Lamunan Bersepeda XIII

Serrr...serrr...serrr... Bukan, bukan bunyi amonianya Ira :-) yang "dioleh- olehkannya" di Mexico, tetapi bunyi rantai sepedaku bergesekan dan berputar. (BTW, I love that rafting story, very animated and written with passion, semuanya yang ter... :-)). Ya, bersepeda masih asyik, selain memenuhi kebutuhan saya akan olahraga, juga untuk melamun. Suhu menjelang musim panas di Toronto ini sudah semakin menghangat sehingga saya mulai dapat bersepeda tanpa jaket, sarung tangan maupun celana panjang :-). Tak lama lagi saya dapat bersepeda tanpa berbaju sebagai solidaritas :-) (dengan kaum perempuan yang sekarang sudah diperbolehkan membuka bajunya di depan umum di Ontario).

Pikiran bebas melayang-layang karena otak tidak perlu sibuk memanasi tubuh. Banyak sekali perempatan jalan di rute bersepeda saya ke kantor p.p. Suatu "seni" untuk melakukan timing sehingga saya selalu mendapat lampu hijau. Kalau tubuh sedang fit memang lebih mudah sebab saya dapat mengenjot lebih kencang kalau tahu lampu akan menjadi kuning. Enaknya di kota ini, ada lampu khusus untuk penyeberang jalan bergambar orang berwarna putih. Di atas- nya ada lampu lain bergambar telapak tangan berwarna jingga. Kalau si tangan mulai kedip-kedip lampunya, berarti tidak lama lagi lampu lalulintas bagi kendaraan lain (mobil dsb) akan menjadi kuning. Bila si tangan nyala terus berarti lampu lalulintas sudah menjadi merah dan semuanya harus stop kecuali mereka yang ingin belok ke kanan.

Nah, rupanya pengendara mobil pun memakai "trick" atau teknik yang sama yakni mereka memperhatikan sang tangan bila ingin mengebut. Terkadang atau sering- sering kalau si pengemudi kurang ajar, ia akan mengebut di lampu kuning. Kata anak Betawi, itu bukan kurang ajar melainkan "goblok kalu elu berenti di lampu kuning" :-). Lalu, kalau ada yang masih mengebut di saat lampu kuning menjadi merah, tidak jarang terjadi tabrakan antara si penyerobot dengan kendaraan arah berlawanan yang menunggu mau belok kiri atau memotong jalannya. Jadi bila ada 2 orang pengebut yang lengah, atau ada salah satu yang lengah, maka tabrakan terjadilah. Akibatnya, dari waktu ke waktu, kalau saya melewati perempatan jalan, tanda tanda "bekas peperangan" tampak nyata. Pecahan kaca dimana-mana, terkadang perabotan mobil seperti bumper yang copot, lampu yang wafat, plastik aneka rupa, tutup bensin, dsb.

Lalu saya jadi teringat kepada dua orang "pengebut" di P-Net yang baru saja "tabrakan", Poverello dan si Bang Gonjreng Muke Gile :-). Kata Bang Gonjreng, "Iye, gue kepret ntu anak, eh gue ngga sangke die mencelat." Inget Bang, anak kecil lain kali jangan digebuk kaya begitu, kasian kan :-). Kembali ke lamunan melihat pecahan atau serpihan kaca yang bertebaran, saya sungguh berterima kasih kepada teknologi yang canggih. Mengapa? Karena jaman sekarang, pecahan kaca itu merupakan serbuk atau butir-butiran kwarsa saja, tidak lagi seperti jaman dahulu, beling yang tajam-tajam. Ngeri tentunya kalau saya melewati perempatan jalan itu dengan kecepatan 40-50 km (turunan :-)) dan harus melindasi sang beling. Salah-salah, ban saya bukan hanya akan gembos tetapi meletus dengan kemungkinan saya lalu jungkir balik kalau sepedanya jumpalitan. Semoga saja "pecahan kaca" bekas tubrukan Bang Gonjreng-Poverello, atau pecahan lain bekas tubrukan/senggolan warga-Net ini, juga hasil teknologi canggih :-) tidak ada yang tajam-tajam yang dapat menggemboskan "ban sepeda" Anda, baik dalam "berkayuh" di Net ini, maupun di luar di arena kehidupan yang nyata. Salam dari Toronto, terutama kepada para pengemudi bernama ayah di Net ini. Happy Father's Day to all the real fathers who are celebrated on June 15 :-).

Home Next Previous