Bersepeda ke downtown selalu mengasyikkan. Apalagi kalau tujuannya adalah ke toko barang-barang kemping seperti MEC, Eurobound, Hiker's Heaven, dsb. Kesitulah tujuanku dan nyonya bersepeda kemarin, dimulai dari Taylor Creek Park yang letaknya tak jauh dari kantorku. Tujuan utama doi adalah mencari "bantal", inflatable pillow, seperti yang di-show-off-kan oleh J teman kami anak Ottawa. Ya, "kesombongan" para pencinta kemping apalagi kalau bukan mempertunjukkan harta duniawi yang baru dimilikinya :-). Mangsalahnya, si J yang udah mulai pikun lupa dimana ia membeli benda yang dibanggakannya itu. Akibatnya, meski sudah kami samperin semua toko di atas, plus yang gurem di seberang MEC, tetap tidak bertemu.
Keasyikan kedua bersepeda ke down town, tak peduli suhu kemarin 36C bila dimasukkan faktor kelembabannya, lamunannya bisa lama sekhalei :-). Keadaan eks kampung halamanku yang semakin runyam memicu lamunanku. Merenungkan situasi bekas jamrud katulistiwa ini, yang sekarang lebih tepat disebut sarang penyamun dan pembunuh, bersepeda dari ujung ke ujung Kanada pun masih belum cukup lamanya. Saya tak tahu berapa dari Anda yang mengenal Edward deBono. Imigran Amrik dari Malta ini dimasukkan ke dalam daftar 125 orang di dunia yang berjasa bagi kemanusiaan berkat penemuan atau karya mereka. Kalau saja mendongeng setiap hari di Internet dimasukkan ke dalam karya berjasa bagi kemanusiaan, Bang Jeha mungkin orang yang ke 126 :-). Nah, Propesor Doktor Dokter deBono menggantikan hamba dan bertanya kepada Anda sekalian: "What is the greatest human invention?" "Komputer," kata ente-ente yang cangkulannya bikin program :-). "Listrik," kata Bang Marcus yang empunya Ontario Hydro yang bikin si Tomas THP lantaran dimintain uang jaminan buat berlangganan. "Rice cooker," kata si Bebeth yang cinta banget kepada nasi :-). Kata deBono dalam bahasa Betawi, "Ngaco elu semue." Penemuan terhesbats adalah sepeda. Ga percaya, baca buku doi Six Thinking Hats. Berkat sepeda, manusia yang kurus dan gembrot menjadi seimbang performance-nya. Ini kata Oom Edward, bukannya daku sentimen ke orang yang terokmok. Sewaktu belum ada sepeda, wong kurus diadu ama wong gendut, lama-lamaan dan banyak-banyakan jalan, menang si kurus. Begitu ada sepeda, si gendut tidak harus kalah sebab massa dari sepeda yang digenjotnya bisa membuat ia lebih laju.
"Lho Mas, katanya barusan ngelamunin Tanah Melayu, kog jadi urusan sepeda?," tanya para warga dengan type-A personality di milis ini :-). Sabar prens, saya menjadi teringat ke deBono, meski terakhir bertemu dengannya di Ontario Science Centre. Ketika itu ia belum seorbek sekarang dan buku yang ditulisnya baru Lateral Thinking. Ia diminta oleh comberanku untuk berceramah mengenai caranya berpikir "nyentrik" :-). Ya, konflik yang terus berkepanjangan di Melayu, sampai detik ini dimana pasukan NU sudah siap bengkelai ama ngabri, sebetulnya bisa diselesaikan memakai 6 topi nyentrik a la deBono. Anda yang ngerumpi di P-Sby mungkin masih ingat tayangan pak dokter Erik sehabis mengelus dadanya melihat warga Paroki-Net berkelahi alias perang email. Entah sudah berapa korban perang email di milis P-Net, yang sebagian jadi kaum THP dan ngerumpi di milis P-Sby :-). Itulah bila manusia mengadu argumen doang alias tidak mengganti-ganti topi memakai warna yang lainnya. Di dalam suatu debat atau argumen, kecuali perdebatannya antara Bang Jeha vs Kong Noordin:-), bisa dijamin salah satu atau keduanya akan jadi THP kelas berats.
"Mas, apa sih lateral thinking, six thinking hats segala?," tanya ente lagi. Sebetulnya ini pertanyaan 500 $ alias modal (sedikitnya) si Cak Indratmo untuk ikut canoe camping Bang Jeha terakhir. Artinya lagi, bila Anda mau mengikuti kempingku ke Algonquin 11-12 Agustus, akan kujembrengkan teori deBono itu di muka api unggun :-). Pada dasarnya deBono berpendapat bahwa konflik terjadi karena manusia tidak memakai otaknya secara efisien dan praktis alias berusaha melakukan semua-semua sekaligus. Dengan ngerumpi dan berdiskusi serta berunding dimana kita memakai 6 cara pendekatan, tergantung topi kita, hasilnya akan lebih oke alias tidak terjadi satu negara dengan 2 presiden :-(. Setiap warna topi yang dipakai si peserta diskusi mempunyai makna sendiri- sendiri, dimana mereka diminta untuk berpikir maupun beresmotsi. Melalui topi biru, merah, kuning, hitam, putih dan hijau, mereka yang sedang berdebat dan berargumen akan menemukan kompromi. Itu kata deBono tetapi Akbar dan Amien pasti tidak akan mengamini teori ini, maklum lagi menang angin dapet dekingan popor dan pelor.
Sudah kukatakan, melamunkan keadaan di batang, tak cukup hanya bersepeda ke downtown. Jadi mengingat dongengan hari ini sudah cukup panjang, kuakhiri saja lach yauw dan supaya Anda-anda tidak penasaran ingin mengetahui apa makna warna keenam topi oom Edward, here it comes. White: neutral, informative, objective, red: powerful, emotional, black: gloomy, cautious, negative, yellow: sunny, positive, green: fertile, creative, blue: logical, in control. Sampai berjumpa di lamunan mendatang, bai bai lam lekom.