Lamunan Bersepeda XLVII

Minus 5C, gilaak sekhalei! Ya, suhu terendah selama saya bersepeda sepanjang tahun ini. Karena suhu semakin sableng, maka saya pun mesti ikutan, hanya di dalam rangka kreatifitas. Di samping itu, karena angka 47 adalah angka "keramat" untukku, maka lamunan kali ini sedikit berlainan. (Trims kepada Mas Willy dengan idenya.) Ya, LB yang ke 47 adalah suatu wawancara imajiner dengan pakde-ku, Mr. (Meester in de Rechten) Tan Po Goan, mantan menteri tanpa portfolio di Kabinet Natsir tahun 1947.

"Selamat malam Oom Po Goan, nama saya jusni, wartawan-gadungan Paroki-Net. Apakah boleh saya mewawancarai Oom?" "Hmmm, Paroki-Net saya kenal, tetapi kamu siapa mengaku atau memanggil Oom kepada saya?" "Aduuh, ya, lupa, maklum gugup Oom :-), nama Tionghoa saya dulu tjoen, cucunya ie Neng yang tinggal di Pasar Baru, Gang Tepekong." "Oooh, ie Neng dari Pasar Baru? Ya, Oom masih ingat yang rumahnya dekat kelenteng di Jl. Lautze. Kamu mau tanya-tanya apa tjoen, eh jusni?" :-) "Betul Oom, kan jaman Belanda jalan itu disebut Gang (red: bacanya haaang) Tepekong. Terima kasih sebelumnya. Pertama saya mau tanya kenapa Oom dulu kabur ke luar negeri bersama Pak Sumitro dan akhirnya tinggal di Singapur?" "Ya, waktu itu kan Oom aktif di PSI (red: Partai Sosialis Indonesia) bersama Pak Mitro. Suatu ketika PSI menjadi musuh pemerintah karena sepak terjang kami membela rakyat banyak." "Oooh gitu. Lalu ketika rezim BK gulung tikar dan Pak Mitro kembali ke tanah air serta aktif lagi mengapa Oom tidak ikutan?" "Ah, masa kamu tidak tahu? Rezim yang sekarang ini kan pedagang semuanya, hanya orang-orang Tionghoa pedagang yang dirangkul. Berpolitik tabu." "Lho, kan Oom bisa masuk salah satu partai, PDI keg, Golkar keg, PPP, agar dapat terus berbakti kepada rakyat Indonesia." "Hah? Apa yang kamu sebut itu? Itu bukan partai politik tapi partai-partaian yang menjadi boneka saja alias berbakti kepada penguasa!" "Tapi Oom sedikit banyak kan mereka membawakan aspirasi rakyat?" "Mana mungkin di negeri Indonesia ada yang mampu membawakan aspirasi rakyat yang sesungguhnya saat ini. Semua politikus yang jujur dan nasionalis, atau sudah amblas, atau sudah meninggal, melungker berdiam diri, atau di dalam penjara, baik penjara riil maupun virtuil." (red: Oom Po Goan tampak 'engap', istilah Betawi, artinya sukar bernapas pada saat mengucapkan kalimat-kalimat terakhir ini.)

"Oh begitu Oom. Itukah sebabnya lalu Oom memutuskan untuk pindah dan menetap di Sydney, Australia?" "Wah, sebetulnya panjang ceritanya, tapi untuk menyingkat waktu Oom dapat menyimpulkan sebabnya karena Oom merasa sedih." "Sedih kenapa Oom?" "Sedih karena banyak rakyat dan terutama orang-orang di pemerintahan yang 'bo tjeng', tidak tahu berterima kasih bukan saja kepada sesama, tetapi terlebih kepada Yang Mahakuasa. Itulah sebabnya Oom setuju dengan Mas Semar dari Paroki-Net yang menganjurkan orang Indonesia pindah ke luar negeri." "Lah, kalau semua orang baik pindah ke luar negeri, lalu akan jadi apa Indonesia Oom?" "Jangan terlalu kamu kwatirkan. Saat ini tinggal di Indonesia sudah seperti di neraka di tengah-tengah setan. Lihat apa yang terjadi terhadap orang Tionghoa di Makassar belum lama ini. Apakah kamu tidak sedih?" "Maksud Oom pengganyangan orang Tionghoa di Ujung Pandang karena perbuatan satu orang gila? Ya, sedih Oom, hati saya menangis membaca berita itu." "Nah, itulah contoh kepemimpinan bangsa yang sudah amblas moralnya."

"Yah, memang kita yang tinggal di luar negeri tidak dapat berbuat banyak Oom. Mungkin Oom mempunyai nasihat untuk kita-kita ini?" "Ada, Oom ingin mengucapkan selamat dan terima kasih kepada teman-temanmu dari Paroki-Net, yang sudah menyingsingkan lengan baju untuk membantu orang Irian Barat." "Oh, Yayasan Silimo Irian Jaya Oom?" "Yah itu, orang Irian sederhana semuanya dan patut kita bantu, teruskanlah upaya pengumpulan danamu." "Baik Oom, hanya orang Katolik memang terkenal pelit Oom :-), maklum deh. Terima kasih banyak atas kesempatan wawancara ini. Ban ban kamsia." "Terima kasih kembali, salam untuk keluargamu di Toronto dan juga untuk seluruh warga Paroki-Net." "Akan saya sampaikan Oom, selamat tinggal, sampai berjumpa lagi." :-) :-) :-)

Home Next Previous