"Ngga acik ah," kata saya kepada Anda yang belum pernah bersepeda di salju. Mirip-mirip dengan bersepeda di dalam lumpur, hanya tidak separah itu. Ya, kemarin pagi Cecilia kehabisan susu untuk membuat kue soes dalam rangka "persembahan" kami bagi pertemuan kelompok pendukung ME (Marriage Encounter) kami malamnya. Jadi saya lalu menawarkan diri jadi relawan membelinya ke suatu toko P&D tidak jauh dari rumah. Ada beberapa pilihan, jalan kaki alias lama, naik mobil alias cepat, atau naik sepeda sambil melamun :-). Setelah mempertimbangkan untung rugi dan risikonya, saya memilih yang terakhir.
Selain jalan raya, ada suatu trail dari rumah sepanjang beberapa km ke toko itu dan saya tempuh trayek lewat trail ini. Dasar trail berlapis es yang kata anak betawi 'berenjal-berenjol', di atasnya tumpukan salju setinggi 10-20 cm. Mulai mengenjot atau memasuki trail, saya bergumam dalam hati, "Kalau bukan pahaku sudah "membeca", tentu aku sudah balik naik mobil saja." :-) Dibutuhkan kekuatan untuk mengayuh dan keahlian untuk membuat sepeda stabil. Satu dua kali di tikungan tajam ban sepedaku yang meski 'radial' atau mountain-bike, terpeleset karena licinnya. It was a good exercise though. Sekarang saya tahu mengapa masih ada beberapa orang sinting di kantorku yang naik sepeda sepanjang musim dingin. They need the exercise.
Untung saja bersepeda di atas salju ini suatu pilihan bagi saya. Bagaimana kalau merupakan keharusan? Bagaimana kalau Anda sedang hidup bak bersepeda di lumpur? Salah satu ujud doa rosario P-Net yang baru saja ditayangkan Nep Awi adalah 'untuk yang baru ditinggal suaminya'. Tidak dijelaskan mengapa dan memang tak perlu. Saya lalu teringat St. Exupery yang berkata, "There is no joy except in human relations." Artinya lagi, human relations are the source of many sadness and unhappyness. Kemarin dulu, saya dan Cecilia menonton pagelaran sandiwara Ghost karya Henrik Ibsen. It is all about human relations. Meskipun hidup di dalam suasana abusive (apa terjemahan bahasa Indonesia kata ini ya, pelecehan?) Mrs. Alving sang tokoh, karena "konseling" dari pastornya, Pastor Manders, memilih tetap setia memanggul salibnya. Kalau saya yang menjadi pastor :-), saya akan memberikan beberapa pilihan kepada Mrs. Alving, "jalan kaki, naik mobil atau bersepeda". Ya, saya dapat menjelaskan atau memberikan pilihan itu karena saya pernah melakukan semuanya.
Bagi si pastor yang tahunya bersepeda di salju satu-satunya cara, itulah yang diperintahkannya kepada umatnya. Memanggul salib di dalam hubungan yang abusive saya yakin bukan yang dikehendaki-Nya. Selain ia tidak menyelamatkan atau menyembuhkan orang yang abusive itu, sang korban pun menderita tanpa perlu. Ada banyak cara untuk keluar dari suasana abusive. Bila Anda sedang mengalami kebingungan iman, berbahagialah Anda bila dapat berjumpa dengan penasihat yang dapat memberikan pilihan. Salam dari Toronto.