Lamunan Bersepeda V

Demonstrasi, yel-yel dan protes saya kepada Yang Mahahebat berhasil alias heater alamiah kota Toronto dinaikkan sehingga suhu menjadi plus lagi dengan akibat saya dapat meneruskan lamunan saya sambil bersepeda. Soalnya saya sudah berpikir sampai kapan saya tahan bersepeda terus, -10C, -15C? Kalau suhu minus dan jalanan bersalju tentu "tidak lucu" alias berbahaya untuk bersepeda sambil bersaingan dengan mobil yang kecepatannya 70-80 km/jam di jalur yang sama. Syukurlah hawa menghangat lagi sehingga saya dapat menuliskan angka V di judul tayangan di atas. Ya, tidak terasa tayangan serial LB sudah memasuki yang kelima, jadi sudah "mengalahkan" semua tayangan serial saya kecuali PAB.

Sambil mengayuh sepeda dan memperhatikan keadaan sekeliling, setiap beberapa ratus meter saya melewati kelompok orang-orang yang sedang menunggu bis TTC alias "PPD-nya" Toronto. Macam-macam warna kulitnya, dari putih, kuning, coklat sampai hitam :-). Dulu saya sering juga naik bis hanya kalau naik bis saya membaca buku alias tidak bisa melamun. Cukup nyaman naik bis di kota ini, tidak perlu berdesak-desakan seperti "ikan sardin". Tidak pakai dicopet seperti pengalaman saya naik bis di tanah air, apalagi ditodong. Salah satu sebab nyamannya naik bis TTC (Toronto Transit Commission) ini adalah presdir atau 'big boss'nya setiap hari kerja naik TTC! Lalu lamunan saya yang pertama kapan para 'big boss' di Jakarta, setiap hari atau dari waktu ke waktu memakai jasa departemen atau kementerian atau institusi yang dibawahinya? Macetnya kota itu bukan main. Setiap kali saya pulang dari Jakarta dan naik mobil lagi di Toronto, saya selalu tersenyum santai dan rileks di tengah-tengah kemacetan kota, belum apa-apa dibanding Jakarta. Semacet-macetnya arus lalulintas di Toronto meski kecepatannya sangat lambat, mobil masih jalan. Nah, beberapa 'big boss' tertentu di Jakarta, naik helikopter atau pakai sirene alias ada voorrijder-nya. Mana mungkin lalulintas akan nyaman kalau begini pemecahannya.

Kalau jalanan mendaki, apalagi di jembatan highway 401 yang sudah saya ceritakan di tayangan lalu, maka gigi sepeda (gear) saya pindahkan ke yang lebih besar sehingga bebannya menjadi lebih kecil atau lebih enteng untuk dikayuh. Sepeda saya cukup bagus, total ada 18 gigi padahal sepeda si anak Betawi hanya satu gigi, 14 ukurannya. Kalau Anda suka bersepeda di Indonesia jaman dulu, Anda tahu maksud saya. Semakin kecil giginya, semakin berat tetapi semakin laju. Kalau kami mau balapan, para "mechanic" kami mengganti gigi dengan yang ukuran 12 atau terkadang ada yang punya gigi ukuran 10. Kalau "sepeda kehidupan" yang Anda kayuh, baik "sepeda pribadi", "sepeda pasutri" maupun "sepeda keluarga" mempunyai banyak gigi, asyik ya :-). Jalanan mendaki curam karena bakal di-interview oleh wartawan-wartawan sehubungan dengan anjing buduk, ganti ke gigi yang paling ringan. Jalanan menurun lagi karena pesta hadiah Nobel, ganti ke gigi yang paling kecil ukurannya. Jalanan mendaki berat karena anak berdemonstrasi atau isteri orang mau nuntut, ganti gigi. Jalanan menurun, baru naik gaji atau dipromosi jadi doktor, pindah gigi lagi.

Meneruskan lamunan dan melihat banyak orang yang ramah-ramah di tempat perhentian bis, saya jadi teringat ceritanya Ira. Dahulu, saya sering bolak balik ke Houston, TX. Proyek super-rahasia kantorku dengan USAF untuk membuat program rudal yang bisa menembak istananya Sodom Garuda tetapi bohong :-). Program administrasi kog. Hemmm tapi kalau sampai dapat proyek program rudal ini gimana ya sikapku? Aaah, ini kan bukan disini tempatnya tetapi di Lamunan Seorang Programmer III, maap maap para pemirsa :-). Nah, sejauh yang saya alami, orang-orang Houston atau Texas adalah kelompok manusia yang paling ramah di Amrik. "Hi yo'll (you all)," sering mereka menegur saya dan teman-teman satu proyek dengan aksen Texas yang khas. Jadi tidak perlu saya sogok dengan coklat mereka sudah manis-manis. Itulah pengalaman saya, tetapi lain pengalaman Ira. Itu juga pengalaman warga P-Net ini, ada yang suka, ada yang duka. Pokok lamunan saya hanyalah, kalau pengalaman duka, dan sedih, dan traumatis, membuat orang menjadi "beracun", nah nah nah, ini yang kita sedang tonton terjadi di P-Net. Mungkin sudah saatnya saya menulis lagi atau melanjutkan tayangan saya berjudul 'The Hurting People' karena saya lihat banyak sekali bermunculan kelompok manusia terluka yang pengalaman negatifnya membuat sikap hidupnya menjadi negatif pula. Hanya memang kita tidak bisa mengubah manusia lain. Yang dapat kita lakukan adalah 'disable' tingkah laku atau sikap yang tidak berkenan dan untuk ini banyak caranya. Silahkan Anda juga melamun bagaimana caranya dan mungkin mau membagikannya kepada kita semua. Salam dari si pelamun di sarang (kota) penawan.

November '96

Home Next Previous