Jupiter masih tampak cemerlang di pagi hari menjelang jam 7. Langit cerah dan hampir seluruh kubahnya terlihat. Coba dua hari yang lalu demikian :-), saya tidak akan menyesal seumur hidup tidak bisa menyaksikan pagelaran hujan meteor Leonid di pagi hari 18 September lalu. Soalnya, baru beberapa puluh tahun lagi planit bumi kita akan melewati daerah dengan konsentrasi meteorit yang seperti kemarin dulu. Masih bagus kalau mata belum rabun, lebih mungkin Bang Jeha Anda sudah harus meninggalkan dunia yang fana ini :-). Ga pa pa EGP lach yauw. Kepalaku yang semakin botak seperti propesor ITB :-) mulai merasa dinginnya pagi ini. Suhu sekitar 0C dan kumalas lihat thermometer, yang pasti kaca-kaca mobil di pelataran tetanggaku semuanya berlapis frost atau es tipis. Sebentar lagi bersepeda mesti memakai 'touque' di bawah helm. Meskipun kepala dingin tapi isinya masih tetap dapat memproses lamunan :-).
Hari Kamis yang lalu saya rapat di paroki. Urusan situs Web. Masalah utama atau cita-cita, bagaimana agar supaya mutu atau isinya yang statis dapat ditingkatkan menjadi dynamic web site. Di akhir rapat, ketika kami mengobrol bebas mengetengahkan manfaatnya Internet untuk "berdakwah" :-), seseorang yang sudah menjadi THP melontarkan satu subyek. Harry Potter and The Philosopher's Stone :-). Ya, itulah judul buku yang sekarang dibuat menjadi film yang sedang digilai anak-anak se-Amrik Utara. Dalam waktu 3 hari sejak pertunjukan perdananya hari Jum'at lalu, sudah terkeruk uang 93.5 juta dollar, mengalahkan film dengan rekor penjualan 3 hari, Jurassic Park (72.1 juta $). Prenku THP karena menurutnya buku maupun film sihir tersebut sudah merasuki manusia, terlebih orang Kristen. Saya menunggu kecapan atau luapan THP-nya separagraf. Dua paragraf berlalu dan jelas ia tidak pernah membaca satupun sang buku apalagi menontonnya. Informasinya ia peroleh sepihak atau 'biased'. Jadi percuma berdebat dengan "kaum fundamentalis" model demikian, mana THP. Ia menyesal banget anak-anaknya ia belikan seluruh buku Harry Potter yang baru 4 jumlahnya saat ini. Tidak salah lagi, ia takut anak-anaknya minta dimasukkan ke sekolah penyihir Hogwart School of Witchcraft atau sesudah besar jadi tukang sihir :-). Satu contoh lagi akan ketakutan yang membuat manusia menjadi kwatir dan lalu THP.
Kemarin malam Bang Jeha dan Empoknya menonton film di atas, guna membantunya memecahkan rekor film paling laku sepanjang segala abad. Anakku yang bungsu menontonnya di hari Jum'at dan yang sulung hari Minggu lalu. Bagaimana tidak jadi rekor :-). Sebentar lagi ente-ente bisa disihir kalau ketemu Cecilia :-). Seriusan prens sadayana, sepanjang pertunjukkan yang lamanya 2.5 jam di dalam bioskop itu, tidak sekalipun ada kalimat yang dapat membuat kita menjadi benci kepada Oom Han atau mencintai nenek jin tukang sihir. Bagiku film itu adalah hiburan semata-mata. Tidak ada muatan yang membahayakan moral. Bila seseorang sudah bejat moralnya, ia tidak akan menjadi tambah bejat. Bila ia orang yang saleh, ia tidak akan terpengaruh dan masuk paguyuban iblis. Bila sang anak yang sudah kerasukan Harry Potter ortunya adalah ente semua, kaum muggles alias bukan penyihir, niscaya mereka engga akan kemasukan ilmu sihir. Kalau film sihir ataupun buku Harry Potter bisa membuat anak-anak kita menjadi masuk ke dalam dunia gelap, masih banyak buku-buku lainnya terutama dari aliran 'new ageism' yang lebih berbahaya hanya memang tidak diiklankan dengan modal puluhan juta $. Menurutku buku maupun tontonan hanyalah seperti pisau atau Internet, suatu peralatan. Mau dijadikan jelek dan melukai manusia, ya bisa, mau dibuat merenungkan kehidupan dan melamun sambil bersepeda, ya afdol.
Lamunan masih belum dapat kupindahkan ke subyek lain sebab soal sihir atau ilmu perdukunan ini sebetulnya biasa banget untuk kita anak-anak Indo. Siapa yang belum pernah ke dukun, ngacung :-) Kalau tidak ke dukun beranak, paling sedikit kaya ogut pernah ke dukun keseleo. Kalau tidak pernah ke dukun beneran paling engga pernah ke dukun yang ada ijazahnya bertuliskan medical doctor. Kenapa kita lalu menjadi ngeri? Anda tentu pernah membaca kisah dongengan, paling sedikit salah satu dari kisah 1001 malam. Apakah Anda lalu sudah tersihir oleh Ali Baba dan 40 penyamunnya, oleh Sindbad si pelaut, oleh Aladdin dan jinnya? Kita semua tahu bahwa itu hanya cerita dongeng belaka. Mereka yang sudah membaca buku Harry Potter maupun menonton filmnya tentu yakin bahwa apa yang sudah dimasukkan ke dalam otak sang pembaca dan penonton hanyalah khayalan belaka yang mustahil terjadi. Kalau sedemikian hesbatnya pengaruh buku dan bacaan, anak-anak kita sudah sinting semuanya terkena pengaruh dari buku seperti Winnie the Pooh karena semua tokoh disitu mengalami mental disorder, kata para sepikolog yang tahun lalu bikin tulisan banyolan menganalisis sang buku. Akhir lamunan, saya setuju dengan Mas Noordin prenku sekampung lain propinsi ketika ia a.l. menulis bahwa biarkanlah anak-anak bebas berkhayal dengan bacaan dan lamunan mereka :-). Kita lihat bersama apakah 10 tahun kemudian, Anne dan Zara anak si Noordin akan masuk sekolah Hogwart atau University of British Columbia :-). Apakah Carolin bokinnya akan ke Toronto naik sapu merk Nymbus 2000 atau Air Canada :-). Bai bai lam lekom.