Dua puluh satu Agustus 2001, kataku di dalam hati sambil mengenjot sepedaku di pagi hari ini. Dalam beberapa pengenjotan lagi, aku akan mengucapkan selamat tinggal ke jalur bersepeda sepanjang Don Mills Road di kotaku, yang kami sebut 'diamond lane' dengan rasa sedih. Kalau semua odometer sepedaku ditotal, mungkin aku sudah mengenjot sepanjang 10 ribu km di kota ini, setengahnya ke kantor pulang pergi. Memang tidak masuk hitungan Oom Trudeau untuk menjadi 'child of nature' sebab kriteria doi, 100 miles berkanu :-). Ya, tgl 14 September tepatnya, kantorku akan pindah ke 8200 Warden Avenue, yang tak jauh letaknya dari tikungan jalan itu dengan Highway 7. Ente semua para tetanggaku tentu tahu kira-kira dimana letaknya. "Bersepeda di Warden Avenue?," tanya Anda. Ya, hanya orang sinting nekad dan mau bunuh diri kali yang di jam sibuk bersepeda sepanjang Warden Ave. Lain halnya bersepeda di 'diamond lane' meskipun tak kurang banyaknya pengendara mobil ilegal kurang-ajar yang mengambil jalur khusus ini, padahal ia tidak ber-three-in-one. Ada suatu perbedaan psikologis dari perilaku pengemudi pelanggar hukum di 'diamond lane' dengan yang di Warden. Mereka relatif lebih sopan dan "tahu diri", yang di Warden ngebut ga kira-kira sebab tidak mempunyai "dosa". Jadi ada 2 pilihan saat ini bagiku, sudah ku-survey route bersepeda ke Warden Highway 7 itu. Pilihan begok adalah bersepeda di side-walk alias jalur pejalan kaki di Warden Avenue. Ini aku yang menjadi "pendosa" alias ilegal untuk bersepeda di jalur pejalan kaki. Selain itu tidak akan asyik karena yach, bukan jalanan untuk bersepeda alias ada celah antara batu-batu di trotoar tsb. Pilihan lainnya adalah melewati jalan kecil-kecil lewat Pharmacy dan lalu ke Esna Park. Jalan kecil-kecil sampai di Woodbine dan lalu masuk "jalan kampung" alias bulakan yang kutak-tahu siapa pemiliknya, menuju gedung comberanku yang baru dan serba mengkilap. Tidak seperti halnya saya, ada prenku yang 'look forward' banget untuk pindah kesana sebab mereka relatif dekat tinggalnya. Sebetulnya rumahku pun dekat kalau naik bo'il, tetapi mana ada mobil Cadillac atau Mercy yang bisa mengalahkan keasyikan bersepeda di turunan dengan kecepatan 50 km sejamnya :-).
Lamunanku beralih ke suatu kasus menarik yang pagi ini kualami. Seorang moderator suatu milis yang cukup kukenal tidak mau memasukkan warga yang ingin masuk milisnya. Perlu dirapatkan dulu katanya :-). Kataku, gila banget. Bayangkan kalau aku harus berapat dulu dengan ente-ente para tokoh di milis dimana aku jadi moderator atau ownernya, sebelum memenuhi permintaan mau masuk milisku. Hari ini rapat karena Noto anak UKI mau masuk milis Serviam. Esok rapat karena satu anak Islam mau masuk milis Serviam padahal mayoritas isinya Keiristen. Lusa rapat lagi karena ada anak pribumi asli tujuh turunan bukan dari Tongsan, juga mau masuk milis Serviam yang mayoritasnya keturunan pendekar Siauw Lim Sie :-). Siang malam pagi sore, kerjaku hanya akan ngundang dan bikin rapat :-). Tapi, bila Anda "memakai sepatunya" prenku itu, Anda akan maklum. Nasibnya suka sial memang, berkemauan baik tapi sering kena getok :-), eh :-(. Akibatnya ia termasuk warga THP. Kunasihati lagi, ga mempan tapinya, wong THP. Ia setengah marah/kesal ketika kukatakan jangan mengambil keputusan berdasarkan ketakutan, takut ini takut itu. Itulah prinsipku. Kuanggap orang yang mau masuk ke dalam milisku, tentulah mempunyai motivasi yang baik. Kalau sampai aku keperjok, puji malaikat ga pernah selama ini, misal orang itu jadi provokatur, that is the risk I will gladly take and accept. Sudah cukup banyak warga THP di kotaku ini, yang terkena getah oleh karena pengambilan keputusan berdasarkan ketakutan dan kecurigaan. Masakan aku mau menambah jumlah mereka?
Asyiknya bersepeda sambil melamun. Jangan coba-coba melakukannya kalau Anda berbo'il. Kemarin dulu saya bertemu dengan seorang warga UKI di pesta kawinan. Dengan semangat menggebu, memang begitulah kalau ia bercerita kisah hidupnya, ia melaporkan yang mobilnya ditabrak pelamun berponsel (cell-phone) sehingga ia mengembat mobil di depannya lagi, sampai ringsek. Ia bangga sekali akan mobil yang dikendarainya, yang cuma lecet dikit doang. Mobil itu sangat dikenal oleh Cecilia karena pemiliknya yang dulu, suka ia anterin kemana-mana. Maklum prens, si Oom udah uzur. Jadi berbahaya kalau berjalan jauh. Akibatnya ia yang rumahnya boleh dikata sejalanan dengan kami, tinggal luruuuss terus, menjemput supir Anda dan lalu dibawa keliling kota :-). Teman kami tadi tahu akan hal itu sehingga setiap kami bertemu dengannya, ia memberikan 'update'.
"Use-knee, do you know JY?," kata seorang teminku tadi di kantor. "Of course I know her, she was the COBOL development manager when I was the compiler test team leader, we worked together, why?" "She died of cancer." Oh no, what kind?" "I don't know," kata temanku lagi mengakhiri berita duka itu. Kumelamun lagi sepanjang perjalanan pulang, ialah orang ketiga dari temanku di COBOL departemen yang amblas. Yang pertama terkena komplikasi emphysema, no-thanks to the tons of cigarettes he smoked :-(, padahal umurnya masih muda belia. Yang kedua juga berbeda 10 tahun denganku ketika meninggal, kena kanker lever. Bila Anda temanku, dan mencangkul sebagai COBOL developer atau programmer, mungkin ada baiknya Anda belajar atau beralih ke Java language azha :-). Kata temanku yang sudah mengantongi kertas ijazah Java Certified Developer, itu adalah bahasa masa depan. Ironis tapi. Gini. Beberapa anak muda yang kuduga dari daerah Alengkadirja menegur seorang temanku, J. "Wow you are becoming more and more famous J," ledekku. Soalnya aku tak mengenal mereka. "Yes, they are programmers from India taking over maintenance of bla-bla-bla," katanya menyebutkan salah satu produk atau komponen perangkat lunak kami. "Amazing," kataku, tapi tak heran. Itulah yang terjadi, logis, otak-otak acha ini yang tak kalah pinternya dari si J, tapi gaji barangkali sepersepuluhnya membuat software development pun perlu berglobalisasi. Kutak-heran lagi kalau mereka semua ahli Java padahal jauh dari tanah Jawi :-). Ya, ironis, wong Jawi di kampungku masih gebuk-gebukan, bom-bom-an, mereka yang menguasai 'boso Jowo Y2K' ini mempergunakan otaknya tidak untuk melukai manusia. Ga pa pa prens, EGP lach yauw, yang penting kita tetap bisa sombong dilahirkan di Java Island :-). Sampai lamunan berikutnya, bai bai lam lekom.