Di hampir setiap perempatan jalan utama di kota ini, tersedia suatu mesin atau lebih tepatnya kotak logam berisi koran-koran. Bila kita ingin membeli koran, kita tinggal memasukkan uang logam seharga koran hari bersangkutan dan lalu tutup kotak itu dapat kita buka. Koran kita ambil, cukup satu tentunya kecuali kita berjiwa maling atau rampok a la Ujung Pandang. Yah, melenceng sedikit, kalau ada peristiwa menyedihkan seperti di Ujung Pandang, pasti akan ada teman di kantor yang menyatakan simpatinya kepada saya, mengetahui saya asal Indonesia dan keluarga saya masih tinggal di tanah melayu. Di dunia yang sudah menjadi sempit, di dalam waktu sekejap peristiwa memalukan seperti itu akan masuk koran-koran dunia dan mencemarkan bangsa yang katanya Pancasilais.
Nah, kemarin mata saya terpana kepada salah satu koran tabloid, Toronto Sun, yang dengan huruf sebesar alaihim memuat 'Sweet 21 Million $'. Ketika sepeda harus saya hentikan karena terkena lampu merah, membaca sekejap, ternyata ada gadis berumur 21 tahun kena lotere Super-7 bernilai 21.8 juta $ saja. Hadiah terbesar sepanjang sejarah negeri ini bagi seorang pemenang. Saya yakin ia akan kebanjiran lamaran karena masih mahasiswi dan 'available' :-). Membaca aneka tayangan di Paroki-Net, konon ada yang mengatakan bahwa lotere, SDSB kan namanya, akan diaktifkan lagi di Indonesia. Tujuannya agar supaya rakyat yang tidak kebagian penjarahan di Ujung Panjang dapat melamun jadi orang kaya seperti apa.
Saya sendiri tidak pernah membeli Super 7. Takut kena :-). Sekali-sekali paling saya membeli 6-49 yang hadiahnya tidak begitu gila. Memang tujuan utama selain meyumbang karya sosial (persentasi pendapatan lotere, saya lupa angkanya tapi cukup besar, diberikan bagi itu) juga untuk melamun. Cecilia sendiri hampir tidak pernah membeli. Dahulu suka saya tanya, "Kog kamu ngga beli lotere Yang?" "Ngga usah, aku udah kena, kamu." :-) Wah, senang juga ibu saya yah kalau mendengar Cecilia berkata begitu. Tidak heran ia disayang oleh mertuanya :-). Dahulu anggota keluargaku ada yang bekerja di perusahaan lotere 6-49 untuk beberapa tahun sehingga ia mempunyai 'inside information'. Kasian orang-orang yang kena lotere juta-jutaan $ itu. Sungguh, saya serius! Sebagian besar atau mayoritas menjadi amburadul, sampai-sampai mati lebih muda atau awal. Satu dua tiga, hidup foya-foya termasuk makan semua jenis makanan yang disukai Mas Noordin tetapi jumlahnya setruk, sampai akhirnya mati. Sebagian lagi, menjadi bangkrut dan jatuh miskin, lebih miskin dari sebelum ia kena lotere. Satu dua menjadi sinting alias gila. Hanya sedikit sekali yang benar-benar menjadi lebih bahagia daripada sebelum kena lotere.
Jadi, kalau Anda tidak bisa membeli lotere karena tidak dijual di Indonesia, atau tidak pernah kena, jangan sedih-sedih tetapi carilah lotere seperti Cecilia. Yah, kalau Anda masih ingat PAB X (bisa baca dari hompejku sekarang), memang ia memakai "guna-guna" supaya kena "loterenya" :-). Maksud saya, dari pada melamun kena lotere, lebih afdol dipakai merenung dalam doa dan Mo Sardi cukup rajin memberikan bahannya. Hanya Mo Sardi, tidak semua orang pelit itu jelek lho :-). Anda mungkin belum pernah atau kelewatan baca tayanganku berjudul 'Pelit' di dalam serial 'Kawin Tidak Kawin Tidak Kawin'. Kata Dr. Glasser, pelit adalah pertanda kebutuhan untuk 'survival' yang tinggi dari yang bersangkutan. "Lho dari lamunan lotere meloncat ke doa melenceng ke pelit, kepriye?", kata Anda. Memang, soalnya saya sudah buru-buru mau ke airport untuk jemput si pemenang lotere :-). Salam dari Toronto.