Lamunan Bersepeda LV

Dari kaus Paroki-Net ke kaus Sonora yang keduanya sudah masuk bakul cucian, hari ini kaus 'Ride for Heart' buatan Kanada, 100% cotton, kupakai bersepeda. Kaus ini "sumbangan" atau hadiah dari 'Heart and Stroke Foundation', suatu yayasan yang selain banyak membantu penderita kedua penyakit itu, juga mempromosikan hidup sehat agar orang tidak sampai terkena serangan jantung. Suatu 'token of gratitude' atau tanda terima kasih bahwa pemakainya pernah mengendarai sepeda mengumpulkan dana untuk sang yayasan. Sebenarnya di LB XI sudah kutayangkan cerita alias dongeng ikut bike-a-thon mengumpulkan dana bersama rekan-rekan sekantor dan sekota. Bila Anda tidak percaya dan mempunyai waktu untuk melihat fotonya, saya dan Cecilia ada di foto ini ditengah- tengah: http://ca.oocities.com/hilwan/ridegrp.jpg. Mungkin dengan melihat foto Bang Jeha dan nyonyanya yang begitu bersemangat, terutama bila Anda tinggal di kota ini, Anda akan tertarik untuk ikut 'Ride for Heart' tahun ini, yakni pada tanggal 7 Juni nanti. Informasi selengkapnya dapat dilihat di situs http://www.hsf.on.ca/ride/r_intro.htm. Kalau Anda ingin mencari dana dan menyelenggarakan 'Ride for Something' di kota Anda, saya yakin Anda dapat belajar banyak dari informasi di situs itu. Tahun lalu sekitar 150 peserta dari kantor kami berhasil mengumpulkan $ 10 ribu dan ditambahkan ke total peserta yang sekitar 12 ribu, kami berhasil mengumpulkan uang sumbangan $ 750 ribu saja. Jadi tidak rugi sang yayasan menghadiahkan baju kaus tersebut (disamping hadiah terpisah dari kantor buat pegawainya). Memang seperti sudah saya katakan kemarin, lebih mudah mencari sumbangan bila ada 'token of gratitude' yang dapat diberikan kepada penyumbang, apapun bentuknya. Mbak Silvana yang sekarang sedang melungker, pernah memberikannya, kepada penyumbang P-Net waktu ia masih "kreatif" di jaman dahulu kala :-).

Lamunanku beralih kepada berita mengharukan dan kalau saja aku masih mahasiswa dan ikut demo, berita yang sungguh menambah semangat, yakni yang ditulis wresti tentang ibu-ibu penjual di S'boyo yang tidak mau dibayar bila pembelinya seorang mahasiswa. Sungguh membesarkan semangat bila mendengar, rakyat kecil yang tadinya tidak mampu bersuara atau berbuat apa-apa, sekarang sudah mulai berani. Kalau mahasiswa Indonesia yang sekarang jadi sasaran media massa dimana-mana, mampu mengorganisasikan diri mereka secara kompak, bertekad untuk tidak dipecah-belah oleh para taktikus tukang pecah belah kaliber embah, saya yakin gelombang protes yang sedang melanda akan seperti 'avalanche', salju yang menggelundung dan melanda. Inilah yang akan dapat membuat perbedaan antara mahasiswa di tanah air dengan mahasiswa di Cina yang dilindas tank di Tian An Men. Semoga dukungan dari rakyat banyak semakin menguat dan terlebih semoga suara hati ngabri melayu masih belum hilang atau di-brainwash habis-habisan seperti tentara komunis RRC.

Kalau Mbak Ira baru saja menikmati masker, snorkel dan diving fin-nya, saya sedang menikmati sepeda pinjaman alias kepunyaan isteriku. Sepedanya beberapa kali lipat harga sepedaku dan karena itu 10 pound lebih enteng alias hanya sekitar 26 pound beratnya. Asyiknya bersepeda seringan itu adalah bila jalanan sedang mendaki. Juga bila sepeda harus kami naikkan ke bis dan subway dari waktu ke waktu kalau kami sedang ingin bersepeda di suatu trail yang jauh dari rumah. Tetapi hari ini saya tambah kagum kepada sepedanya. Di suatu jalanan yang menurun setelah melewati Highway 401 menuju kantor, terkadang kecepatan di komputer sepeda menunjukkan 50 km/jam. Nah, bila sudah mencapai kecepatan seperti itu, sepeda saya sudah tidak mampu digenjot atau ditambah lagi kecepatannya. Giginya akan los alias tidak berasa. Sepeda Cecilia lain. Meskipun digital display-nya memperlihatkan angka 50, sepedanya masih dapat kugenjot sehingga kecepatan bertambah menjadi 53-54 km/jamnya. Artinya lagi, sistim persnelingnya lebih bagus dari kepunyaanku. Duit memang kenal barang, suatu istilah yang kami berdua suka saling katakan dan guyonkan kalau barang yang mahal ternyata bermutu. Ketika teman saya di kantor tahu bahwa sepeda yang bagus milik isteriku (hadiah abangnya), mereka bertanya, "Why didn't you buy one for yourself?" Si pelit tidak kehilangan akal, "Oh, I bike for exercise, so the heavier the bike, the better." :-) Yah kemarin, waktu aku menimbang di kantor setelah makan siang, minta ampun, tuas harus kugeser ke angka 156 pound baru timbangan stabil. Mungkin kalau belum makan dan sepatu serta baju dibuka :-), dapat sih diskon 2 pound. Soalnya berat optimum saya adalah 150 pound atau sekitar 68 kg, artinya musim dingin yang terlalu lama membuat perutku menjadi gendut, ingin menyaingi si Mote :-). Mungkin kalau timbangan sudah turun, untuk tidak mengecewakan teman-temanku yang sepedanya bermerek semua, barulah Bang Jeha akan mencari sepeda bekas yang bagus, enak dipakainya, bermerek tetapi murah. :-) Mana ada? "Ada," kata seorang warga P-Net ini yang memang sedang mujur :-). Salam dari Toronto.

Home Next Previous