Pagi yang cerah ..., kata Rini. Menjanjikan lamunan baru, kata saya :-). Ya, sekitar jam 8 lewat, saya sudah bersepeda santaian di Sabtu pagi ini bersama sang pendamping abadi :-). Anging Mamiri yang ngerang-ngerang dinging memang menyertai kami, mungkin dikirim oleh orang Pengkuper "buaya teka-teki" itu:-). Setelah sepeda saya lepaskan dari kuncinya di garasi, langsung kucemplak (bahasa Betawi = menaiki). Asyik memang naik sepeda, tak perlu memperhatikan apakah bensin masih cukup di tangkinya, apakah lampu tekanan oli mati sesudah mesin berjalan, apakah tidak ada bunyi-bunyi aneh selain bunyi burung bersiul. Pokoknya, naik sepeda, asal memang tubuh kita sehat, tak perlu berkwatiran.
Pagi-pagi juga, membuka surat seterom, sudah disuguhi dengan pertanyaan maha berat tayangan Rini di atas, bahan lamunan sambil bersepeda katanya :-). Siapakah orang yang paling berjasa dalam hidupku? Boleh diganti ngga, dengan: "Buku manakah yang paling berjasa dalam hidupku?" :-). Sukar juga sih jawab- nya tetapi saya senang buku-buku yang ditulis Scott Peck, pengarang buku-laris 'The Road Less Traveled'. Hari-hari ini saya tengah membaca bukunya, 'The Different Drum' yang sungguh menarik dan memberikan banyak nuansa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Rini. Dipengaruhi buku itu, renungan hari-hari ini dari Kitab Keluaran, bacaan Misa hari Minggu esok (Shepherds), tayangan kisah dr. Krisna dari Irian, lamunanku pagi ini betul-betul "liar" :-).
Si Scotty memberikan 4 tahap perkembangan rohani manusia. Tahap I : chaotic, antisocial, tahap II: formal, institutional, tahap III: skeptic, individual, dan tahap IV: mystic, communal. Ada orang yang mandeg di suatu tahap, ada yang memang mencapai tahap IV, ada yang bolak-balik. "Dimana tahapan si jusni," tanya Anda. Good question. Itu juga lamunan saya yang saya sebut "liar". Terkadang, merenungkan penyelenggaraan Ilahi terhadap diriku, baik lewat manusia maupun lewat buku :-), saya mungkin berada pada tahap II. Tuhanku adalah Tuhan yang Pengasih, I pat Your back You pat my back. Kalau saya sedang bergaulan, menemani orang-orang terluka, yang sering-sering berada pada tahap ke III, dan dengan sinisnya melecehkan orang-orang di tahap II, saya juga ikut-ikutan sinis :-), solider gitu. Kalau saya sedang adem-ayem, toto-tentrem, di tepi danau-danau cagar alam di Ontario ini, mungkin saya sedang di tahap IV. Kalau "roh kuda" sedang menguasai diriku, jelas aku masuk ke tahap I, dan orang yang dekat denganku mungkin rasanya ingin menjauhiku saja. Scotty memberikan contoh anak-anak remaja yang sering berada di tahap I ini. Ia juga memberikan contoh-contoh manusia di tahap II-III dan kalau Anda sudah lama di P-Net ini, sekali-sekali Anda bisa melihat "contoh-soalnya" :-). Lalu satu pertanyaan besar, saya tanyakan ke diriku, apakah Paroki-Net ini suatu komunitas seperti yang dibahasnya di buku itu? Ia memang memberikan juga tahapan berkembangnya suatu komunitas. Dari mulai pseudocommunity, chaos, emptiness, sampai community yang sungguhan. "Apa itu semuanya," kata Anda, "terangkan dong." Nah itulah sebabnya saya mengatakan kepada Rini, boleh ngga manusia diganti buku, sebab banyak buku yang berjasa di dalam hidupku dan membantu menjelaskan makna apa yang bernama hidup. Sampai berjumpa di lamunan berikutnya, sabarlah bila Anda ingin mengetahui apakah menurut saya Paroki-Net ini komunitas bukan. Salam dari Toronto.