Sudah lebih dari 40 tahun lamanya saya melamun sambil naik sepeda. Anda mungkin tidak percaya sebab credential atau gelar PhD saya tidak pernah saya taruh di belakang nama saya. Ya, P(elamun)h(onornya)D(oa) :-) dan kalau Unika Widya Mandala di Surabaya mempunyai Fakultas Pelamun Jurusan Sepeda, saya yakin Bu Wuri akan mengundang saya sebagai dosen tamu :-). Untuk membuktikan bahwa saya memang pelamun kelas berat level PhD, begini kisahnya.
Sejak saya kelas 5 SD atau dipermandikan menjadi Katolik, saya pindah sekolah dari SD Kristen Pintu Besi di kota Betawi ke SD Budi Mulia di Jl Raya Mangga Besar. Selama sekitar 5 tahun dari kelas 5 SD s/d kelas 3 SMP saya bersekolah di Budi Mulia alias sepedaan. Belum kalau saya melakukan kegiatan olahraga atau non-kurikuler sekolah maupun ke gereja Mangga Besar. Jadi setiap hari saya bersepeda ke arah Mangga Besar. Nah, route bersepeda itu melewati pinggir Kali Ciliwung sepanjang Jl Kartini Raya. Sekitar 100 meter sebelum route itu menuju ke Jl Raya Mangga Besar, terletak tangsi ngabri :-). Mereka yang lewat bersepeda harus turun dari sepedanya, lalu berjalan kaki menuntun sepeda, demi penghormatan kepada seluruh penghuni tangsi :-). Kalau sampai kita lupa turun dari sepeda, bapak ngabri yang berjaga di gardu, anak Betawi menyebutnya "kandang monyet", tentu akan berteriak dan memanggil kita. "Heiii kamu ... turun ... dan kesini! Nah, karena seringnya saya melamun sambil bersepeda, sering pula saya menjadi "pesakitan" sekejap.
Tergantung berapa sialnya nasib di hari itu, tergantung uteknya si bapak sedang di tengah atau miring, maka hukumannya macam-macam. Yang paling mujur hanya bila dihardik dan diomeli, terkadang disuruh menunggu dekat "kandang monyet", yang paling sial harus bolak balik sepanjang muka tangsi sambil mengangkat sepeda. Asyik yah :-). Kalau saya sedang waspada dan tidak melamun, saya sering memperhatikan calon-calon pesakitan, yakni wan-wan-sib (kawan-kawan senasib) saya. Jangan dikira kalau anak perempuan pak ngabri lalu akan memaafkannya. Sering saya melihat teman anak-anak sekolah puteri Santo Joseph Jl Dwiwarna melakukan "blunder" dan lupa turun dengan akibat doski juga harus mengangkat sepedanya :-).
Nah, sekarang Anda maklum mengapa saya senang melamun sambil bersepeda di kota ini :-). Tidak ada yang akan menyuruh saya bolak-balik menggendong sepeda kan. Paling-paling kalau naik bis dan masuk subway, saya harus melakukannya dan berkat latihan di depan tangsi ngabri itu, saya cukup kuat dan tabah :-). Mumpung melamun tak kena sangsi, kog sudah lama saya tidak melihat tayangan lamunan Yadi naik bis atau Heru melamunkan Menara Jakarta ya? Mungkin kedua- duanya sedang sibuk. Nanti seperti Yono yang sekolahnya ngga selesai-selesai karena sibuk berkarya di Paroki-Net :-). Anda yang sedang sekolah di luar negeri, dari sekarang mesti mulai mengasah ilmu 'scape-goating', apalagi kalau nanti bercita-cita jadi pejabat :-). Soalnya ilmu mencari kambing hitam itu konon jaminan untuk naik ke jenjang yang tinggi. Selamat melamun dan untuk yang sedang sekolah di luar negeri selamat latihan mengambingi, salam dari Toronto.