"Jus, gue berani taroan, elu ngga bakal mampu naek sepeda bolak balik Jakarta- Surabaya-Jakarta." "Ambil aje duit aye," begitu jawab saya kalau sampai ada temanku yang mengajak taruhan seperti itu. Namun, hari ini waktu saya melihat odometer di komputer sepeda saya, tercatat angka 2000 lebih :-). Yah, selama musim semi dan panas yang kebetulan berakhir kemarin karena inilah hari pertama musim rontok, saya sudah mengayuh sepedaku sepanjang kira-kira Jakarta-Surabaya pp. Karena tubuh saya memang fit, tidak heran sebetulnya sebab jarak rumah ke kantor pp sudah sekitar 25 km. Jadi 80 kali bersepeda ke kantor sudah akan mencapai angka itu. Bersepeda ke kantor ditambah berdua dengan Cecilia sepanjang trail-trail di kota ini, yah tidak heran dalam sekitar 5 bulan saya sudah mencapai 2000 km. Bukan awal lamunan itu yang ingin saya bagikan, namun hubungannya dengan kehidupan.
Seperti sudah saya katakan, kalau di akhir bulan April pada saat kami mulai bersepeda (setelah saya sembuh dari patah kaki :-)) saya disuruh mencapai jarak segitu lalu saya ogah, sungkan, ngga mau, Anda tentu dapat mengerti dan manggut-manggut. Tidak selamanya ada kenyamanan di dalam bersepeda. Tidak jarang saya kedinginan dan kepanasan, kehujanan dan kelaparan. Sekali dua saya jatuh sakit karena meski sudah lelah, saya tetap bersepeda di tengah hujan angin. Namun saya setia melakukannya karena merasakan atau ingin mendapat manfaatnya. Kehidupan kita pun seperti itu. Kalau kita masih remaja dan melihat contoh-contoh perkawinan yang amburadul, tentu mengerikan rasanya untuk terjun ke dalam ikatan hidup seperti itu. Kalau kita sudah meningkat dewasa dan melihat contoh anak-anak yang katanya karunia Tuhan kog sepertinya "titipan setan", tidak heran kalau kita bergidik untuk mempunyai anak dan segala macam cara KB akan kita pakai supaya jangan punya anak.
Nah, seperti juga bersepeda yang harus kita jalani dengan tekun untuk mendapat manfaatnya, demikian pula dengan kehidupan berkeluarga. Komunikasi di antara suami isteri memang merupakan hubungan superkompleks, sudah sering saya tulis maupun Anda baca dari tulisan pendongeng lainnya. Tetapi kalau Anda berhasil di dalam bahtera pernikahan, yakinilah bahwa 'it has made you a better person'. Kalau Anda masih lajang, yakinlah bahwa 'it will make me a better person'. "Lho Mas, lalu yang tidak menikah apakah tidak bisa menjadi manusia yang lebih baik juga?," demikian kata kritikus yang cukup banyak bermukim di Net ini. Tidak, saya tidak katakan demikian. Saya yakin mereka di dalam panggilannya masing-masing, 'can become a better person'. Hanya karena saya tidak mempunyai pengalaman menjadi imam atau bujang lapuk :-), maka saya tidak mampu bercerita atau menuliskannya. Lalu ada yang bertanya lagi, "Apa sih maksudmu jusni, 'a better person'?" Banyak jawabannya tetapi pada saat ini saya hanya ingin mengatakan, 'someone who can find peace easily in his/her heart, be happy with himself/herself and most important at peace with others'. Demikian juga kalau Anda "bernasib" mempunyai anak seolah-olah "titipan setan", (saya yakin tidak ada di antara ortu di P-Net ini), 'it will make you a better person if you can handle your crisis well'.
Suasana pertemuan kelompok pendukung ME kami kemarin malam berpengaruh banyak selama saya mengayuh sepeda dan melamun seperti di atas. Cukup emosionil karena ada beberapa yang menangis. Adik-kakak mereka baru saja memutuskan untuk bercerai :-(. Ketambahan, pagi-pagi saya mendapat interlokal dari Betawi, salah seorang sedulurku juga mengalami persoalan hubungan pasutri :-(. Semalam, di dalam presentasinya, sang pasutri mengajukan pertanyaan dialog, "What goals would I like to make for us as a couple?" Di surat saya kepada Cecilia yang kebetulan masih di Winnipeg, a.l saya menuliskan, "to go backpacking around the world after I retire, hopefully in a few years." Ya, itulah salah satu cita-cita kami berdua sebab sekali-sekali kami diskusikan. Itulah juga sebabnya kami tetap giat berolahraga supaya hal itu mungkin kami lakukan. Tidak banyak 'goals' lainnya yang saya tuliskan, sebab sudah tidak banyak 'wants' atau keinginan saya maupun Cecilia. We have found peace when we are with one another, most of the time, and that's one of the most important goals in life, isn't it?. Sudah kepanjangan yah :-)? Maklum deh, hari pertama musim rontok, musim favoritku, jadi lamunan melayang kemana-mana, terutama yang menyangkut kehidupan pasutri. Sampai di lamunan mendatang, salam dari Toronto.