Lamunan Bersepeda IV

Suhu di kota Toronto ini sudah semakin dingin saja. Bila saya mulai mengayuh sepeda saya ke kantor di pagi hari, rata-rata suhu sekitar -7C. Kemarin waktu sampai di kantor dan hendak meminum air dari botol yang saya bawa di saku samping ransel saya, eh airnya berisi kepingan es alias menjadi beku. Kemarin dulunya, kunci sepeda saya, suatu 'bike lock' yang beratnya beberapa kilo sehingga saya taruh di rak sepeda di kantor, membeku. Cerita "mencairkan" kunci sepeda itu satu tayangan tersendiri :-). Yah, jumlah orang "sinting" di jalan raya yang masih bersepeda sudah dapat dihitung dengan sebelah jari tangan. Rak sepeda di kantor yang biasanya memuat puluhan sepeda, kini hanya tinggal 2-3 kalau saya pulang. Mengapa saya belum "waras" juga dan masih "menikmati" naik sepeda di suhu -7C?

Karena bisa melamun terus, kata sementara warga P-Net ini :-). Mungkin ada benarnya, tetapi alasan saya yang utama adalah agar tetap sehat kuat alias fit kata orang sini. Investasi saya naik sepeda selama ini terbukti ampuh "bunganya". Meski saat-saat ini saya bekerja lembur, sering dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam dan selama 12 jam itu memelototi displei komputer, otak saya tidak menjadi beku dan pulang ke rumah masih dapat berfungsi. Karena dinginnya suhu dan terkadang anginnya lumayan, saya lalu lebih sering menunduk kalau mengayuh, mirip pembalap sepeda. Jadi sering sekali saya lalu memperhatikan peralatan sepeda saya. Ada beberapa yang saya tambahkan sejak saya beli sepeda 'mountain bike' ini. Pertama, saya belikan bel kecil mungil agar kalau ada orang atau pengendara lain yang ingin saya lewati, saya dapat membunyikan bel. Kemudian ada kaca spion yang entah sudah beberapa kali berjasa menyelamatkan saya. Bila melihat satu dua mobil akan lewat dekat sekali atau kemungkinan menyerempet, maka saya lalu ke pinggir. Ada satu peralatan lagi yang belum lama ini saya beli, spakbor atau orang sini mengatakannya 'mud guard', penangkal lumpur bila jalanan basah dan air yang kotor lalu tercipratkan ke belakang tubuh saya.

Melihat ketiga peralatan itu saya jadi melamun membaca tayangan-tayangan di P-Net akhir-akhir ini. Relatif saya belum terlalu lama di P-Net, baru satu tahun lebih. Namun 'gut feel' saya mengatakan, kog tayangan akhir-akhir ini membuat hati tidak damai ya. Lalu ada yang berkata, kedamaian hati kan datang dari dalam diri sendiri, bukan karena ulah orang lain atau dari membaca tayangan. Benar juga. Namun saya tersentuh karena renungan Injil hari ini adalah dari 3 Yoh 5-8 dan membacanya membuat saya mengaitkannya dengan interaksi (yang katanya diskusi) antara beberapa orang di P-Net akhir-akhir ini. Ada yang saya lihat saling lempar melempar "lumpur". Lamunan saya, mungkin Yono atau Moko bisa membuat dan menjual 'mud guard' untuk dipakai mereka yang tidak ingin kecipratan lemparan lumpur ini :-)?

Ada yang tayangannya bak mobil yang ngebut dan akan menyerempet saya, kalau saja saya tidak mempunyai kaca spion di setang sepeda saya. Ya, melamun lagi. Kog Tuhan menciptakan kita tanpa kaca spion atau mata 2 buah yang ditaruh di belakang kepala ya? Pak dokter boss saya (:-) karena ia menggaji saya, maka di japri saya panggil ia boss) Yo Riono mungkin dapat menjelaskan kenapa secara ilmu kedokteran mata hanya direkayasa-Nya dua di depan. Lalu memang ada yang menjawab, mata hanya di depan, supaya kita seperti itu, selalu melihat ke depan dan tidak pernah melihat kebelakang, 'ever onward never retreat' gitu, kaya semboyan Asian Games yang saya ingat.

Masih ada bel yang belum saya singgung dan merupakan pokok lamunan saya yang terakhir. Kalau saja yang mau menulis tayangan yang bisa menubruk hati orang bisa membunyikan bel ya, lumayan juga. 'Tinggg ....', begitu bunyi bel kecil mungil saya yang sederhana sekali bentuknya, murah namun meriah kalau saya bunyikan :-). Kalau sampai tertabrak atau hati jadi menangis, salah sendiri, kenapa tidak minggir? Tinggg ... saya mau permisi lewat deh, mau pulang lebih duluan, sepuluh pekerjaan masih menunggu :-). Salam dari Toronto.

November '96

Home Next Previous