Lamunan Bersepeda XXXVII

Sudah seminggu lebih sekolah dimulai lagi di kota dan negeri ini. Setiap saya melewati perhentian bis di pagi hari, selalu ada anak-anak sekolah yang antri menunggu bis. Pelajar sekolah Katolik dapat dibedakan dari yang lainnya karena mereka memakai seragam. Yang laki-laki bercelana abu-abu tua dengan kemeja putih dan berdasi. Dasinya berlain-lainan corak dan warnanya tergantung dari sekolah mana mereka. Yang perempuan berrok kotak-kotak, mirip polanya dengan rok kotak-kotak Pangeran Charles, tapi lebih murah pasti :-). Pola rok juga mencirikan dari sekolah mana mereka. Bajunya putih seperti sang cowok.

Memperhatikan anak-anak sekolah ini saya jadi teringat dan melamunkan dialog saya dengan beberapa teman ortu beberapa hari lalu. Anak-anak mereka sedang "alergi" dengan sekolah :-( alias tidak bersekolah. "I was sad seeing the school kids today," kata yang seorang. "What else was your feeling?," tanyaku. "I felt like a loss." Yang lainnya mengangguk membenarkan. "Did you feel angry toward your children, the school, yourself?," kembali pelamun Anda bertanya lagi. "Not like that, I can't feel angry anymore, I am already numb. I just felt sad to see other kids going to school." Ya, saya dapat mengerti perasaan mereka, tahap marah sudah mereka lalui.

Lalu saya berkata dalam hati, kog mirip pengalaman ortu yang anaknya sedang ogah ke sekolah dengan orang yang menjalani proses duka. Ada proses dini berupa denial, lalu anger, bargaining, depression, sebelum menuju acceptance. Kebetulan juga koleksi perpustakaan pribadi saya sejak dulu banyak buku parenting dan grieving-nya. Oh, I can do something here from that dialog. Ya, seperti juga warga P-Net yang sedang dihujani bom berupa email forward telah memutuskan akan berbuat sesuatu, entah apa, maka saya telah berbuat sesuatu. Itulah hasil dialog, ke tahap lamunan sambil sepedaan, ke tahap perbuatan.

Kalau ada satu saja warga P-Net ini yang mempunyai kerabat atau sahabat dengan anak yang sedang "alergi" sekolah dan dapat terbantu dengan apa yang sudah saya muat di dalam hompej saya, waktuku tak terbuang percuma. Ya, sebagian kumpulan buku parenting saya dan Cecilia, juga 'grief tips' maupun kumpulan buku mengenai grieving sudah saya masukkan. Selama Anda sudah berbuat sesuatu dalam menghadapi "musibah" seperti kebanjiran tayangan maupun musibah yang benar-benar terjadi, tidak sia-sia saya telah menulis 36 tayangan Lamunan Bersepeda :-). Waktu musibah dan kesedihan melanda saya karena ditinggal oleh ayahku, saya mampir ke warung-warung di cyberspace dan menimba banyak manfaat dari situ. Salah satunya yang saya senangi adalah 'grief tips' dari Jim Miller. Saya berkorespondensi dengan beliau dan mendapat ijin khusus untuk mencetak 'grief tips' tersebut bagi Bereavement Support Group parokiku.

Melamun perlu tetapi berbuat sesuatu tak kalah perlunya. Nah, saya yakin banyak yang dapat Anda perbuat selain mengutarakan kesebalan Anda mendapat tayangan yang toh tidak akan kita baca, hanya perlu di-del. Salah satunya adalah menulis, surat protes kepada para Admin P-Net (lihat nama-nama mereka di FAQ hompej P-Net, salah seorang sedang sibuk bikin dendeng :-)) mengapa tidak mempunyai kemampuan "menjinakkan bom". Salah duanya menulis 'lamunan' atau karangan dari kota (Lho Mas Yoseph, 'surat dari kampung'mu itu enak dibacanya lho! :-) Sudah lama saya tidak membaca tayangan yang asyik untuk dibaca, sejak wong sableng Yohanes opor-rames Riono mbecak di Suroboyo :-)). Salah tiganya mengikuti anjuran "bijaksana" dari Jim Manan, ditampar pipi kiri, tampar balik pipi kanan :-). Salah empatnya, yang sangat penting sebetulnya, berdoa untuk orang-orang "sakit" tukang forward. Ya Tuhan, kasihanilah mereka itu karena tiada sadar akan perbuatannya. Salam dari Toronto, selamat berbuat sesuatu.

Home Next Previous