Entah mengapa, pagi-pagi kog suhu sekitar 14C alias cukup dingin, apalagi di tengah musim panas, pada saat saya tadi mengayuh sepedaku ke kantor. Mungkin alam tahu saya ingin menulis mengenai kehangatan :-). Ya, suatu judul dengan font sebesar alaihim 'Catholic priest sets up shop as a professional listener' membuat saya melamun sambil bersepeda tadi dan sekarang memicu saya untuk menulis. Artikel itu dimuat di koran Toronto Star, Life Section yang merupakan salah satu "hidangan" pagi saya. Konon, seminggu 2 kali, Padre Tom membuka "warungnya" atau memojok di suatu kedai kopi di kota Edmonton, propinsi Alberta, Kanada, untuk melayani siapa saja yang ingin mengeluarkan "uneg- unegnya" kepada beliau. Tentu saja Padre Tom (Bilodeau) yang sudah berumur 70 tahun dan bila ia karyawan biasa sudah pensiun, tidak memungut bayaran sama sekali. Ia mendengarkan orang-orang yang datang, yang kesepian dan ingin berbicara dengan seorang manusia lain atau mendapatkan sedikit kehangatan. Kata Padre Tom, 'relationships drive people crazy' tetapi masalah utama dari "langganannya" adalah soal uang. Bukan saja karena kurang atau tidak mempunyai uang, tetapi bahwa manusia sudah menjadi budak uang. Mereka yang berkecukupan pun hidup dibawah dominasi uang. Tidak heran panggilan imamat kersang ya di negeri ini :-).
Lalu saya melamun lagi. Memang saya tidak membuka warung pendengar seperti Padre Tom, tetapi akhir-akhir ini seorang teman saya yang sudah dipensiun- dini, sering meneleponku. Memang sih tidak lama ia menelepon, paling 10-15 menit dan umumnya di jam makan siang, tetapi tidak biasanya gitu. Lalu suatu ketika ia berterus terang bahwa ia merasa kesepian. Tepatnya ia merasa sudah mulai disisihkan oleh masyarakat. Memang usianya sudah tidak muda meski belum mendekati senja. Saya katakan bahwa saya dapat mengerti mengapa hal itu terjadi. Saya beri contoh kegiatan saya di UKI. Dahulu waktu saya masih di dewan pastoral alias jadi seksi sibuk, undangan datang bertubi-tubi, setiap minggu ada saja acara. Sekarang rasanya seperti tersisihkan :-). Memang sih saya tidak ceritakan kepada dia bahwa itu rencana saya sendiri untuk tidak aktif lagi dan memang akibatnya ya saya "tidak digubris" :-). Lalu saya tanyakan, apa saja sih kesenangannya (selain menulis program :-), ia seorang programmer). Memang tidak banyak, tak heran ia menjadi kesepian dan merasa tersisihkan. Mungkin ia perlu diajari membuat hompej :-).
Lamunan saya meningkat lagi, maklum setengah jam lebih baru sampai ke kantor, kepada tayangan atau sharing dari Andy sahabat saya di kota ini. Dengan terus terang ia bercerita mengenai kegaduhan hatinya dan akan porak-porandanya dia bila sampai ditinggal Threes. Saya pernah juga menulis suasana hati seperti itu, antaranya di tayangan berjudul 'It Is Part Of The Deal'. Ya, karena berkarya di suatu kelompok pendukung penduka, Bereavement Support Group, saya lebih dapat menghayati tayangan atau sharing Andy. Menurut pakar stress Hans Selye, kehilangan isteri atau suami adalah salah satu stressor terbesar yang dapat menimpa manusia. Sebagian memang tak mampu menghadapinya. Itulah juga salah satu faktor mengapa saya berkarya di BSG ataupun banyak membaca soal kematian. Agar supaya bila ia terjadi terhadap diriku, aku lebih siap dan tidak mencari-cari Padre Tom :-). Di dalam iman saya yakin saya akan mampu mengatasinya, meski kalau hanya dipikirkan dan dilamunkan, seperti terjadi pada Andy, hal itu sangat mengerikan. "It's part of the deal," kata CS Lewis. Kalau tetanggaku di Mississauga berminat, dapat saya pinjamkan buku oom Lewis itu dan mungkin ia dapat merefleksikannya (seperti saya melakukannya setelah membaca 'The Different Drum' Scott Peck) bagi semua warga P-Net. Salam dari TO.