Lamunan Bersepeda Ke 126

Langit mendung diliputi awan terutama di ufuk timur ketika kubangun tidur dan kubuka jendela kamarku. Rencananya, sebelum cabut mengenjot sepeda pagi ini, kuingin menyediakan waktu barang 15 menit untuk mengeker, ngeceng istilah ABG di Melayu, kedua planit Venus dan Mercury yang sedang asyik masyuk bersebelahan :-). Jadi rencana kubatalkan dan kuintip suhu di thermometer di luar rumahku. Cuma 5C, 'not too bad' dan hujan juga sudah berhenti. Benda-benda yang perlu dibawa di checklist bersepedaku sudah bertambah, antara lain dengan lampu halogen untuk di depan dan lampu kelap-kelip untuk di belakang. Keamanan bersepeda perlu diperhatikan banget di saat-saat ini, bersepeda di hari yang masih gelap dan di jalanan yang mungkin licin. Syukurlah genangan air di jalanan disana-sini masih tetap air dan belum menjadi es. Jadi lamunanku dapat kumulai dengan nyaman :-).

Suatu diskusi di milis Psikologi, ngomongin urusan percaya atau tidak akan adanya Tuhan mulai masuk ke 'cognitive processing'-ku. Sebetulnya doi bilang bahwa ia percaya akan adanya Tuhan, hanya ia ingin bisa mengenal-Nya, seperti apa Tuhan itu. Suatu hal yang sekalipun belum sempat kukerjakan, ia sudah dua kali, adalah membaca Injil dari awal ke akhir. Bukan itu saja, ia juga sudah khatam membaca Kur'an baik yang bahasa Indonesia maupun terjemahan dalam bahasa Inggrisnya. Bukan mustahil bahwa ia pun sudah tamat membaca kitab suci agama-agama lainnya karena keinginannya untuk mengenal Tuhan seperti apa, sangat menggebu-gebu rupanya. Ia THP selama ini berurusan dengan orang beragama, tukang kowar mengenai kehesbatan Tuhan, nyemburin ludah dalam berkotbah katanya.

Sayang 1001 sayang, dengan bacaan dan perumpiannya selama ini, ia masih belum bisa menemukan Tuhan. Ia menjadi binun bin bengong menghadapi semua yang dibacanya, terutama isi Injil Perjanjian Lama yang dikatakannya Tuhan Maha Kejam disitu. Itulah bedanya ia dengan kaum fundamentalis yang disindirnya dari tayangan ke tayangan, seperti beriman a la babi celeng. Ia membaca kitab suci sebagai buku ilmu pengetahuan. Kaum beriman yang ditertawakannya karena telah tidak memakai pikiran mereka, ya mampu mengimani apa yang dibaca :-). Kukatakan kepadanya, sampai kojor pun ia tidak akan pernah mengenal Tuhan yang dicari-carinya lewat buku-buku tersebut dan pengandalan akan kehesbatan otaknya. Simbok dan si mamak di kampuang nan jauh di mato, tanpa pernah mampu membaca karena buta-huruf, lebih hepi dibandingkan doi karena sudah menemukan Tuhan mereka. Itu bedanya antara orang yang ada "di atas pagar", menikmati pemandangan di kiri kanan, dengan orang yang "terjun ke halaman" :-).

Dari waktu ke waktu di hari-hari ini saya menerima email atau telepon akan minatnya tetanggaku di Toruntung, untuk ikut mengeceng bintang bersamaku. Mereka ingin mengagumi Tuhan lewat ciptaan-Nya :-). Mereka tahu bahwa planit bumi ini, lupakan penghuninya yang berjumlah 6.2 bilyun, ataupun matahari kita, bak debu di dalam alam semesta. Sesekali kusuka mengetengahkan betapa kesengsemnya isteriku bila ia sedang bermain api di muka api unggun. Anda sudah tahu bahwa salah satu acara rutin kami bila sedang kemping ke dalam hutan dimana tidak ada satupun lampu rumah atau sumber cahaya lainnya, adalah melihat bintang-gemintang di langit. Untuk kami berdua, memandangi api unggun atau melihat bintang di langit adalah suatu pelamunan khusus alias retret. Merenungkan bagaimana mungkin orang bisa tidak mengenal Tuhan :-). Saya mungkin tidak pernah atau belum bertemu dengan banyak Anda di milis ini, tapi lewat karyamu, lewat tulisanmu, saya merasa yakin sudah mengenalmu. Itu baru dari tulisan doang, begitu aku mencobai kue lapis bikinanmu :-), atau nasi goreng kreasimu, aku akan semakin mengenalmu. Baru dari 2 indera. Bagaimana kalau aku sempat juga mendengar nyanyianmu yang semerdu seruling bambu :-) (yach kangen ama suara suling cah angon :-)). Bayangkan kekaguman kita akan Sang Pencipta kalau kita juga dapat memakai kedua indera lainnya, penciuman dan rabaan elusan kita. Ihik ihik yach :-) stop azha sebab di milis ini ada pemirsa yang umurnya belum sampai 17 tahun kaya Mang Dikdik :-). Lagipula patent tayangan jopor dipegang oleh Ivy dan Mia dari milis Sanbima :-).

Satu tayangan di milis Sanbima di pagi ini memicu lamunanku lagi. Berita bahwa CP terkena stroke dan masuk rumah sakit. Kukenal ia karena waktu aku sudah tinggal di luar batang, kalau aku pulang kampung selalu kusempatkan mengunjungi comberanku yang kebetulan masih sama sih. CP sedikitnya setengah generasi di bawahku, kuduga baru 40-an umurnya. Kemarin kumembuat kejutan. Aku mencalonkan juraganku untuk mendapat bintang "mahaputera" alias Outstanding Leadership Award untuk tahun 2001. Kulakukan itu sebagai cindra-mata perpisahan baginya, juraganku yang mungkin terlama selama karirku. Untuk memastikan kesuksesan, kuhimbau beberapa prens terdekatku lewat email agar mereka juga mencalonkan si bos. Kusyer bahwa ogut akan jadi pensiunan terhitung 1 April 2002 bukan April Mop. Satu dua datang ke bedengku setengah tidak percaya, apa aku becanda atau sudah ga perlu duit lagi :-). Berita seperti musibah yang menimpa CP membuat timbangan keputusanku semakin berat di satu sisinya. Semoga stroke yang dialami CP hanya ringan-ringan saja, semoga ia dapat nyangkul lagi. Semoga Tuhan yang dikenalnya dan yang kita semua imani, berkenan menyembuhkannya hingga pulih. Sambil melanjutkan enjotanku, doa-doaku bagi warga THP termasuk kaum agnostic menghentikan lamunan bersepedaku untuk hari ini. Bai bai lam lekom, salam dari Toronto.

Home Next Previous