentraktir daku ketika awal tahun ini pulang kampung. Ia membagikan kasih-Nya tanpa menghitung-hitung untung ruginya, engga kaya Bang Jeha yang mau enaknya doang, kabur keliling dunia di World Youth Day :-). Mungkin Cecilia dapat kubujuki agar sebagai gantinya ber-hospitality ke peserta WYD, kami tunjukkan keramah-tamahan kepada Oom Gun azha :-). Seriusan, barangkali isteriku dapat kuyakinkan, bahwa salah satu hospitality yang oke, adalah mendoakan orang lain, bisa peserta WYD, bisa yang sedang jadi THP.
"That will be 2 $ 45 cents," kata kasir yang menghitung harga kopi Starbucks dan 'tea biscuit' di kafetaria kantorku tadi. Masih murah, coba ente ngopi di kedai kopi itu di Amrik, pasti dikau kejengkang sesudah dikurs ke dollar Kanada. :-) Saya tak dapat melupakan ceramah seorang financial consultant, pengarang buku mengenai investasi yang cukup terkenal yang suatu ketika kuhadiri. Ia mengajarkan untuk tidak minum kopi, apalagi pake biskuit sebab 2-3 $ seharinya, setahun berapa duit, setelah pensiun kebeli sedikitnya satu kapal pesiar :-). Saya hanya tersenyum sebab ngitung-ngitungan kaya begitu, belum tentu kita masih kuat manjat sang tangga kapal pesiar bila kita pensiun setelah kelamaan be'eng nyangkul di comberan sampai dengkul sowak. Melamunkan harga di Amrik, ogut selalu kagum akan prenku yang cutinya kesono bukannya ke batang :-). Gimana engga. Satu dollar Kanada kita, cuma jadi 65 sen di Amrik, padahal di Melayu jadi 7200 perak x 100 sen. Satu dollar itu, hamburger yang pake daging tikus juga engga kebeli padahal di Landmark Tower, 5000 perak dapet sate tikus, eh ayam, 10 tusuk pake lontong :-).
Lamunan masih kulanjutkan. Tadi kutelepon satu pren warga THP eks secomberan yang sampai saat ini masih THP ke beberapa juragan di kantorku. Kuulangi lagi litaniku, "You are still hurting, those things are still bothering you, tell me what good does it do to you." Jawabannya standard, suatu ketika katanya, entah kapan sebab hidupnya mati engga hidup sungkan alias keblangsak banget, terutama kesehatannya karena menaruh dendam kesumat terus, ia akan membalas. Itu juga salah satu alasan ogut ingin pensiun, mumpung kenanganku akan tempatku bekerja masih cukup indah :-). Kukabarkan kepadanya akan rencanaku sebab selama ini, bila ada urusan dengan comberan, ia suka meminta tolong Bang Jeha. Kutidak-tahu kepada siapa ia akan bisa meminta form-form yang dibutuhkannya nanti untuk medical claim, dental claim, dsb. Selain itu tempat kerjaku akan semakin jauh dari rumahnya. Mungkin akan kuberikan ia satu rim supplies yang cukup seumur hidupnya :-).
Melamunkan warga THP, terkadang, secara ironis membuat kita menjadi lebih oke. Bila kita sedang kebelangsak, eh ternyata masih ada yang lebih gaswats. Kaya kemarin dulu, saya bertemu dengan pasutri yang tak kusangka masih punya anak remaja berusia 17 tahun, awewek, anak yang diadopsi. Bukan saja anak itu penderita ADHD waktu kecilnya, attention deficit hyperactivity disorder, juga ibu aslinya peminum alkohol sehingga doi terkena FAE, fetal alcoholic effect dengan sederetan permasalahan. Cukup? Tambah satu lagi, ia saat ini didiagnosa mengidap BPD, borderline personality disorder yang pernah kutayangkan bulan Desember tahun lalu. Tak perlu kujembrengkan seperti apa "neraka dunia" yang sedang dialami kedua ortu-angkat itu. Kurasa tidak ada satupun di antara warga milis dimana Bang Jeha aktif yang bisa "menandingi" mereka. Oleh karena itu prens sadayana, 'count your blessing' kata anak Kanada, engga usah sih ente-ente sedicintai Oom Han kaya si Bebeth :-) yang barusan canoe camping ama Bang Jeha. Cukup Anda masih bisa makan 3 kali sehari dan atap rumahmu engga ada yang bocor. Sampai lamunan mendatang, bai bai lam lekom.