Lamunan Bersepeda Ke 130

Surya bersinar, udara segar, terima kasih. Bukannya saya mau bernyanyi tapi bait pertama dari suatu lagu yang suka disenandungkan isteriku cocok untuk memulai lamunan sambil kami bersepeda hari ini. Matahari cerah, suhu cuma sekitar 10C alias hangat banget :-). Hanya perlu baju kaus dan jaket bersepeda alias tak perlu pakai sweater tangan panjang. Bait terusan lagu di atas yang membuatku tersenyum dan meringis juga sedikit. Di tepi pantai, ombak berderai, terima kasih. Hampir saja saya berkesempatan melihat ombak di tepi Samudera Pasifik di Vancouver :-). Ya, Jum'at sore saya ditelepon prenku yang jadi bos di cabang Lab kami di Pengkuper. Ia mengundangku untuk mengajar salah satu bahasa programming yang 30 tahun lalu menjadi keahlianku :-). Artinya ia akan membayar semua biaya, tiket kapal terbang termasuk hotel dan makan cuma-cuma semingguan. Karena ini 'internal class' dan calon murid sudah mengetahui dasar dari compiler atau bahasa itu, kelasnya level lanjutan atau advanced. Mana kuberani nekads. Jadi jawabku adalah, "Sorry, my knowledge is already rusty." Belum jodoh namanya :-). Memang sudah lama juga saya tidak melihat pantai di tepi laut dan ombak yang mendebur, srek kresek kresek ... jelegur.

Seorang opa alias kakek-kakek bulek berlari berpapasan dengan kami di trail. Kuduga umurnya sudah sekitar 70-an. Masih kuat ia berlari, pasti sudah dilakukannya sejak ia masih muda. Karena bersepeda berendengan dengan Cecilia, kami bisa ngobrol dan syer. Kataku, "Aku kaga bakal kuat lari kaya begitu lagi, dengkul rasanya udah mulai ngilu :-), eh :-(. Di 'treadmill' kelab kebugaran kantorku aku suka mencoba berlari. Engga tahan lama, paling 10 menit aku ganti kecepatannya jadi berjalan cepat azha." Demikian syeringku kepada Cecilia. Ia manggut sebab ia pun dengkulnya sudah kopong, tidak kalah sowaknya dibandingkan daku sebab ia pun terkadang mengeluh ngilu :-). "Welcome to the club of the oldies," kata para prenku wong gaek. "That's what is wrong with us," kata seorang teminku kemarin dulu. Kita melihat apa-apa yang kurang atau menghilang di diri kita, kita lupa apa yang kita (masih) punyai. Ia mensyer akan perilaku mahahebat temannya yang quadriplegic, istilah teknis untuk lumpuh total. Doi secomberan denganku, lain kantor. Memang ada warga cacat di kantorku tapi atau tunanetra atau kehilangan anggota tubuh. Tidak atau belum ada yang quadriplegic. Menyingkat cerita prenku, si "quad" menghargai banget hidupnya. Ia penuh dengan optimisme dan periang, "gelasnya setengah penuh" bukan "setengah kosong" seperti kita. Karena pengaruhnya yang sangat positip di lingkungannya, dari pegawai kontraktor ia diangkat menjadi pegawai tetap. Kita yang 'able bodied' meskipun ngilu kalau berlari :-) perlu belajar dari manusia seperti si "quad".

Salah satu cabang dari sungai Don di sepanjang trail bersepeda mengisi lagi lamunanku. Hampir setiap kali kubersepeda di trail East Don Parkland ini kuselalu memperhatikan dan memandangi arus air di sungai itu. Kuberangan-angan seandainya aku menceburkan kanuku ke kali dan mendayung sepanjangnya. Apakah aku masih utuh atau akan menjadi berkeping-keping? :-). Yang pasti kanuku akan ringsek sebab sungai itu banyak jeramnya dan di beberapa bagian arusnya cukup deras untuk menghanyutkan kambing maupun manusia. Kanuku memang sudah kukerek ke atas garasi tergantung diawang-awang. Namun isteriku suka ngeriyeng dari waktu ke waktu mau kemping ;-). Gelasnya setengah kosong :-). Karena bulan Desember ini salah satu bulan tersibuk untukku maupun dia, kujanjikan Januari. Lihat azha apakah tanggal 31 Desember ia masih ingat untuk kemping.

"Kolam bebek udah lewat belum Yang," katanya kepadaku memecah lamunanku. Kuperhatikan medan. "Belum, lewat lapangan tennis nanti baru ketemu kolam bebek," jawabku. Ya, itu salah satu tempat persinggahan kami di trail. Bebek di kolam itu bukan bebek Melayu tapi merganser yang cowoknya bahenol, ceweknya biasa-biasa azha. Memang Anda tentu tahu di dunia binatang cowoklah yang di-make-up oleh Oom Han, engga jelas kenapa :-). Lihat saja moose jantan yang kelihatan gagah perkasa dengan tanduk atau antlernya padahal yang betina, biasa-biasa azha kaya pelanduk ;-). Mampirlah kami di kolam bebek dan memperhatikan sekeluarga bebek yang masih belum hijrah ke selatan ke Amrik yang lebih hangat. Yang cewek masih kelihatan banget pitik-pitik, yang cowok karena badannya yang lebih besar tampak dewasa. Di dunia fisik atau di darat memang seperti itu, di dunia virtuil atau maya seperti di Internet, cewek sama hesbatnya dengan cowok, terbukti dari banyaknya penulis perempuan yang oke punya seperti JK Rowling :-).

Perjalanan kami teruskan dan di Leslie-Sheppard di ujung trail kami keluar ke jalan raya. Biasanya kami balik kembali tapi kali ini kami perlu menukarkan atau mengembalikan pisau pemotong kuku anjing di pet shop yang kami beli tapi tidak cocok. Pet shop itu terletak di Victoria Park di bawah Sheppard jadi lumayan enjotannya. Dari suasana trail yang asri kami masuk ke "rimba raya". Kata Cecilia, masih lebih oke dari di Jakarta. Memang tidak mungkin bersepeda di jalan raya Jakarta tanpa diserempet atau disumprit pengendara bo'il. Saya membiarkan Cecilia berjalan lebih dahulu. Seorang opa bulek yang tidak kalah tuanya dari yang tadi berlari, menyeberang jalan ketika lampu sudah menjadi merah untuknya. Langkahnya lemah gemulai. Untunglah ia hidup di Toronto. Pengemudi mobil berhenti untuknya tanpa ada yang membunyikan klakson. Apa yang akan terjadi denganku, apakah kalau sudah berumur 70 aku masih akan fit seperti opa bulek pertama atau akan menjadi 'slow-poke' seperti yang kedua. Kutak-tahu jawabnya dan kutak-peduli juga. Yang penting gelasku setengah penuh saat ini dan aku masih akan terus melamun di atas sepeda, sampai salju atau es mulai "menggenangi" jalanan di Toronto. Bai bai lam lekom.

Home Next Previous